Patofisiologi Insidensi Sindrom Nefrotik Inisial pada Anak di RSUP. H. Adam Malik, Medan dari Tahun 2011 sampai 2012

Gambar 2.1 - Hasil biopsi ginjal dari 223 anak-anak dengan proteinuria dirujuk untuk biopsi ginjal diagnostik Glomerular Disease Collaborative Network, J. Charles Jennette, MD, Hyunsook Chin, MS, and D.S. Gipson, 2007. n, jumlah pasien, C1Q, nefropati, FSGS, glomerulosklerosis fokal segmental, MCNS, sindrom nefrotik kelainan minimal; MPGN, glomerulonefritis membranoproliferative.

2.3 Patofisiologi

Kelainan yang mendasari sindrom nefrotik adalah peningkatan permeabilitas dari dinding kapiler glomerulus, yang meyebabkan proteinuria masif dan hipoalbuminemia. Pada biopsi, penipisan ekstensif proses kaki podocyte ciri khas sindrom nefrotik idiopatik menunjukkan peran penting untuk podocyte. Sindrom nefrotik idiopatik adalah berhubungan dengan gangguan yang kompleks dalam sistem kekebalanimun tubuh, terutama imunitas diperantarai sel T T cell– mediated immunity. Pada glomerulosklerosis fokal segmental, suatu faktor plasma, yang mungkin dihasilkan oleh subset limfosit aktif, mungkin bertanggung jawab untuk peningkatan permeabilitas dinding kapiler. Atau, mutasi pada protein podocyte podocin, α-actinin 4 dan MYH9 gen podocyte dapat berhubungan dengan glomerulosklerosis fokal segmental. Sindrom nefrotik resisten steroid steroid-resistant nephrotic syndrome dapat dikaitkan dengan mutasi pada NPHS2 podocin dan gen WT1, serta komponen lain dari proses filtrasi glomerulus, seperti pori celah slit pore, dan termasuk nephrin, NEPH1, dan protein yang terkait dengan CD-2 Pais, Avner, 2011. Universitas Sumatera Utara Untuk mekanisme pembentukan edema pada sindrom nefrotik, hilangnya protein urin masif menyebabkan hipoalbuminemia, yang menyebabkan penurunan tekanan onkotik plasma dan transudasi cairan dari kompartemen intravaskular ke ruang interstisial. Penurunan volume intravaskular menurunkan tekanan perfusi ginjal, yang mengaktifkan sistem renin-angiotensin-aldosteron, yang merangsang reabsorpsi natrium di tubular. Penurunan volume intravaskular juga merangsang pelepasan hormon antidiuretik, yang meningkatkan reabsorpsi air dalam collecting duct Pais, Avner, 2011. Teori ini tidak berlaku untuk semua pasien dengan sindrom nefrotik karena beberapa pasien sebenarnya ada peningkatan volume intravaskular dengan kadar renin dan aldosteron plasma berkurang. Oleh karena itu, faktor-faktor lain, termasuk aviditas ginjal primer primary renal avidity untuk natrium dan air, mungkin terlibat dalam pembentukan edema pada beberapa pasien dengan sindrom nefrotik Pais, Avner, 2011. Dalam keadaan nefrotik, tingkat lipid dalam darahserum kolesterol, trigliserida yang meningkat adalah disebabkan dua alasan. Hipoalbuminemia merangsang sintesis protein hepatik umum, termasuk sintesis lipoprotein. Ini juga mengapa sejumlah faktor koagulasi meningkat, lalu meningkatkan risiko trombosis. Selain itu, katabolisme lipid berkurang akibat dari pengurangan kadar lipoprotein lipase plasma yang berkaitan dengan peningkatan kehilangan enzim ini ini melalui urin Pais, Avner, 2011. Pasien dengan sindrom nefrotik berada ada peningkatan risiko infeksi sepsis, peritonitis, pielonefritis, terutama dengan organisme berkapsul seperti Streptococcus pneumoniae dan Haemophilus influenza. Beberapa alasan untuk hal ini termasuk hilangnya faktor komplemen C3b, opsonins seperti properdin faktor B, dan imunoglobulin dalam urin. Faktor Universitas Sumatera Utara risiko tambahan adalah penggunaan obat imunosupresif untuk mengobati sindrom nefrotik Pais, Avner, 2011. Sindrom nefrotik adalah keadaan hiperkoagulasi yang disebabkan beberapa faktor yaitu stasis vaskular, peningkatan produksi hepatik fibrinogen dan faktor pembekuan lainnya, penurunan kadar faktor antikoagulan serum, peningkatan produksi trombosit plasma sebagai reaktan fase akut, dan peningkatan agregasi platelet. Koagulopati dimanifestasi dengan kejadian tromboemboli Pais, Avner, 2011.

2.4 Sindrom Nefrotik IdiopatikPrimer