Penetapan Kadar Pirasetam dalam Sediaan Tablet

30 persamaan regresi 0640 , 52 3247 , 34   X Y . Kurva kalibrasi pirasetam dapat dilihat pada gambar berikut : Gambar 4.9 Kurva kalibrasi pirasetam baku pabrik PT. Mutifa

4.4 Penetapan Kadar Pirasetam dalam Sediaan Tablet

Dilakukan penetapan kadar pirasetam sesuai dari hasil optimasi dengan menggunakan fasa gerak asetonitril-buffer posfat pH 6 30:70, dimana waktu tambat yang relatif singkat, tailing factor yang kurang dari 2 dan theoritical plates yang lebih besar dengan laju alir 1,0 mlmenit dan pada panjang gelombang 205 nm. Kadar dapat dihitung dengan mensubstitusikan luas area pada Y dari persamaan regresi Y = 34,3247X + 52,0640. Tabel 4.3 Kadar rata-rata pirasetam dalam sediaan tablet No Merek Nama Pabrik Kadar Rata-rata Kadar Sebenarnya 1 Pirasetam generik A 99,96 99,96 ± 2,0240 2 Pirasetam generik B 101,46 101,46 ± 4,4385 3 Latropil ® C 101,80 101,80 ± 0,7710 4 Neurotam ® D 101,70 101,70 ± 1,0344 5 Resibron ® E 100,46 100,46 ± 2,973 6 Revolan ® F 101,34 101,34 ± 2,0543 y = 34,3247x + 52,0640 r = 0,99963 50000000 100000000 150000000 200000000 10 20 30 40 50 60 Luas Puncak Konsentrasi Universitas Sumatera Utara 31 Dari data di atas, kadar pirasetam dalam sediaan tablet generik maupun dagang yang diuji memenuhi persyaratan kadar umumnya suatu sediaan obat dalam bentuk tablet yaitu tidak kurang dari 90,0 dan tidak lebih dari 110,0 dari jumlah yang tertera pada etiket. Dua tablet yang mengandung zat aktif dan kadar obat yang sama dari pabrik yang berlainan atau formula yang berlainan tidak selalu menghasilkan kadar obat dalam darah dan efek terapi yang sama. Dalam satu pabrik saja tablet dari bets yang berlainan bisa memberikan efek yang berbeda. Hal ini dikarenakan ketersediaan farmasi masing-masing berbeda karena setiap pabrik memiliki formula sendiri-sendiri Syamsuni, 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketersediaan farmasi masing-masing tablet berbeda adalah formulasi, bahan aktif, pengemas, proses, metode. Bioavabilitas yang berbeda antara produk-produk obat dari zat berkhasiat sama bisa jadi karena perbedaan formula yang digunakan, metode dari produk pabrik pembuat yang digunakan, kerasnya prosedur kontrol kualitas dalam proses pembuatan dan bahkan metode penanganan, peralatan, pengemasan dan penyimpanan Ansel, dkk, 1999.

4.5 Uji Validasi