Latar Belakang Analisis Peranan Kebijakan Moneter Dalam Menangani Dampak Variabel Shock External Di Indonesia

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dan menganut sistem perekonomian terbuka. Dengan demikian Indonesia tidak dapat melepaskan diri dari pengaruh ekonomi global. Hal ini membuat negara Indonesia terintegrasi dengan negara lainnya. Negara Indonesia membutuhkan negara lain untuk memenuhi kebutuhan terhadap barang dan jasa. Pemenuhan kebutuhan terhadap barang dan jasa ini tidak bisa diperoleh dari negara itu sendiri. Pemenuhan kebutuhan ini tentu saja melalui pemanfaatan daya secara efisien dan berlangung dari waktu ke waktu. Perekonomian terbuka Sukirno, 2004 merupakan suatu negara yang mempunyai hubungan ekonomi dengan negara lain. Dalam perekonomian terbuka sebagian produksi dalam negeri diekspor atau dijual ke luar negeri dan disamping itu terdapat pula barang di negara itu yang diimpor dari negara lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa satu negara juga membutuhkan negara lain dalam pemenuhan kebutuhannya. Interaksi dalam bidang perekonomian ini perlu selalu dijaga karena sifat dari negara-negara itu adalah saling ketergantungan. Berbagai negara juga akan terintegrasi terkhusus dalam bidang perekonomian. Integrasi negara ini akan membantu mengatasi masalah domestik dari masing-masing negara sehingga akan 2 banyak solusi yang dihasilkan. Bahkan juga termasuk masalah-masalah perekonomian internasional yang menyangkut negara tersebut. Interaksi antar negara tersebut terjalin melalui mekanisme perdagangan internasional yang melibatkan arus barang dan jasa yang keluar dan masuk dalam negara tersebut. Suatu negara melakukan perdagangan internasional disebabkan dua alasan yaitu untuk mendapatkan keuntungan perdagangan gains from trade dan negara berdagang satu sama lain dengan tujuan skala ekonomis dalam proses produksi. Perekonomian terbuka yang dianut oleh Indonesia memiliki dampak positif dan negatif. Sebab setiap sistem perekonomian yang dianut suatu negara pasti memiliki resiko baik positif maupun negatif. Hal ini dialami Indonesia terutama pada masa krisis. Pada masa ini perekonomian Indonesia mengalami gejolak yang sangat tragis yang membawa perubahan besar dalam perekonomian kita. Krisis ekonomi yang menimpa Asia Tenggara yang diawali pada Juli tahun 1997 dan ditandai dengan jatuhnya keuangan Thailand, meluas hingga ke Asia Tenggara, sehingga mengakibatkan kebanyakan negara di kawasan Asia Tenggara, Korea Selatan dan Jepang serta Indonesia mengalami penurunan nilai tukar, devaluasi harga saham dan harga aset, peningkatan hutang yang tajam, tingkat bunga yang tinggi, mata uang yang terdepresiasi, inflasi meningkat dan gangguan pertumbuhan ekonomi. Krisis tersebut menyentak perhatian dunia karena kecepatan dan tingkat kerusakan yang ditimbulkannya. Krisis membuat 3 lelah banyak pihak yang terlibat dan yang paling parah menimbulkan derita yang berkepanjangan bagi rakyat. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak 1997 ini telah menimbulkan berbagai permasalahan yang demikian sulit dan kompleks di berbagai bidang. Perekonomian Indonesia memang hampir bangkrut yang ditandai dengan tumpukan utang yang menuntut pelunasan. Bahkan ekspor dalam setahun hanya mencapai jumlah yang sangat rendah yaitu hanya sebesar 679 juta dollar atau hampir seperseratus jumlahnya dari ekspor Indonesia saat ini. Sementara itu impor, sudah dicatu jumlahnya untuk keperluan yang esensial saja mencapai 527 juta dollar pada tahun tersebut. Cadangan devisa pun yang selama ini dianggap mampu menutupi kekurangan tidak mampu berbuat banyak. Cadangan devisa hanya mampu membiayai impor dalam beberapa minggu saja. Padahal Indonesia perlu cadangan yang banyak untuk mampu bertahan dari krisis yang melanda. Oleh karena itu, tidak heran lagi bila Indonesia tidak mampu untuk keluar dari jerat utang yang melanda. Pada masa itu, jumlah utang yang menjadi kewajiban pemerintah berjumlah lebih dari USD 4 miliar. Salah satunya adalah tingkat bunga yang tinggi melanda perbankan di Indonesia. Tulus T.H Tambunan 2009:177 di dalam kelompok ASEAN, Indonesia termasuk ekonomi dengan suku bunga relatif tinggi. Suku bunga untuk tabungan deposito di Indonesia berkisar 23 pada tahun 1998 saat krisis ekonomi mencapai klimaksnya dan itu merupakan titik tertinggi. Sedangkan titik terendah berada pada angka 3.48 pada tahun 2007. Sementara itu untuk deposito berjangka 12 bulan pada tahun 1998 juga mencapai level tertinggi yaitu 28.3. 4 Hal ini disebabkan oleh krisis rupiah sehingga pemerintah melalui kebijakan moneternya berusaha menguatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Pada masa itu rupiah pun terus mengalami depresiasi terhadap dolar AS yakni dari Rp 2500 menjadi Rp 2650 per dolar AS. Keadaan melemahnya rupiah ini membuat para investor luar negeri menarik dananya secara bersamaan dari Indonesia. Otomatis kondisi ini membuat goncangan shock yang serius terhadap perekonomian negara ini. Akibatnya, nilai tukar rupiah pernah mencapai titik terendah sekitar Rp 15.000 per dolar AS pada awal tahun 1998. Setelah krisis ekonomi 1997 transaksi modal mengalami penurunan yang berkaitan dengan menurunnya aliran dana asing baik pemerintah dan swasta. Hal ini juga berdampak pada menurunnya investasi asing di Indonesia yang diakibatkan ketidakpercayaan pihak asing terhadap kondisi perekonomian saat itu. Padahal investasi asing merupakan sumber devisa yang dapat menunjang perekonomian Indonesia. Semakin menipisnya cadangan devisa dan kuatnya tekanan depresiasi rupiah membuat pemerintah mengambil keputusan untuk beralih ke sistem nilai tukar mengambang bebas pada Agustus 1997. Ditambah lagi dengan tingginya pembayaran pokok pinjaman utang Indonesia yang semakin memperburuk keadaan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada masa krisis juga mengalami penurunan yang signifikan. Saat itu tepatnya pada tahun 1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya berkisar 4.7 dan itu sangat rendah dibandingkan tahun 1996 yang mencapai 7.8. Padahal pertumbuhan ekonomi merupakan hal 5 yang sangat esensi karena bila meningkat maka otomatis pendapatan nasional GNP akan meningkat, inflasi dapat ditekan, suku bunga akan berada pada tingkat yang wajar dan akan merangsang investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti hubungan antara goncangan-goncangan shock perekonomian dari luar negeri terhadap variabel ekonomi pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar rupiah serta kebijakan moneter yang efektif untuk menangani shock-shock tersebut di Indonesia. Dengan demikian penulis memberi judul “Analisis Efektivitas Kebijakan Moneter Dalam Menangani Dampak Variabel Shock External Di Indonesia” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti dapat merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh perubahan shock kurs dolar AS terhadap suku bunga internasional The FED, BI Rate, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar rupiah di Indonesia? 2. Bagaimana pengaruh perubahan shock suku bunga internasional The FED terhadap kurs dollar AS, BI Rate, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar rupiah di Indonesia? 3. Bagaimana pengaruh kebijakan moneter BI Rate terhadap kurs dollar AS, suku bunga internasional The FED, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan nilai tukar rupiah di Indonesia? 6 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian