Universitas Sumatera Utara
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian komunikasi terapeutik dokter gigi yang praktek bersama dalam menangani pasien anak di Kota Medan, maka dapat ditarik
kesimpulan yakni: 1.
Rasa takut terhadap dokter gigi yang ada di dalam diri anak terbagi atas tiga macam, yaitu rasa takut objektif, rasa takut subjektif dan rasa takut
sugesti. 2.
Proses komunikasi terapeutik terbagi atas empat fase yaitu fase preinteraksi, fase orientasi, fase kerja, dan fase terminasi. Hal yang penting
diperhatikan ketika sedang melayani pasien anak adalah kesabaran, sikap yang ramah, hangat, bersahabat, empati dan mampu membawakan diri
selayaknya anak-anak. 3.
Ada beberapa manfaat yang didapatkan setelah melaksanakan komunikasi terapeutik, yaitu komunikasi terapeutik dapat digunakan sebagai suatu cara
bagi dokter gigi untuk mendekatkan dirinya dengan pasien anaknya, dapat mengubah mindset anak tentang dokter gigi, dapat mengurangi rasa takut
anak terhadap dokter gigi, dapat mengubah sikap dan prilaku anak sesuai dengan yang diinginkan.
4. Hambatan komunikasi terapeutik terbagi atas tiga, yaitu hambatan yang
datang dari dalam diri dokter gigi itu sendiri, hambatan yang datang dari dalam diri anak, dan hambatan yang datang dari orang tua pasien.
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian mengenai komunikasi terapeutik dokter gigi yang praktek bersama dalam menangani pasien anak di Kota Medan, maka
peneliti berusaha untuk merumuskan beberapa saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak. Beberapa saran tersebut adalah :
Universitas Sumatera utara
Universitas Sumatera Utara
1. Sebaiknya dokter gigi harus menguasai semua teknik-teknik komunikasi
terapeutik sehingga mereka tidak kehabisan cara dalam melayani pasien anaknya. Dokter gigi juga harusnya lebih dapat mengontrol emosi mereka,
jika sedang berada di tempat praktek, sebaiknya mereka melupakan segala permasalahan dan beban pikiran yang sedang dimiliki agar kemudian tidak
berpengaruh terhadap kesabaran mereka dalam membujuk-bujuk pasien anaknya.
2. Bagi para orang tua sebaiknya mengurangi kebiasaan mereka untuk
mengancam akan membawa anaknya ke dokter agar disuntik ketika mereka berbuat salah, karena tanpa disadari hal ini merupakan faktor yang
paling berpengaruh terhadap rasa takut anak. Orang tua juga sebaiknya dapat menjaga sikap dan prilaku mereka ketika berada di tempat praktek
dokter gigi. Hindarilah sikap tempramen yang dapat mengganggu kenyamanan dokter gigi dalam bekerja. Jika memang anak sangat susah
untuk dibujuk, ada baiknya dibawa kerumah dulu jangan dipaksakan karena dapat menumbuhkan rasa trauma dalam diri anak.
3. Sangatlah baik jika sedini mungkin orang tua sudah memperkenalkan
tempat praktek dokter gigi kepada anaknya dengan membawa anak tersebut ke tempat praktek, jangan membawanya jika sudah mengalami
sakit gigi. Jika sedini mungkin sudah dikenalkan, kemungkinan besar anak tidak akan merasa asing lagi dengan tempat praktek dokter gigi.
5.3 Implikasi a. Teoritis