2.1.4 Tanda dan Gejala
1. Gejala klinis
a. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas berlangsung selama 2-7
hari b.
Terdapat Manifestasi perdarahan termasuk uji terniquet positif, peteki, ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena.
c. Pembesaran hati
d. Perembesan plasma, yang ditandai secara klinis adanya acites dan efusi
pleura sampai terjadinya renjatan ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin, kulit lembap dan
pasien tampak gelisah.
2. Tanda klinis
a. Trombositopenia kurang dari 100.000
υL. b.
Hemokonsentrasi, dapat dilihat peningkatan hematokrit 20 atau lebih, menurut standar umur dan jenis kelamin. Soegijanto, 2006
2.1.5 Pentahapan Keparahan Demam Berdarah Dengue
Universitas Sumatera Utara
DHF diklasifikasikan menjadi empat tingkatan keparahan, dimana derajat III dan IV dianggap DSS. Adanya trombositopenia dengan disertai hemokonsentrasi
membedakan derajat I dan II DHF dari DF. 1.
Derajat I Demam disertai gejala-gejala umum yang tidak khas dan manifestasi perdarahan
spontan satu-satunya adalah uji tourniket positif atau mudah memar. 2.
Derajat II Gejala-gejala derajat I, disertai gejala-gejala perdarahan kulit spontan atau
manifestasi perdarahan yang lebih berat. 3.
Derajat III Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan nadi
menyempit 20 mmHg, hipotensi, sianosis disekitar mulut, kulit dingin dan lembab, gelisah.
4. Derajat IV
Syok berat profound shock, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak terukur. WHO, 1998
2.1.6 Penatalaksanaan
Berdasarkan kenyataannya di masyarakat penatalaksanaan kasus DBD dibagi menjadi 2, yaitu:
1. Kasus DBD yang memungkinkan untuk berobat jalan
2. Kasus DBD yang dianjurkan rawat tinggal yakni : kasus DBD derajat I dan II,
kasus DBD derajat III dan IV, kasus DBD dengan penyulit. Soegijanto,2006
Universitas Sumatera Utara
2.1.7 Pencegahan
Sampai saat ini belum ada vaksin yang efektif untuk mencegah penyakit dengue.Vaksin virus dengue sedang dikembangkan di Thailand, tetapi masih
membutuhkan volunter manusia untuk uji coba. Adapun program pengendalian Ae.aegepti yang terjangkau dan tahan lama adalah:
1. Manajemen Lingkungan
a. Modifikasi lingkungan : pengubahan fisik habitat larva yang tahan lama
b. Manipulasi lingkungan : pengubahan sementara habitat vektor yang
memerlukan pengaturan wadah yang penting dan yang tidak penting serta manajemen atau pemusnahan tempat perkembangbiakan alami nyamuk.
c. Perubahan habitasi atau perilaku manusia dimana merupakan upaya untuk
mengurangi kontak antara manusia dan vektor.
2. Perlindungan diri
a. Pakaian pelindung, pakaian mengurangi resiko tergigit nyamuk jika pakaian
itu cukup tebal atau longgar. b.
Tikar, obat nyamuk bakar, aerosol. Produk insektisida untuk konsumsi rumah tangga sudah banyak dipakai untuk perlindungan diri terhadap
nyamuk.
Universitas Sumatera Utara
c. Penolak serangga, merupakan sarana perlindungan diri terhadap nyamuk dan
serangga yang umum digunakan. d.
Insektisida untuk kelambu dan korden, kelambu yang diberi insektisida kegunaannya sangat terbatas dalam program pengendalian penyakit dengue
karna spesies vektor menggigit disiang hari. 3.
Pengendalian biologis a.
Ikan, ikan pemakan larva Gambusia affinis dan Poecilia reticulata sudah semakin banyak digunakan untuk mengendalikan Ae.stephensi dan
Ae.aegypti di kumpulan air yang banyak atau di kontainer air yang besar di negara-negara Asia Tenggara.
b. Bakteri, ada dua spesies bakteri penghasil endotoksin yaitu Bacillus
thuringiensis serotipe H-14 dan Bacillus sphaericus adalah agens yang efektif untuk mengendalikan nyamuk.
c. Siklopoids, peran pemangsa yang dimainkan oleh copepod crustacea
sejenis udang-udangan ternyata dapat mempengaruhi 99,3 angka kematian larva nyamuk Aedes.
d. Perangkap telur autosidal, perangkap yang diterapkan pemerintah Singapura
menunjukan hasil yang memuaskan sebagai alat pengendali dalam pemberantasan nyamuk Ae.aegypti.
4. Pengendalian kimiawi :
a. Pemberian larvasida kimiawi, biasanya terbatas pada wadah air yang
digunakan di rumah tangga yang tidak dapat dihancurkan, dimusnahkan, ataupun dikelola.
Universitas Sumatera Utara
b. Pengasapan wilayah, metode ini melibatkan pengasapan droplet-droplet
kecil insektisida ke dalam udara untuk membunuh nyamuk dewasa. 5.
Memberikan penyuluhan tentang 3M Plus
Metode yang di gunakan untuk mencegah Demam Berdarah adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk PSN melalui 3M Plus Menguras, Menutup
dan Mengubur Plus menabur larvasida dapat mencegah memberantas nyamuk Aedes berkembang biak. Angka Bebas Jentik ABJ sebagai tolok ukur upaya
pemberantasan vektor melalui Pemberantassan Sarang Nyamuk PSN. Pendekatan Demam Berdarah yang berwawasan kepedulian masyarakat
merupakan salah satu alternatif pendekatan baru Depkes Lingkungan RI, 2006
2.2 Peramalan 2.2.1 Pengertian Peramalan