Karakteristik Subjek Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan pada 34 orang subjek dengan riwayat DK yang dimulai dari bulanOktober 2014–Maret 2015.

4.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subjek pada penelitian ini ditampilkan berdasarkan distribusi frekuensi kelompok jenis kelamin, usia, suku, agama, pendidikan, status pernikahan. Sedangkan karakteristik atopi terdiri dari stigmata atopik pada diri pasien atau keluarga. 30 Universitas Sumatera Utara Tabel 4.1 Data karakteristik sampel DK Karakteristik sosiodemografi Jumlah n=34 Persentase Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 15 19 44,1 55,9 Usia 18-34 35-49 50-65 15 12 7 44,1 35,3 20,6 Suku Aceh Banten Batak Jawa Melayu Tionghoa 2 1 6 15 3 7 5,9 2,9 17,7 44,1 8,8 20,6 Agama Buddha Islam Katolik Protestan 4 22 3 5 11,8 64,7 8,8 14,7 Pendidikan SD SMP SMA Perguruan tinggi 4 5 11 14 11,8 14,7 32,3 41,2 Status pernikahan Menikah Belum menikah 28 6 82,4 17,6 Total 34 100,0 Berdasarkan tabel 4.1. didapatkan bahwaperempuan berjumlah 19 orang atau 55,9 lebih banyak dibandingkan laki-laki yang berjumlah 15 orang atau 44,1. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan di Medan oleh Mahadi pada tahun 1991-1992 dimana dilaporkan terdapat 72,73 pasien adalah perempuan dan 27,27 pasienlaki-laki. 38 Nasution dkk.pada tahun 1992 melaporkan pasien DKdi RS Dr Pirngadi Medan sebanyak 63,79 perempuandan 36,21laki-laki. Pada tahun 1993 pasien DK sebanyak 67,19 Universitas Sumatera Utara perempuan dan 32,18 laki-laki, sedangkan pada tahun 1994ditemukan pasien DK sebanyak 71,43 perempuan dan 28,57laki-laki. Villafuerte dan Palmero dari Filipina melaporkan dari 267 pasien DK sebanyak 71,4 adalah perempuan dan laki-laki28,6. 39 40 Penelitian di Jerman yang dilakukan oleh Forsbeck pada tahun 2001, dari 1141 pasien DK, 50,4 untuk pasien perempuan lebih banyak daripada pasien laki-laki. Demikian juga pada penelitian Basketter di Thailandpada tahun 2004, dari 1178-2545 orang yang diikutsertakan dalam penelitiannya ditemukan 49,1-70,7 adalah perempuan. Pada penelitian Dotterud di Norwegia pada tahun 2007 ditemukan prevalensi 55,8 pasien DK perempuan dari 1236 orang subjek penelitian. 17 Sebaliknya penelitian yang dilakukan oleh García-Gavín tentang epidemiologi DK di Spanyol pada tahun 2008, ditemukan 740 atau 63,7 adalah perempuan dan 421 atau 36,3 adalah laki-laki dari jumlah 1161 pasien. Penelitian Sunaryo di Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan Januari-Desember 2012 juga memperoleh hasil yang sama dengan penelitian-penelitian lainnya tentang pasien DK yang lebih banyak terjadi pada pasien wanita sebanyak 52 orang atau 67,5 dibandingkan dengan pria sebesar 2:1. 41 42 Hasil inipun sesuai dengan penelitian Wulus, yang menemukan 59 DK terjadi pada wanita. 43 Hal ini terjadi disebabkanoleh wanita lebih sering terpapar dengan berbagai bahan alergik maupun iritan dalam pekerjaan sehari- hari. Hal ini juga didukung oleh kepustakaan yang menyatakan bahwa wanita dua kali lipat lebih sering menderita DK dibandingkan dengan pria. Berdasarkan tabel 4.1 didapatkan bahwa DK terbanyak pada kelompok usia 18-34 tahun yaitu 15 orang atau 44,1. Pada penelitian Wulus yang 8 Universitas Sumatera Utara dilakukan di poliklinik kulit dan kelamin RSUP Prof. DR. R. D. Kandou Manado menemukan kelompok tertinggi pada usia 25-44 tahun atau 30,18. 43 Fatma dan Hari yang meneliti mengenai hubungan antara usia pekerja dengan kejadian DK di PT Inti Pantja Press Industri yang bergerak dalam bidang otomotifmenemukanbahwa dari 43 pekerja, 26 pekerja atau 60,5 berusia ≤30 tahun dan pekerja yang berusia 30 tahun hanya sekitar 13 orang atau 35,1. 44 Menurut kepustakaan bahwa DK lebih sering diderita oleh orang dewasa, meskipun sebenarnya dapat terjadi pada semua usia dan angka kejadian meningkat pada usia produktif. Hal ini terkait dengan pekerjaan dan kehidupan mereka sehari-hari yang mengharuskan mereka terpapar dengan bahan-bahan iritan dan alergen. Distibusi berdasarkan suku didapatkan suku Jawa memiliki frekuensi terbanyak sebanyak 15 orang atau 44,1. 8,22 Menurut data BPS Sumatera Utara, pada tahun 2000 mayoritas penduduk kota Medan berasal dari suku Jawa sebesar 33,03 dan Batak sebesar 20,93, yang disusul oleh suku Tionghoa sebesar 10,65, Mandailing sebesar 9,36, Minangkabau sebesar 8,6, Melayu sebesar 6,59, Karo sebesar 4,10, Aceh sebesar 2,78, dan lain-lain sebesar 3,95. Berdasarkan pendidikan didapatkan frekuensi tertinggi adalah perguruan tinggi berjumlah 14 orang atau 41,2. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata sampel pada penelitian ini memiliki tingkat intelektual yang cukup baik.Menurut Yuli Kusumawati 2008 tingkat pendidikan seseorang ikut mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan. Semakin tinggi pendidikan seseorang akansemakin mudah menerima informasi tentang kesehatan. 45 46 Penelitian yang dilakukan oleh Mithia R dkk. di Makassar menyatakan bahwa tidak ada Universitas Sumatera Utara hubungan pengetahuan dengan kejadian DK. 47 Tabel 4.2 Karakteristik stigmata atopik sampel penelitian Berdasarkan hal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa masih terdapat kontroversi mengenai kaitan pendidikan dan timbulnya DKA. Karakteristik Jumlah n=34 Persentase Dermatitis atopik Ya Tidak 27 7 79,4 20,6 Riwayat keluarga atopi Ya Tidak 11 23 32,4 67,6 Total 34 100,0 Distribusi frekuensi berdasarkan dermatitis atopik didapatkansebesar 27 orang atau 79,4 yang memiliki DA sedangkan 7 orang atau 20,6 tidak memiliki DA.Distribusi frekuensi berdasarkan riwayat keluarga atopi didapatkan sebesar 23 orang atau 67,6 tidak memiliki riwayat keluarga atopi dan 11 orang atau 32,4 yang memiliki riwayat keluarga atopi.

4.2. Alergen Penyebab Dermatitis Kontak Alergi