Pengaruh Pengawetan terhadap Umur Simpan Bakso

36 Tabel 12 . Nilai pH dan intensitas asam dari asam asetat dan kombinasi asam asetat dan ekstrak bawang putih Larutan pH Intensitas Asam Rasa Asam asetat 2.77 ++++ Asam Ekstrak bawang putih 5.82 Khas bawang putih Asam asetat : Ekstrak bawang putih 60:40 3.02 + Sedikit asam, cepat hilang 70:30 2.88 ++ Sedikit asam, lebih lama hilang Keterangan : + intensitas asam rendah ++ intensitas asam sedang +++ intensitas asam agak tinggi ++++ intensitas asam tinggi Pengujian pH dan intensitas rasa asam terhadap beberapa formula larutan biang menunjukkan perbandingan asam asetat dan ekstrak bawang putih sebesar 60:40 merupakan kombinasi terbaik. Penambahan ekstrak bawang putih lebih banyak lagi, maka pH larutan biang akan lebih besar dari 3.0. Selain itu, intensitas rasa asam yang terdeteksi sudah cukup rendah, rasa asamnya sedikit dan cepat hilang. Perbandingan asam asetat dan ektrak bawang putih sebesar 70:30 memiliki pH di bawah 3.0 yaitu 2.88, tetapi intensitas rasa asamnya lebih tinggi dan lebih lama hilang. Berdasarkan nilai pH dan intensitas rasa asam, formula larutan biang terpilih adalah perbandingan asam asetat dan ekstrak bawang putih sebesar 60:40.

3. Pengaruh Pengawetan terhadap Umur Simpan Bakso

Larutan terpilih larutan biang diencerkan menjadi 3 konsentrasi larutan yaitu 10, 15 dan 20. Asam asetat yang digunakan berkonsentrasi 25, penambahan ekstrak bawang putih mengencerkan asam asetat. Kombinasi terpilih yaitu 60 asam asetat dan 40 ekstrak bawang putih. Kombinasi ini mengencerkan asam asetat konsentrasi 25 menjadi 15. Kombinasi terpilih diencerkan menjadi 10, 15, dan 20, sehingga konsentrasi asam asetat yang digunakan adalah 1.5, 2.25, dan 3.0. Penetapan konsentrasi ini berdasarkan penelitian Sugih mem pada peng peng Gam baks Peng peng baks selam berle menu 10 deng samp 10 baks Umur simpan hari harti 2009 mberikan kea suhu ruang. Hasil pen gawetan per genceran laru mbar 7 . Umu Pengamat o seperti te gamatan umu garuh pening o. Gambar ma 1 hari, k endir. Penga unjukkan ba larutan bia gan larutan p pai 5 dan 6 h larutan bian o dengan ko 1 2 3 4 5 6 7 8 9 K yang menyi awetan terba . ngamatan ter rendaman utan biang da ur simpan ba tan dihentik erbentuknya ur simpan ba gkatan konse 7 menunjuk kerusakanny amatan terha ahwa bakso ang mampu pengawet ko hari. Perebus ng mampu m onsentrasi 15 10 Konsentrasi impulkan ba aik untuk b rhadap umu dan perebu apat dilihat p akso berdasa kan saat te a lendir ata akso dilakuk entrasi laruta kkan bahwa a yaitu teks adap bakso y o yang diren bertahan s nsentrasi 15 san bakso de mengawetka 5 dan 20 15 larutan pen ahwa asam a akso selama ur simpan ba usan, serta pada Gamba arkan pengam erdeteksi ad au tumbuhn kan sampai h an pengawet a bakso ko sturnya hanc yang diberi ndam denga elama 3 ha 5 dan 20 engan larutan an bakso sel larutan bian 5 2 ngawet asetat konsen a 4 hari pen akso dengan a konsentra ar 7. matan visual danya kerus nya miselium hari ke-8 unt terhadap um ontrol hanya cur dan perm perlakuan p an larutan k ari. Perendam mampu me n pengawet k lama 6 hari. ng dapat me 20 Tar umu sim Akh peng 37 ntrasi 1.5 nyimpanan n perlakuan asi setelah akan pada m kapang. tuk melihat mur simpan a bertahan mukaannya pengawetan konsentrasi man bakso engawetkan konsentrasi Perebusan engawetkan kontrol rendam rebus rget ur mpan hir gamatan 38 sampai akhir pengamatan yaitu 8 hari. Perbedaan keawetan selain dipengaruhi konsentrasi larutan pengawet juga dipengaruhi oleh metode pengawetan. Penetrasi larutan pengawet lebih besar dengan perebusan dibandingkan dengan perendaman, sehingga keawetan metode perebusan lebih lama dari metode perendaman pada konsentrasi yang sama Pengamatan secara visual memperhatikan terbentuknya lendir pada permukaan bakso, karena lendir merupakan indikasi awal kerusakan. Kerusakan lain yang dapat terdeteksi adalah tumbuhnya miselium kapang pada permukaan, penyimpangan aroma, dan melunaknya tekstur bakso akibat aktivitas proteolitik dari mikroorganisme. Menurut Ray 2001, untuk dapat menghasilkan perubahan yang terdeteksi secara subyektif seperti munculnya bau asam dan lendir, mikroorganisme terutama bakteri dan khamir harus tumbuh sampai mencapai level tertentu yang disebut dengan level deteksi kerusakan. Umumnya level deteksi kerusakan ini bervariasi dari 10 6 sampai 10 8 koloniml, tergantung dari jenis bahan pangan, tipe kerusakan, dan jenis mikrobanya. Terbentuknya lendir diakibatkan oleh golongan bakteri pembentuk lendir slime forming bacteria yang umumnya bersifat aerobik. Bakteri yang termasuk ke dalam golongan ini antara lain beberapa spesies dari Pseudomonas, Alcaligenes, Lactobacillus , Streptococcus, dan Koliform Frazier dan Westhoff, 1978. Bau basi terutama disebabkan oleh aktivitas golongan bakteri koliform dan beberapa spesies bakteri yang bersifat putrefactive seperti Clostridium, S. putrefaciens dan Pseudomonas yang menghasilkan bau busuk. Senyawa-senyawa dan gas-gas hasil hidrolisis yang menyebabkan munculnya bau menyimpang antara lain senyawa sulfida seperti metil dan etil sulfida, hidrogen disulfida H 2 S; senyawa amine seperti histamine, tyramine, piperidine, putrescine, dan cavaderine; serta senyawa-senyawa lain seperti amonia NH 3 , indole, skatol, dan asam-asam lemak Frazier dan Westhoff, 1978. Menurut Frazier dan Westhoff 1988, kandungan mikroorganisme saat terdeteksi bau tidak enak adalah 1.2x10 6 -10 8 kolonig. 39

B. PENELITIAN UTAMA