39
dibakukan. Kontrak itu dapat dikaji dari obyeknya. Jenis-jenis kontrak itu dapat disajikan berikut ini:
1. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang pertambangan umum dan minyak dan gas bumi, seperti kontrak baku pada kontrak karya, kontrak
production sharing , perjanjian karya pengusahaan batu bara, kontrak
bantuan teknis, dan lain-lain. 2. Kontrak baku yang dikenal dalam praktek bisnis. Seperti kontrak baku
dalam perjanjian leasing, beli sewa, franchise, dan lain-lain. 3. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang perbankan seperti perjanjian
kredit bank, perjanjian bagi hasil pada bank syariah. 4. Kontrak baku yang dikenal dalam perjanjian pembiayaan non-bank seperti
perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil pada perusahaan modal ventura, perjanjian pembiayaan konsumen.
5. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang asuransi, seperti perjanjian asuransi yang dibuat oleh perusahaan asuransi
42
Disamping itu dikenal juga perjanjian baku yang dikenal dalam pembebanan jaminan, seperti perjanjian pembebanan jaminan hak tanggungan, fidusia, dan
gadai. Perjanjian ini telah dibakukan oleh pemerintah dan lembaga pegadaian. .
43
G. Landasan Hukum Perjanjian yang Menggunakan Klausula Baku
Peraturan PerUndang-Undangan yang mengatur tentang perjanjian baku dapat dilihat dan dibaca dalam berbagai peraturan perUndang-Undangan berikut ini:
42
Ibid, hal 157
43
Ibid.
40
1 Pasal 2 ayat 19 sampai dengan Pasal 2 ayat 22 Prinsip UNIDROIT Principles of International Comercial Contract.
Prinsip UNIDROIT merupakan prinsip hukum yang mengatur hak dan kewajiban para pihak pada saat mereka menerapkan prinsip
kebebasan berkontrak karena prinsip kebebasan berkontrak jika tidak diatur bisa membahayakan pihak yang lemah, pasal 2.19
prinsip UNIDROIT menentukan sebagai berikut. 1 Apabila salah satu pihak astau kedua belah pihak
menggunakan syarat-syarat baku, maka berlaku sturan- aturan umum tentang pembentuksn kontrak dengan tunduk
pada pasal 2 ayat 20 sampai Pasal 2 ayat 22; 2 Syarat-syarat baku merupakan aturan yang telah
dipersiapkan terlebih dahulu untuk digunakan secara umum dan berulang-ulang oleh salah satu pihak dan secara nyata
digunakan tanpa negosiasi dengan pihak lainnya.
44
Ketentuan ini mengatur tentang: a. tunduknya salah satu pihak terhadap kontrak baku; dan
b. pengertian kontrak baku pasal 2 ayat 20 prinsip UNIDROIT menentukan sebagai berikut.
1 Suatu persyaratan dalam persyaratan standar-persyaratan standar yang tidak dapat secara layak diharapkan oleh suatu pihak
diyatakan tidak berlaku kecuali pihak itu secar tegas menerimanya;
44
Tarnyana Soenandar, Tinjauan atas Beberapa Aspek Hukum Dari Prinsip-Prinsip UNIDROIT dan SISG
, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hal 189
41
2 Untuk menentukan apakah suatu persyaratan memenuhi ciri seperti disebut diatas akan bergantung pada isi, bahasa dan penyajiannya.
Ketentuan ini mengatur tentang persyaratam dan cirri perjanjian baku. Cirinya tergantung pada isi, bahasa dan penyajiannya. Pasal 2.21
berbunyi: dalam hal timbul suatu pertentangan antara persyaratan- persyaratan standard dan tidak standar, persyaratan yang disebut
terakhir dinyatakan berlaku.
45
2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
Ketentuan ini mengatur tentang konflik antara persyaratan standard dan tidak standar dalam suatu kontrak atau perjanjian. Apabila terjadi
hal yang demikian, maka yang digunakan dalam penyelesaian masalahanya adalah didasarkan pada perjanjian tidak standar.
Pasal 2 ayat 22 berbunyi: jika kedua belah pihak menggunakan persyaratan-persyaratan standard an mencapai kesepakaan, kecuali
untuk beberapa persyaratan tertentu, suatu kontrak dapat disimpulkan berdasarkan perjanjian-perjanjian yang telah disepakati dan
persyaratan-persyaratan standar yang memiliki kesamaan dalam substansi, kecuali suatu pihak sebelumnya telah menyatakan secara
jelas atau kemudian dan tanpa penundaan untuk memberitahukannya kepada pihak lain , bahwa hal tersebut tidak dimaksudkan untuk
terikat dengan kontrak tersebut. Ketentuan ini mengatur kesepakatan para pihak dalam menggunakan kontak baku
46
45
Salim HS a, op. cit, hal 151
46
Ibid, hal 151-152
42
3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
Undang-Undang Perlindungan Konsumen ini mengatur tentang ketentuan Pencantuman klausula baku didalalam Bab V pada pasal
18 yang berbunyi sebagai berikut. 1 Pelaku usaha dalam menawarkan barang dan atau jasa
yang ditujukan unyuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen
danatau perjanjian apabila: 1. menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku
usaha; 2. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; 3. menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
4. menyatakan pemberian kuasavdari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun
tidak langsunguntuk melakukan segal tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli
oleh konsumen secara angsuran; 5. mengatur perihal pembuktian atas hilangnya
kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen secara angsuran;
43
6. memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta
kekayaaan konsumen yang menjadi obyek jual beli jasa;
7. menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan
danatau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen
memanfaatkan jasa yang dibelinya; 8. menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa pada
pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggunag, hak gadi, atau hak jaminan terhadap barag yang
dibeli oleh konsumen secara angsuran. 2 Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang
letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimeegerti.
3 Setiap klausula baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 dinyatakan batal demi hukum.
4 Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausula baku yang bertentangan dengan Undang-Undang ini.
47
4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
47
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
44
5 Undang-Undang nomor 40 Tahun 2014 tentang Perasuransian
H. Kekuatan Mengikat Klausula Baku