PENGARUH PENAMBAHAN DES BERBASIS CHCL : GLISEROL

43 dari DES untuk alkohol juga dapat mengambil alkohol dari lapisan biodiesel [49]. Hal ini yang menyebabkan kemurnian yang dihasilkan dari proses transesterifikasi satu tahap menggunakan DES berbasis ChCl : gliserol lebih tinggi dibandingkan dengan hasil reaksi proses transesterifikasi dua tahap tanpa menggunakan DES tersebut.

4.4 PENGARUH PENAMBAHAN DES BERBASIS CHCL : GLISEROL

TERHADAP PROSES PENCUCIAN BIODIESEL Setelah ester dipisahkan dari gliserol, pencucian biodiesel perlu dilakukan guna menghilangkan kontaminan, sisa katalis, dan alkohol berlebih. Metode pencucian yang umum dilakukan adalah metode wet washing, yaitu pencucian biodiesel dengan menggunakan air, sebab gliserol dan etanol memiliki kelarutan yang cukup baik dalam air. Pencucian dengan air panas pun terbukti dapat meningkatkan yield dan kemurnian [50]. Gambar 4.6 menunjukkan proses pencucian biodiesel yang pertama tanpa dan dengan DES berbasis ChCl : gliserol dan Gambar 4.7 menunjukkan proses pencucian biodiesel yang keempat tanpa dan dengan DES berbasis ChCl : gliserol. a b Gambar 4.6 Proses Pencucian Pertama Biodiesel : a Tanpa DES b Dengan DES Universitas Sumatera Utara 44 a b Gambar 4.7 Proses Pencucian Ke-4 Biodiesel : a Tanpa DES b Dengan DES Dari Gambar 4.6 dapat dilihat bahwa pada proses pencucian biodiesel tanpa DES berbasis ChCl : gliserol terbentuk busa pada lapisan bawah sedangkan pada pencucian biodiesel dengan menggunakan DES berbasis ChCl : gliserol tidak terbentuk busa pada lapisan atas maupun lapisan bawah. Dari gambar tersebut dapat dilihat pula bahwa pada pencucian keempat, air pencuci biodiesel hasil reaksi dua tahap tanpa DES berbasis ChCl : gliserol masih keruh dan masih terdapat sedikit sabun sedangkan air pencuci untuk biodiesel hasil reaksi satu tahap dengan DES berbasis ChCl : gliserol sudah bening. Dalam pencucian biodiesel, air panas ditambahkan ke dalam corong pemisah dengan jumlah tertentu dan dikocok perlahan agar tidak membentuk emulsi. Proses ini dilakukan berulang-ulang hingga air cucian bening, yang menandakan bahwa pengotor telah dihilangkan secara keseluruhan sehingga metode ini memerlukan air dalam jumlah banyak [48]. Penambahan air ke dalam proses ini memiliki banyak kelemahan, seperti terbentuknya emulsi yang disebabkan oleh tingginya angka penyabunan dari bahan baku dengan kadar FFA yang tinggi, sulitnya proses pemisahan, lamanya waktu pemisahan, berkurangnya yield, dan lain-lain [51]. Kelemahan wet washing tersebut dapat diatasi dengan adanya penambahan DES dalam proses transesterifikasi. Gambar 4.8 menunjukkan jumlah air yang digunakan dalam pencucian biodiesel antara biodiesel yang dihasilkan melalui transesterifikasi dua tahap tanpa DES berbasis ChCl : gliserol dengan biodiesel hasil transesterifikasi satu tahap menggunakan DES berbasis ChCl : gliserol. Universitas Sumatera Utara 45 Gambar 4.8 Pengaruh DES Berbasis ChCl : Gliserol terhadap Jumlah Air Pencuci Dari Gambar 4.8 dapat dilihat bahwa jumlah air pencuci yang diperlukan biodiesel yang dihasilkan dari proses transesterifikasi satu tahap menggunakan DES berbasis ChCl : gliserol lebih sedikit dibandingkan dengan biodiesel dari hasil reaksi transesterifikasi dua tahap tanpa menggunakan DES tersebut. Dalam penelitian ini, biodiesel yang dihasilkan rata-rata adalah sebanyak 30 ml. Untuk metode wet washing terhadap biodiesel tersebut, digunakan air sebanyak 50 ml untuk satu kali pencuciannya. Pencucian biodiesel secara dua tahap tanpa DES berbasis ChCl : gliserol dilakukan sebanyak 9 kali sedangkan pencucian biodiesel secara satu tahap dengan DES berbasis ChCl : gliserol hanya berlangsung sebanyak 4 kali. Hal ini tentu sangat menguntungkan sebab tanpa adanya DES, air yang diperlukan untuk mencuci 30 ml biodiesel adalah sekitar 450 ml, sedangkan dengan adanya DES, pencucian 30 ml biodiesel hanya membutuhkan air sebanyak 200 ml. DES dapat mengurangi kontak langsung antara ester dan minyak, sehingga meminimalisir reaksi samping berupa saponifikasi pada reaksi transesterifikasi serta mempermudah proses pemisahan dan pencucian [52]. Oleh karena itu, proses pencucian biodiesel dengan adanya penambahan DES berbasis ChCl : gliserol berlangsung lebih cepat dan membutuhkan air dalam jumlah yang lebih sedikit dibandingkan dengan proses pencucian biodiesel tanpa DES tersebut. 100 200 300 400 500 Tanpa DES Dengan DES Jum la h A ir P enc uc i m l Universitas Sumatera Utara 46

4.5 KARAKTERISTIK BIODIESEL