Unsur Ketekunan Nilai Pendidikan Moral dalam Kitab San Zi Jing

4.1 Nilai Pendidikan Moral dalam Kitab San Zi Jing

字 Analisis nilai pendidikan moral difokuskan pada unsur ketekuanan. Berikut adalah data analisis kitab San Zi Jing yang berkaitan dengan nilai pendidikan moral pada unsur ketekunan.

4.1.1 Unsur Ketekunan

Data yang dianalisis adalah teks yang berkenaan dengan nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan yang dikutip dari Kitab San Zi Jing. 1. 而 ,心而惟,朝于 , 于 字 学 方法 度 kǒu ér sòng, xīn ér wéi, cháo yú sī, xī yú sī San Zi Jing 2011;189 Ketika kita belajar harus mempunyai tekat yang tinggi. Belajar tidak hanya dengan membaca tetapi juga memikirkan dan menelitinya. Pagi hari belajar, malam hari juga belajar, hanya dengan berkonsentrasi baru dapat benar-benar mempelajarinya dengan baik. Dari teks di atas penulis menemukan bahwa teks tersebut mengandung nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan. Kalimat “ketika kita belajar harus mempunyai tekat yang tinggi” bermaksud agar anak-anak benar-benar memiliki kemauan dan kehendak untuk belajar. Kalimat berikutnya adalah: “belajar tidak hanya dengan membaca tet api juga memikirkan dan menelitinya” bermaksud agar pelajar harus bersungguh-sungguh dan memiliki keseriusan pada saat belajar, tidak hanya menggunakan mulut untuk belajar tetapi juga hati dan akal pikiran, hal ini termasuk dalam nilai pendidikan moral. Universitas Sumatera Utara Teks berikutnya adalah “pagi hari belajar, malam hari juga belajar, hanya dengan berkonsentrasi baru dapat benar- benar mempelajarinya dengan baik.” Hal ini bermaksud agar pelajar rajin dan memusatkan segenap pikiran dan tenaga ketika belajar. Hal ini termasuk dalam unsur ketekunan. Beberapa kalimat di atas yang mewakili unsur ketekunan yang memiliki makna untuk mengingatkan kembali pelajar bagaimana sikap yang baik dan benar ketika belajar. Analisis di atas didukung oleh kisah Gu Yan Wu yang terdapat dalam buku cerita San Zi Jing. Gu Yan Wu dikenal sebagai anak yang mimiliki tekad yang tinggi ketika belajar seperti yang tergambar dari kisah di bawah ini. 1 Gu YanWu dari zaman dinasti Ming, sejak kecil bersama kakeknya membaca novel Si MaGuang yang berjudul Zi Zhi Tong Jian . Novel ini ada 294 jilid, dia tidak hanya memahami semua isi novel tetapi juga menyalin kembali dari jilid petama sampai jilid terakhir. Dia tidak hanya membaca buku-buku mengenai sejarah, tetapi juga membaca buku yang berhubungan dengan astronomi, geografi, dan sastra, ketika berusia 40 tahun dia telah membaca semua buku yang ada dirumahnya. Oleh karena itu, dia memutuskan untuk melakukan perjalanan ke luar dan bertekad membaca semua buku didunia. Ketika bepergian, ia sering melakukan survei lapangan, dan membandingkan satu per satu pengetahuan yang didapat dengan pengetahuan dari buku. Jika di dalam hasil wawancara terdapat pengetahuan yang tidak sama buku, dia menyelidikinya kembali, mencatat apa yang dilihat dan melakukan penelitian lebih lanjut. Dengan demikian, pengetahuan yang dia dapat lebih banyak lagi. San Zi Jing 2012; 175 Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa kitab San Zi Jing mengharuskan anak untuk memiliki kemauan dan kehendak untuk belajar dan tidak hanya membaca disebut belajar tetapi juga merenungkan dan mempraktikkannya. Jika Gu YanWu tidak bertekad belajar, dia tidak akan melakukan survei dan wawancara yang pada akhirnya memberikan dia pengetahuan yang baru, yang tidak bisa didapatkan dari buku. Universitas Sumatera Utara Data berikutnya adalah teks yang berkenaan dengan nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan yang dikutip dari Kitab San Zi Jing. 2. 仲 ,师 橐, 圣 ,尚勤学 赵中 ,读鲁论,彼既 ,学 勤 字 学 方法 度 xī zhòng ní, shī xiàng tuó, gǔ shèng xián, shàng qín xué. zhào zhōng lìng, dú lǔ lùn, bǐ jì shì, xué qiě qín. San Zi Jing 2011;190-191 Dulu konfusius meminta petunjuk dari anak jenius bernama Xiang Tuo dan berguru padanya. Orang bijak seperti Konfusius juga tidak lupa untuk tekun belajar, apalagi kita orang biasa harus lebih giat belajar. Perdana menteri Zhao Pu tidak berhenti membaca analekta Konfusius 论语 , meskipun sudah menjadi pejabat tinggi, dia tidak lupa untuk rajin belajar. Berdasarkan kutipan di atas penulis mendapatkan kata, frase, kalimat yang memiliki nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan. Dalam kata “meminta petunjuk” dan “berguru” bermaksud belajar dari orang lain, hal ini termasuk dalam nilai pendidikan moral. Kalimat “orang bijak seperti Konfusius juga tidak lupa untuk tekun belajar” dan “meskipun sudah menjadi pejabat tinggi, dia tidak lupa untuk rajin belajar ” menyatakan bahwa orang yang sudah sangat berpendidikan dan berkedudukan pun tidak lupa untuk rajin belajar, hal ini termasuk dalam unsur ketekunan. Analisis di atas diperkuat oleh 2 kisah dari Konfusius, tokoh filosofi tiongkok dan Zhao Pu, yang terdapat dalam buku cerita San Zi Jing. Kisah ini berisi tentang nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan yang tedapat pada tokoh Konfusius dan Zhao Pu. 2 Pada zaman dinasti Chun Qiu, Konfusius mengendarai kereta kuda melakukan perjalanan ke seluruh dunia. Kereta kuda Konfusius dihalangi oleh sekelompok Universitas Sumatera Utara anak-anak bermain di jalan, anak-anak yang melihat kereta segera menghindar dan memberi jalan, hanya seorang anak yang tidak menghindar dan tetap duduk di tembok kota terbuat dari pasir buatannya. Konfusius turun dari kereta kuda dan bertanya kepada anak tersebut: Nak, kenapa kamu melihat kereta tetapi tidak menghindarinya ? Dengan percaya diri anak itu menjawab: Mengapa saya harus menghindar ? Dari dulu sampai sekarang saya hanya pernah mendengar mobil mengelilingi kota, tidak kota menghindari mobil ? Konfusius terkejut dan bertanya: Siapa namamu ? Anak itu menjawab: nama saya Xiang Tuo. Anda ? Konfusius menjawab: Saya Konfusius dari negara Lu. Xiang Tuo berjabat tangan dengan Konfusius dan berkata: Tampaknya Anda adalah orang yang berpengetahuan luas, saya ingin bertanya pada AndaLangit bumi dan manusia. Langit ada berapa bintang ? Bumi ada berapa padi-padian ? Manusia ada berapa bulu alis ? Konfusius menjawab: Saya tidak tahu. Xiang Tuo dengan bangga menjawab: di langit ada sehamparan bintang, di bumi ada setunggul padi-padian, manusia ada alis putih dan hitam 2 macam Xiang Tuo kembali bertanya: Air ...shui apa yang tidak ada ikan ? Api ...huo apa yang tidak berasap ? Pohon ...shu apa yang tidak berdaun ? Bunga ...hua apa yang tidak ada tangkai ? Konfusius dengan sulit mengatakan: Selama ada air, pati akan ada ikan. Asalkan ada api, pasti ada asap.Tidak ada daun, bukan pohon. Tidak ada tangkai, bunga sulit mekar. Xiang Tuo sambil tersenyum dan berkata Ai Sumur jingshui tidak ada ikan. Kunang-kunang yinghuo tidak berasap. Pohon kering kushu tidak berdaun. Bunga salju xuehua tidak bertangkai Konfusius terkesan oleh kepintaran Xiang Tuo, konfusius memujinya dan memutuskan untuk berguru anak berusia 7 Tahun itu. San Zi Jing Gu Shi 2012; 115-116 Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa konfusius tidak mengenal lelah dalam belajar, dia adalah seorang filosofi yang bersikap rendah hati dan tidak lupa untuk terus belajar bahkan belajar dari anak berusia 7 tahun, ketekunan inilah yang ditanamkan konfusius. 3 Zhao Pu dari zaman dinasti song, sejak kecil sudah sangat gemar membaca, bahkan sesudah menjadi perdana menteri, kebiasaan membaca sejak kecil tetap tidak berubah. Universitas Sumatera Utara Ruang belajarnya bersebelahan dengan kamar tidur. Pagi dan siang hari dia sibuk dengan urusan negara, sampai malam hari ia menutup pintu dan menyalakan lampu mulai belajar keras, hari berikutnya akan dengan mudah menangani urusan politik. Suatu hari, Song TaiZu mencari Zhao Pu membahas urusan negara. Ketika memasuki ruangan Zhao Pu, ia melihat Analects Konfusiusdi meja Zhao Pu, dia mengambilnya dan mulai membaca, saat membaca dia bertanya kepada Zhao Pu: Bukankah buku ini dibaca pada masa kanak-kanak, kenapa sekarang kamu masih membacanya? Zhao Pu menjawab: Intropeksi diri, aturan keluarga, urusan negara, dunia yang damai, semua ada dalam analekta Konfusius. Saya mendapatkan banyak pengetahuan dari buku itu, pengetetahuan tersebut sangat berguna untuk mengurus urusan negara. Dulu raja mengunakannya sebagiannya untuk membangun negara, sekarang saya ingin mengunakannya untuk mengurus negara, oleh karena itu saya tidak ada sehari tidak membacanya. Mendengar jawaban dari ZhaoPu, Song TaiZu sangat mengagumi semangatnya dalam belajar, sejak saat itu dia lebih yakin menyerahkan urusan penting negara kepadanya. San Zi Jing 2012; 179 Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa Zhao Pu tidak mengenal lelah dalam belajar, kebiasaan belajarnya sejak kecil tetap tidak berubah. Ketika dia sudah menjadi perdana mentri pun dia tidak lupa untuk belajar, bahkan dengan membaca berulang-ulang kali buku yang seharusnya dibaca pada masa kecil. Semangat belajar yang tinggi sejak kecil adalah ketekunan yang ditanamkan Zhao Pu. Berdasarkan 2 kisah di atas mengajarkan kita bahwa kita harus memperkaya diri dan memperbanyak pengetahuan kita dengan belajar, jangan malu untuk belajar dari siapapun, baik anak-anak maupun orang tua. Konfusius tidak sungkan belajar dengan anak kecil berumur 7 tahun, Zhao Pu tetap membaca buku bacaan pada masa kanak- kanak, walaupun sudah memiliki pengetahuan yang banyak dan sudah memiliki pekerjaan yang baik, tetaplah belajar, karena pengetahuan yang didapat dari belajar tetap bermanfaat dan tidak akan sia-sia. Universitas Sumatera Utara Data berikutnya adalah teks yang berkenaan dengan nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan yang dikutip dari kitab San Zi Jing. 3. 披蒲编,削竹简,彼无书, 知勉 字 学 方法 度 pī pú biān, xuē zhú jiǎn, bǐ wú shū, qiè zhī miǎn. San Zi Jing 2011;192 Membuat buku dari potongan rumput besar, membuat buku dari potongan bambu. Meskipun tidak mampu membeli buku tetapi mereka masih belajar dengan gigih. Berdasarkan kutipan di atas penulis mendapatkan kalimat “meskipun tidak mampu membeli buku tetapi mereka masih belajar dengan gigih ”yang mengandung nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan. Kalimat “membuat buku dari potongan rumput besar, membuat buku dari potongan bambu. ” menyatakan bahwa ketebatasan perlengkapan belajar bukanlah alasan untuk tidak belajar. Analisis di atas diperkuat dengan 2 kisah dari Lu WenShu dan Gong SunHong yang terdapat dalam buku cerita San Zi Jing. 4 Lu WenShu dari zaman dinasti Xi Han, sejak kecil sudah mengembara domba, hidup di keluarga yang miskin dan tidak sanggup membeli buku. Pada zaman dinasti zaman dinasti dinasti Xi Han belum ada kertas, tulisan di tulis di atas sutra, dengan demikian satu buah buku sangat lah mahal, jadi keluarga yang miskin tidak mempunyai buku bacaan. Suatu hari ketika dia mengembara domba melewati satu kolam, dia memperhatikan kolam tersebut penuh dengan rumput-rumputan yang sangat hijau, sangat subur, daun dari rumput sangat lebar dan panjang. Lu WenShu menggendong seikat rumputan pulang, kemudian memotong rumput tersebut menjadi lembaran yang sama panjang lalu dikeringkan, setelah kering dirangkai menjadi satu dengan jahitan benang, kemudian dia menyalin buku ShangShu yang dipinjamnya di atas buku rumput dengan rapi. Dengan adanya buku rumput, Lu WenShu tidak perlu khawatir lagi tidak bisa membaca buku. Setiap hari dia sambil mengembara domba sambil membaca buku, selesai membaca satu buku, dia menyalin satu buku lagi. Dengan demikian, dari waktu demi waktu, buku yang dibacanya semakin banyak, pengetahuan yang di dapat juga semakin banyak. Kemudian, dia menjadi ahli hukum terkenal pada Universitas Sumatera Utara zaman dinasti zaman dinasti dinasti Xi Han, melakukan banyak hal bermanfaat bagi masyarakat. San Zi Jing Gu Shi 2012; 120-121 Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa Lu WenShu tidak lupa untuk terus belajar meskipun dia tidak memiliki buku, tetapi dia tidak putus asa dan menyerah, bahkan dengan ide membuat buku dari rumput-rumputan dan menyalin buku demi buku, agar dapat terus belajar dan memperbanyak pengetahuannya, ketekunan inilah yang ditanamkan oleh Lu WenShu. 5 Gong SunHong dari zaman dinasti Xi Han, pada usia 20-an pernah menjadi petugas kecil di penjara daerah, karena kurang ilmu pengetahuan, tidak belajar dengan baik, sering melakukan kesalahan, dia dipecat. Oleh karena keterbatasan ekonomi keluarga, dia tidak mampu bersekolah, tidak mampu membeli buku. Demi mencari nafkah menghidupi keluarga, dia ke hutan membantu orang mengembara babi, tetapi dia tidak menyerah pada hidupnya, dia percaya hanya dengan belajar dapat mengubah nasibnya. Oleh karena itu, Gong SunHong pada usia 40-an mulai giat belajar, dia sering ke hutan memotong bambu menjadi bilah bambu, kemudian dia menyalin buku ChunQiu yang dipinjamnya di atas bilah bambu, kemudian sambil mengembara babi sambil memotong bambu dan menyalin buku, ketika ada waktu luang dia belajar keras. Gong SunHong sudah banyak membaca buku dari bilah bambu yang dibuatnya, pengetahuannya semakin beragam, kemudian Gong SunHong resmi menjadi perdana menteri. San Zi Jing Gu Shi 2012; 121-122 Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa Gong SunHong yang gagal dalam karier dan tidak sanggup memiliki buku, dia tidak putus asa dan menyerah, dan tidak lupa untuk terus belajar, bahkan dengan ide membuat buku dari bambu agar dapat terus belajar dan memperkaya pengetahuannya, hal ini termaksuk dalam ketekunan yang ditanamkan Gong SunHong. Dari 2 kisah di atas dapat dipelajari nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan dari Lu WenShu dan Gong SunHong, bahwa mereka membuat buku dari potongan rumput dan bambu dan menyalin dari buku yang dipinjam. Hal ini Universitas Sumatera Utara mengingatkan anak-anak bahwa mereka yang tidak mempunyai buku sangat rajin dan gigih agar bisa belajar, kita yang memiliki buku tidak memiliki alasan untuk tidak rajin belajar. Data berikutnya adalah text yang berkenaan dengan nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan yang dikutip dari kitab San Zi Jing. 4. 头悬梁,锥 股,彼 教,自勤 字 学 方法 度 tóu xuán liáng, zhuī cì gǔ, bǐ bù jiào, zì qín kǔ. San Zi Jing 2011;193 Menggantung rambutnya di atas atap untuk menghindari rasa kantuk, menusuk paha dengan jarum besar untuk menghindari rasa lelah pada saat belajar. Mereka tidak dipaksa untuk belajar tetapi karena kerelaan hati diri sendiri untuk rajin belajar. Dari kutipan di atas penulis mendapatkan kalimat “tidak dipaksa untuk belajar tetapi karena kerelaan hati diri sendiri untuk rajin belajar. ” yang mengandung nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan. Kalimat “Menggantung rambutnya di atas atap untuk menghindari rasa kantuk ” dan “menusuk paha dengan jarum besar untuk untuk menghindari rasa lelah ” menyatakan bahwa keterbatasan waktu bukanlah alasan untuk tidak belajar. Analisis di atas diperkuat dengan 2 kisah dari Sun Jing dan Su Qin yang terdapat dalam buku cerita San Zi Jing. 6 Sun Jing dari zaman dinasti Dong Han, sejak kecil sangat gemar membaca, tetapi ayah Sun Jing meninggal lebih awal, meninggalkan dia dan ibu bergantung hidup satu sama lain, hari sangat sulit dilalui, apalagi mengeluarkan uang untuk membeli buku. Pagi hari ibu melakukan beberapa pekerjaan pertanian di rumah, Sun Jing ke gunung memotong kayu bakar, untuk membantu mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga. Sun Jing tidak memiliki uang untuk membeli buku, hanya bisa membaca buku yang di pinjam dari orang-orang di desa. Ketika ke gunung memotong kayu bakar, juga tidak lupa membawa buku yang dipinjam, ketika ada waktu luang dia segera mengeluarkan Universitas Sumatera Utara buku dan belajar, terkadang telalu menghayati ketika belajar, dia bahkan lupa pulang ke rumah. Tidak peduli pagi atau malam, sampai pulang ke rumah pun masih belajar keras dibawah lampu minyak. Pagi hari Sun Jing harus ke gunung memotong kayu bakar, sudah sangat lelah, malam hari pulang kerumah masih harus bergadang untuk belajar, sehingga sering kali tertidur ketika belajar. Hari berikutnya, Sun Jing menyadari ketika tidur telah menghabiskan banyak waktu untuk belajar, sehingga dia mengikat rambutnya dengan balok atap dengan menggunakan tali, ketika kepala bergerak, rambut akan tertarik, dan dibangunkan oleh rasa sakit, dan lanjut belajar. Dengan belajar keras seperti itu, dia menjadi ilmuwan terkenal pada zaman itu. San Zi Jing Gu Shi 2012; 124-125 Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa Sun Jing yang tetap gigih dalam belajar meskipun keterbatsaan waktu sering membuatnya tidak bisa fokus dalam belajar. Sikap menggantung rambutnya diatas balok agar tidak tertidur ketika belajar merupakan suatu motivasi dan keesadaran diri untuk rajin belajar adalah ketekunan yang ditanamkan Sun Jing. 7 Su Qin dari zaman dinasti Zhan Guo, pada usia muda, pergi ke banyak tempat untuk mencari pekerjaan, tetapi dia diabaikan, tak seorang pun ingin menggunakan dia karena pengetahuan tidak banyak. Ketika pulang kerumah, keluarganya melihat Su Qin sangat tidak berguna, memandang rendah dia. Oleh karena itu dia bertekat belajar dengan giat, setiap hari belajar sampai larut malam. Suatu hari, dia mulai ngantuk ketika belajar, dan tertidur di atas meja belajar, tetapi ia terbangun karena lengan ditusuk oleh suatu benda, sehingga ketika ingin tertidur, dia menusuk paha nya dengan jarum berbesar agar terbangun dan lanjut belajar. Setelah belajar keras selama setahun, pengetahuannya sudah sangat luas, dan menjabat sebagai perdana menteri. San Zi Jing 2012; 181 Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa Su Qin yang tetap gigih dalam belajar sampai larut malam. Sikap menusuk paha dengan jarum merupakan suatu motivasi dan keesadaran diri untuk rajin belajar adalah ketekunan yang ditanamkan Su Qin. Berdasarkan 2 kisah tersebut dapat dipelajari nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan dari Sun Jing dan Su Qin, bahwa mereka tidak dipaksa untuk belajar tetapi memotivasi diri sendiri untuk rajin belajar. Jika dibandingkan dengan zaman Universitas Sumatera Utara sekarang, belajar yang seharusnya menjadi kewajiban anak-anak malah terkadang menjadi suatu keterpaksaan dan bukan kemauan dan kehendak dari diri sendiri. Data berikutnya adalah teks yang berkenaan dengan nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan yang dikutip dari kitab San Zi Jing. 5. 如囊萤,如映雪,家虽 ,学 辍 字 学 方法 度 rú náng yíng, rú yìng xuě, jiā suī pín, xué bù chuò. San Zi Jing 2011;194 Memasukkan kunang-kunang ke dalam kantong kain menjadi penerang pada saat belajar, menggunakan pembiasan cahaya dari salju sebagai penerang pada saat belajar. Meskipun keluarga mereka miskin, tetapi mereka tidak berhenti belajar dalam keadaan sulit. Dari kutipan di atas penulis mendapatkan kalimat “meskipun keluarga mereka miskin, tetapi mereka tidak berhenti belajar dalam keadaan sulit. ” yang mengandung nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan. Kalimat “memasukkan kunang- kunang ke dalam kantong kain menjadi penerang pada saat belajar ” dan “menggunakan pembiasan cahaya dari salju sebagai penerang pada saat belajar” menyatakan bahwa keterbatasan ekonomi bukanlah alasan untuk tidak belajar. Analisis di atas diperkuat dengan 2 kisah dari Che Yin dan Sun Kang yang terdapat dalam buku cerita San Zi Jing. 8 Che Yin dari zaman dinasti Dong Jin, sejak kecil sangat gemar membaca. Sejak ayahnya meninggal, kondisi ekonomi keluarganya jadi sangat miskin. Che Yin sangat bijaksana, pagi hari membantu keluarga melakukan beberapa pekerjaan rumah, malam hari meluangkan sedikit waktu untuk belajar, tetapi keluarga miskin uang untuk membeli minyak lampu pun tidak ada, sampai malam hari dia tidak dapat belajar. Suatu malam di musim panas, dia belajar di halaman rumah, dia melihat ada banyak kunang-kunang terbang di udara, seperti banyak lampu kecil berkedip di langit malam, oleh karena itu dia menangkap beberapa kunang-kunang dan menempatkan mereka di dalam kantong yang terbuat dari kain kasa putih, pembiasan cahaya dari kunang- Universitas Sumatera Utara kunung pun keluar. Che Yin menggunakan cahaya redup yang dikeluarkan kunang- kunang setiap malam terus belajar, dan akhirnya dia menjadi ilmuwan terkenal. San Zi Jing 2012; 183 Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa Che Yin yang tetap gigih dalam belajar meskipun dia belajar ditempat yang kurang pencahayaan bahkan dengan mengunakan pembiasan cahaya dari kunang-kunang untuk penerangan pada saat belajar. Setiap malam belajar dengan pencahayan yang minim adalah ketekunan yang ditanamkan Che Yin. 9 Sun Kang dari zaman dinasti Jin, sejak kecil cerdas dan rajin, tetapi keluarga sangat miskin, karena pagi hari harus membantu mengerjakan pekerjaan rumah, dia memnggunakan malam hari untuk belajar, tetapi malam hari membutuhkan lampu minyak, tapi keluarga tidak ada uang untuk membeli minyak lampu. Suatu hari diluar turun salju besar, tengah malam tebangun, melihat ada seberkas cahaya masuk dari jendela, ternyata sinar dari salju, ia bangkit menghadap cahaya dan belajar. Meskipun Sun Kang berjongkok di atas tumpukan salju dengan pakaian yang tipis, tetapi karena konsentrasi, perhatian benar- benar terfokus penuh pada buku, meskipun dingin sampai menusuk tulang, dia tidak merasakannya, sampai tengah malam masih tetap semangat belajar. Dengan ketekuanan dan kerja kerasnya setiap malam akhirnya dia menjadi cendekiawan intelektual. San Zi Jing Gu Shi 2012; 127-128 Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa Sun Kang yang tetap gigih belajar sampai larut malam dan belajar dibawah kegelapan bahkan belajar dengan menggunakan cahaya yang dikeluaran salju. Tetap belajar pada saat musim dingin dengan menggunakan pencahayaan yang minim adalah ketekunan yang ditanamkan Sun Kang. Berdasarkan 2 kisah di atas dapat dipelajari nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan dari Che Yin dan Sun Kang, bahwa mereka tetap rajin belajar walaupun dalam keadaan ekonomi dan lingkungan yang sulit. Hal ini lebih mengingatkan Universitas Sumatera Utara kepada anak-anak yang putus sekolah bahwa orang zaman dulu bisa rajin belajar dalam keadaan sulit, kita yang hidup di zaman sekarang jangan kalah dengan orang zaman dulu. Data berikutnya adalah teks yang berkenaan dengan nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan yang dikutip dari kitab San Zi Jing. 6. 如负薪,如 角,身虽劳,又 卓 字 学 方法 度 rú fù xīn, rú guà jiǎo, shēn suī láo, yòu kǔ zhuó. San Zi Jing 2011;195 memikul kayu sambil belajar, mengembara sapi sambil belajar. Walaupun tubuh sangat letih, tetapi mereka tetap rajin belajar dalam keadaan yang sulit. Dari kutipan di atas penulis mendapatkan kalimat “walaupun tubuh sangat letih, tetapi mereka tetap rajin belajar dalam keadaan yang sulit ” yang mengandung nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan. Kalimat “memikul kayu sambil belajar” dan “mengembara sapi sambil belajar” menyatakan bahwa keterbatasan jasmani bukanlah alasan untuk tidak belajar. Analisis di atas diperkuat dengan 2 kisah dari Zhu MaiChen dan Li Mi yang terdapat dalam buku cerita San Zi Jing. 10Zhu MaiChen dari zaman dinasti Han, dari kecil sudah kehilangan kedua orang tua, dengan usaha kegunung memotong kayu bakar dan menjualnya untuk mempertahankan hidup. Zhu MaiChen tidak memiliki banyak waktu untuk belajar, untuk memanfaatkan sepenuhnya waktu, ketika pergi ke gunung memotong kayu bakar dia tidak lupa membawa buku, ketika di perjalanan pulang dia mengeluarkan buku dan membacanya. Istri Zhu MaiChen merasa suaminya tidak berguna, tidak tahu mencari uang, hanya tahu belajar. Istrinya tidak percaya dia akan sukses, tetap memutuskan bercerai. 5 tahun kemudian, buku yang di baca sudah banyak, pengetahuan juga luas, dia direkrut menjadi pejabat pemerintah. Istri nya sangat menyesal dan meminta untuk bersatu kembali. San Zi Jing 2012; 185 Universitas Sumatera Utara Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa Zhu MaiChen yang bekerja sambil belajar, dia tetap gigih dalam belajar walaupun tidak memiliki waktu yang banyak. Sikap dia dalam memanfaatkan waktu untuk dapat terus belajar adalah ketekunan yang ditanamkan Zhu Mai Chen. 11Li Mi dari akhir zaman dinasti Sui, ketika muda dia dikirim untuk menjadi pengawal di istana kaisar Sui Yang. Sifatnya dari kecil sangat lincah, ketika dia bertugas memandang ke kiri kanan tidak berkonsentrasi, diketahui oleh kaisar Sui Yang, menganggap anak ini berkelakuan kurang baik, dan memecatnya. Li Mi bahkan tidak murung, sesampai di rumah, dia belajar keras dan memutuskan untuk menjadi orang yang terpelajar. Dia mendengar bahwa di gunung Gou ada seorang ilmuan terkenal bernama Bao Kai, lalu dia pergi menuntut ilmu padanya. Li Mi menunggang seekor sapi, punggung sapi ditutupi dengan bantalan yang terbuat dari daun, tanduk sapi menggantung buku Han Shu. Li Mi sambil membawa jalan sambil membaca Xiang Yu Chuan dalam buku Han Shu, tiba-tiba Gong YangSu perdana mentri Sui Chao menunggang kuda menyusul dari belakang, dia memberhentikan kuda dan memuji Li Mi: “orang yang begitu rajin belajar sudah sangat langka”, Li Mi segera turun dan memberikan hormat. Mereka berbincang di sisi jalan, YangSu melihat cara berbicara Li Mi sangat luar biasa, YangSu sangat kagum padanya. Pada akhirnya, Li Mi menjadi pemimpin tim WaGang Army dalam pemberontakan para petani pada raja Sui. San Zi Jing Gu Shi 2012; 130-131 Dari kisah di atas dapat dipahami bahwa Li Mi yang tidak lupan membaca ketika berada didalam pejalanan, dengan menggantungkan buku di atas tanduk sapi. Sikap nya dalam memanfaatkan waktu untuk dapat terus belajar adalah ketekunan yang ditanamkan Li Mi. Berdasarkan 2 kisah di atas dapat dipelajari nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan dari Zhu MaiChen dan Li Mi, bahwa tetap mereka rajin belajar walaupun badan letih dan capai. Hal ini mengingatkan anak-anak yang malas bersekolah sering sekali memakai alasan sakit untuk tidak pergi kesekolah, bahwa capai, lelah maupun sakit bukalah alasan untuk tidak rajin belajar. Universitas Sumatera Utara Berdasarkan analisis di atas penulis menemukan 6 ajaran dari kitab San Zi Jing yang masuk kedalam kategori nilai pendidikan moral dalam unsur ketekunan.

4.2 Nilai Pendidikan Sosial dalam Kitab San Zi Jing