34
diperoleh jawaban sementara bahwa kedua istilah itu berbeda. Artinya klausula baku adalah klausul yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha, tetapi isinya tidak
boleh mengarah kepada klausul eksonerasi. Pasal 18 ayat 2 mempertegas pengertian tersebut, dengan menyatakan bahwa klausula baku harus diletakkan
pada tempat yang mudah terlihat dan jelas dapat dibaca dan mudah dimengerti, jika hal-hal yang disebutkan dalam ayat 1 dan 2 itu tidak dipenuhi, maka
kalusul baku itu menjadi batal demi hukum.
34
Oleh karena yang merancang format dan isi perjanjian adalah pihak yang memiliki kekuataan atau kedudukan yang lebih kuat, maka dapat dipastikan
bahwa perjanjian tersebut memuat klausula-klausula yang menguntungkan baginya, atau meringankan menghapuskan beban-beban atau kewajiban-
kewajiban tertentu yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya Apabila dalam suatu perjanjian, kedudukan para pihak tidak seimbang,
maka pihak lemah biasanya tidak berada dalam keadaan yang betul-betul bebas untuk menentukan apa yang diinginkan dalam perjanjian. Dalam hal demikian,
piha yang memiliki posisi lebih kuat biasanya menggunakan kesempatan tersebut untuk menentukan klausula-kalausula tertentu dalam perjanjian baku, sehinggaq
perjanjian yang seharusnya dibuat dirancang oleh para pihak yang terlibat dalam perjanjian, tidak ditemukan lagi di dalam perjanjian baku, karena format dan isi
perjanjian dirancang oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat.
35
F. Jenis- Jenis Perjanjian yang Menggunakan Klausula Baku
34
Ibid, hal 145
35
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo dan Sutarman Yodo, Op. Cit, hal114 - 115
35
Secara kuantitatif, jumlah perjanjian baku yang hidup dan berkmebang dalam masyarakat sangat banyak karena masing-masing perusahaan atau lembaga,
baik yang bergerak dibidang perbankan atau non bank maupun lainnya, selalu menyiapkan standar baku dalam mengelola usahanya. Ini disebabkan untuk
mempermudah dan mempercepat lalu lintas hukum. Hondius mengemukakan bahwa dewasa ini terdapat syarat-syarat baku di hampir di semua bidang dimana
dibuat kontrak baku. Beberapa aktifitas penting dan cabang-cabng perusahaan, di
mana banyak perjanjian-perjanjian dibuat atas dasr syarat-syarat baku seperti:
1. Perjanjian Kerja Kontrak KerjaPerjanjian Kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan
pengusaha secara lisan danatau tulisan, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan
kewajiban pekerja dan perusahaan 2. Perbankan syarat- syarat umum perbankan
3. Pembangunan Syarat-syarat seragam administrative untuk pelaksanaan pekerjaan
4. Perdagangan eceran suatu kegiatan menjual barang dan jasa kepada konsumen akhir.
Perdagangan eceran adalah mata rantai terakhir dalam penyaluran barang dari produsen sampai kepada konsumen.
5. Sektor pemberian jasa-jasa 6. Hak sewa erfpacht
7. Dagang dan perniagaan 8. Perusahaan pelabuhan
36
9. Sewa-menyewa 10. Beli sewa
11. Hipotek 12. Pemberian kredit atau perjanjian kredit
13. Pertanian 14. Urusan makelar
15. Praktik notary dan hukum lainnya 16. Perusahaan-perusahaan umum
17. Penyewaan urusan pers 18. Perusahaan angkutan syarat-syarat umum angkutan, syarat-syarat umum
ekdpedisi Belanda 19. Penerbitan
20.
Urusan asuransi
36
Hondius
37
1. jenis-jenis kontrak baru dan hubungan-hubungan hukum baru; mengemukakan bahwa kiranya tidak tepat kalau ada kesan seakan-akan
hampir semua transaksi dibuat atas dasar syarat-syarat baku. Karena menurutnya tidak semua transaksi cocok untuk dibakukan.
Berbagai contoh kontrak yang tidak cocok untuk dibakukan yaitu:
2. transaksi antara pengusaha dan seorang partikelir, yang segera dilaksanakan dalam hal pengusaha tidak ada resiko besar misalnya
penjualan bahan makanan; 3. transaksi antara golongan swasta satu dengan swasta lain sewa-
menyewa, penjualan mobil bekas;
36
Hondius, standaardvoorwaarden, diss Leiden,1978, hal141.
37
Ibid,
37
4. perjanjian-perjanjian, kedua belah pihak segan mempergunakan dokumen-dokumen misalnya transaksi-transaksi gelap yang tidak
diberikan nota karena kedua belah pihak hendak mengelakkan undang-undang pajak peredaran;
38
Penyebab keempat hal itu tidak dibuatkan syarat-syarat baku adalah karena: 1. Biaya, waktu dan kesulitan dari penerapan syarat-syarat umum tidak
seimbang dengan keuntungan Nomor 2; 2. Tidak ada pengetahuan tentang syarat-syarat baku atau karena kurang
pengalaman; 3. Karena kedua belah pihak hendak mengelakkan Undang-Undang Pajak
Peredaran.
39
Menurut Mariam Darus Badrulzaman klasifikasi perjanjian baku itu terbagi menjadi empat jenis, yaitu sbagai berikut:
1. Perjanjian baku sepihak adalah perjanjian yang isinya ditentukan oleh pihak yang kuat kedudukannya di dalam perjanjian itu Pihak yang kuat
disini ialah pihak kreditor yang lazimnya mempunyai posisi ekionomi yang lebih kuat dibandingkan pihak debitur.
2. Perjanjian baku timbal balik adalah perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh kedua belah pihak, misalnya perjanjian baku yang pihaknya terdiri
dari pihak majikan kreditur dan pihak lainnya buruh debitur. Kedua pihak lazimnya terikat dalam organisasi, misalnya pada perjanjian buruh
kolektif.
38
Salim HSa, op. cit, hal 155
39
Ibid.
38
3. Perjanjian baku yang ditetapkan oleh pemerintah ialah perjanjian baku yang isinya ditentukan oleh pemerintah terhadap perbuatan-perbuatab
hukum tertentu, misalnya perjanjian - perjanjian yang mempunyai objek hak-hak atas tanah. Dalam bidang agrarian, lihatlah misalnya formulir-
formulir perjanjian sebagaimana yang diatur dalam SK Menteri Dalam Negeri tanggal 6 Agustus 1977 No. 104Dja1977 berupa antara lain akta
jual beli. 4. Perjanjian baku yang ditentukan di lingkungan notaries atau advokad
adalah perjanjian-perjanjian yang konsepnya sejak semula sudah disediakan untuk memenuhi permintaan dari anggota masyarakat yang
minta bantuan nptatis atau advokad yang bersangkutan. Di dalam perpustakaan Belanda, jenis keempat ini disebut contract model .
40
Mariam Darus Badrulzaman tidak menyebutkan secara jelas perjanjian baku yang berlaku di kalangan perbankan, namun ia hanya menyebutkan
perjanjian baku yang dibuat oleh pihak ekonomi kuat terhadap debitur yang kedudukan ekonominys lemah. Pihak ekonomi kuat ini, dapat
ditafsirkan sebagai pihak pemberi kredit atau lembaga perbankan yang memberikan kredit pada debitur. Memang di dalam lembaga perbankan
syarat-syarat baku itu telah disiapkan oleh lembaga perbankan, sedangkan nasabah atau debitur tiggal menerima atau menolak isi perjanjian. Apabila
ia menerima, maka ia menandatangani isi perjanjian tersebut.
41
Berdasarkan hasil kajian terhadap berbagai jenis perjanjian yang berlaku di Indonesia, H. Salim HS telah menginventarisasikan berbagai kontrak yang telah
40
Ibid, hal 156
41
Ibid, hal 157
39
dibakukan. Kontrak itu dapat dikaji dari obyeknya. Jenis-jenis kontrak itu dapat disajikan berikut ini:
1. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang pertambangan umum dan minyak dan gas bumi, seperti kontrak baku pada kontrak karya, kontrak
production sharing , perjanjian karya pengusahaan batu bara, kontrak
bantuan teknis, dan lain-lain. 2. Kontrak baku yang dikenal dalam praktek bisnis. Seperti kontrak baku
dalam perjanjian leasing, beli sewa, franchise, dan lain-lain. 3. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang perbankan seperti perjanjian
kredit bank, perjanjian bagi hasil pada bank syariah. 4. Kontrak baku yang dikenal dalam perjanjian pembiayaan non-bank seperti
perjanjian pembiayaan dengan pola bagi hasil pada perusahaan modal ventura, perjanjian pembiayaan konsumen.
5. Kontrak baku yang dikenal dalam bidang asuransi, seperti perjanjian asuransi yang dibuat oleh perusahaan asuransi
42
Disamping itu dikenal juga perjanjian baku yang dikenal dalam pembebanan jaminan, seperti perjanjian pembebanan jaminan hak tanggungan, fidusia, dan
gadai. Perjanjian ini telah dibakukan oleh pemerintah dan lembaga pegadaian. .
43
G. Landasan Hukum Perjanjian yang Menggunakan Klausula Baku