Produk pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua

(1)

PRODUK PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO

DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK KELAPA DUA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar

Sarjana Ekonomi Syariah (S.E.Sy)

Oleh

:

TRY PRASETYO

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 1432 H / 2011 M


(2)

(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 20 Juni 2011


(5)

i ABSTRAK

Try Prasetyo (107046101971), “Produk Pembiayaan Warung Mikro Di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua”, Skripsi, Konsentrasi Perbankan Syariah, Program Studi Muamalat, Fakultas Syriah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011.

Penelitian ini adalah penelitian empiris yang dilakukan pada tahun 2011 untuk mengetahui konsep dan aplikasi produk pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri pada kurun waktu 2010-2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian antara konsep aplikasi dari produk pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri. Selain itu penelitian ini juga melakukan analisa matrik SWOT terhadap produk Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri. Setelah melakukan analisa terhadap produk tersebut, maka selanjutnya penulis membuat rancangan strategi dalam rangka peningkatan produk Pembiayaan Warung Mikro.

Pada penelitian ini diketahui bahwasannya Aplilasi akad jual beli murabahah pada produk pembiayaan warung mikro dilakukan sebelum barang secara prinsip menjadi milik bank. Hal ini tentunya tidak sesuai dengan ketentuan Fatwa MUI No.04/DSN-MUI/IV/2000 tanggal 1 April 2000 (26 Dzulhijah 1420 H) yang menetapkan bahwa jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, maka akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang secara prinsip menjadi milik bank.


(6)

ii

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada pemimpin umat, Rasulullah saw, kepada keluarganya, para sahabatnya dan seluruh umatnya.

Alhamdulillah, akhirnya penulis bisa menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “PRODUK PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK KELAPA DUA” dengan baik. Tentunya penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki. Sebagai manusia biasa, tentunya penulis memiliki keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi atas keterbatasan dan kekurangan yang ada pada skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa sejak awal penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan secara moril maupun materil hingga terselesaikan skripsi ini dengan baik. Perjalanan studi penulis dari awal hingga akhir, tidak ada yang sukses dilalui sendiri. Dibalik keberhasilan selalu ada kebersamaan yang memberikan semangat, motivasi, bimbingan serta doa. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini penulis secara khusus ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:


(7)

iii

1. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH., MA., MM.

2. Kepala Program Studi Muamalat Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag yang senantiasa meluangkan waktunya di tengah kesibukannya untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

3. Ibu Dr. Nur Hasanah, M.Ag dan Bapak Mu’min Rauf, M.Ag sebagai dosen pembimbing yang telah sabar membimbing penulis ditengah kesibukannya dalam menyelesaikan skripsi ini sampai selesai.

4. Segenap Dosen Pengajar dan Civitas Akademika Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, khususnya Program Studi Muamalat tempat penulis melakukan studi.

5. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan kasih sayang tanpa rasa lelah hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Kepada adik-adikku Agnesia Putri dan Sarah Monica dan kakakku Iis Maryani terima kasih atas dukungan dan motivasi kalian.

6. Kepada Bank Syariah Mandiri Cabang Pembantu Depok Kelapa Dua, khususnya Bapak Fitra Mizan yang telah membantu penulis sehingga dapat memperoleh data-data yang dibutuhkan pada penelitian ini.

7. Teman-teman PS C 2007, terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya selama 4 tahun ini kita saling mengenal dan menjalin persahabatan yang tidak akan pernah terlupakan.


(8)

iv satu-persatu. Lanjutkan perjuangan Kawan!

9. Sahabat karibku Shafitranata, Rifki, Didin, Fahmi, Fitoy, Hadi,Wahyu, Fikri, Lisan, Brader Irfan dan Aan. Terima kasih atas kebaikan, dukungan dan semangat kalian. Semoga persahabatan kita tidak akan pernah putus meskipun tidak bersama lagi.

10. Seluruh Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta yang telah banyak membantu dalam mendapatkan buku-buku atau referensi lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini.

11. Seluruh Keluarga Besar yang telah mendukung dan memotivasi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

12. Semua pihak yang ikut serta membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.

Mengakhiri kata pengantar ini, atas semua bantuan yang telah diberikan penulis hanya dapat memanjatkan doa kepada Allah SWT semoga kebaikan yang telah diberikan dapat bernilai ibadah dan dibalas oleh Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat untuk kita semua, amin.

Jakarta, 20 Juni 2011


(9)

v DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian … ... 6

D. Review Studi Terdahulu ……… ... 7

E. Objek Penelitian ………. ... 10

F. Metode Penelitian ………..………. ... 11

G. Sistematika Penulisan ……… ... 14

BAB II PEMBIAYAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN UMKM DI INDONESIA A. Pembiayaan Dalam Perspektif Islam 1. Pengertian Pembiayaan ... 16

2. Penilaian Pemberian Pembiayaan ... 20

3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan ... 21


(10)

vi

2. Karakteristik UMKM ... 36

3. Profil UMKM di Indonesia ... 41

C. Peranan Pembiayaan Bank Syariah Terhadap Perkembangan UMKM di Indonesia ... 43

BAB III GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI CABANG DEPOK KELAPA DUA A. Profil Perusahaaan ... 46

B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri ... 47

C. Visi, Misi, Budaya Perusahaan dan Prinsip Operasional Bank Syariah Mandiri 1. Visi dan Misi ... 50

2. Budaya Perusahaan ... 51

3. Prinsip Operasional ... 52

D. Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri ... 53

E. Produk-Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua ... 58

BAB IV APLIKASI PRODUK PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI A. Konsep Murabahah ... 59


(11)

vii

B. Mekanisme Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah

Mandiri ... 63

1. Prosedur Umum Pembiayaan Warung Mikro ... 68

2. Tahap Pengajuan Pembiayaan ... 71

3. Aplikasi Pembiayaan Warung Mikro Dari Perspektif Nasabah ... 74

C. Analisa Matrik SWOT Produk Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri... 76

D. Rancangan Strategi Peningkatan Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri ... 80

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 84

B. Saran ... 86

DAFATAR PUSTAKA ... 88


(12)

viii

1. Gambar 3.1 ... 55

2. Gambar 3.2 ... 57

3. Gambar 4.1 ... 62

4. Gambar 4.2 ... 66

5. Gambar 4.3 ... 69

6. Gambar 4.4 ... 74


(13)

ix

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1.1 ... 8

2. Tabel 2.1 ... 19

3. Tabel 2.2 ... 34

4. Tabel 2.3 ... 35


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perbankan selalu dituntut untuk lebih perduli terhadap UMKM sebagai pasar potensial dalam penyaluran kreditnya. Di lain pihak perbankan sendiri masih menghadapi sejumlah persoalan yang juga harus segera diselesaikan.1 Berbagai kebijakan dan peraturan telah dikeluarkan pemerintah agar perbankan lebih berorientasi kepada usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Program-program pengembangan UMKM seperti penyediaan kredit likuiditas (KL), keharusan memiliki portfolio kredit usaha kecil (KUK) sebesar 25 persen, serta pencantuman komponen KUK dalam laporan keuangan, merupakan salah satu bukti pentingnya keperdulian bank terhadap UMKM.

Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM memiliki daya tahan yang tangguh dalam menghadapi gejolak. Sejak terjadinya krisis moneter yang diikuti oleh krisis ekonomi dan berbagai krisis lainnya, ditemukan suatu kenyataan bahwa ketahanan perekonomian nasional sesungguhnya ditopang oleh UMKM.2 Oleh karena itu upaya untuk terus memberdayaan UMKM merupakan tantangan yang harus selalu ditingkatkan, termasuk dukungan pembiayaan melalui perbankan.

1 K.H. Ma’

ruf Amin, Prospek Cerah Perbankan Syariah, Cet. I, (Jakarta: LeKAS, 2007), h.134.

2


(15)

2

Belum lama ini BI kembali mengeluarkan kebijakan baru mengenai KUK. Dalam ketentuan tersebut antara lain menyangkut plafon kredit untuk usaha kecil maksimal Rp 500 juta; dan bank wajib menyantumkan jumlah kredit untuk usaha kecil, dalam publikasi laporan keuangannya.3 Menyusul ketentuan BI tersebut, kini sudah ada undang-undang yang mengatur usaha mikro kecil dan menengah, yaitu Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

Pada intinya, semua kebijakan itu menekankan perlunya perbankan memperhatikan usaha kecil. Akan tetapi yang menjadi persoalan bagi perbankan adalah di tengah ketatnya peraturan yang menghendaki agar perbankan beroperasi menurut prinsip perbankan yang sehat akan menemui kendala manakala dihadapkan dengan kondisi usaha kecil yang belum diberdayakan. Masalah persyaratan teknis bank merupakan persoalan lama yang terus dihadapi oleh perbankan maupun UMKM. Bagi bank, prinsip-prinsip perkreditan yang sehat mengharuskan setiap pembiayaan harus memenuhi standar teknis seperti kelayakan peminjam, kelayakan hukum, kelayakan bisnis, kelayakan keuangan, dan kelayakan jaminan.

Penerapan standar kelayakan tersebut mau tidak mau akan diterapkan oleh bank karena selain hal tersebut merupakan keharusan, bank pun mengharapkan jaminan keamanan atas dana masyarakat yang telah dihimpun,

3

Peraturan Bank Indonesia nomor 13/11/PBI/2011 tentang Pencabutan atas PBI Nomor 3/2/PBI/2001 tentang Pemberian Kredit Usaha Kecil dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/9/BKR perihal Petunjuk Pelaksanaan Pemberiaan Kredit Usaha Kecil


(16)

serta harapan mendapatkan return yang optimal. Sementara pada sisi lain, standar-standar tersebut masih menjadi masalah klasik bagi UMKM dan belum terbenahi secara optimal.

Pembangunan ekonomi Indonesia dalam 5 tahun terakhir menargetkan penurunan pengangguran dari 9,7% tahun 2004 menjadi 5,1% tahun 2009 yang disertai pengentasan kemiskinan dari 16,6% tahun 2004 menjadi 8,2% tahun 2009. Salah satu dari “Triple Strategy” pemerintah untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan menggerakkan sektor riil yang komponennya didominasi oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) hingga 99,9%. Secara lebih rinci, UMKM mengambil peran yang sangat strategis dalam menggerakkan aktivitas perekonomian Indonesia dengan menyediakan 99,5% kesempatan kerja penduduk yang memproduksi 57 % kebutuhan barang dan jasa nasional. Devisa negara sebesar 19% volume ekspor merupakan hasil produksi UMKM serta kontribusi 2-4% pertumbuhan nasional yang disumbangkan oleh UMKM.4

Walaupun menempati fondasi struktur ekonomi Indonesia dan menjadi motor penggerak pembangunan ekonomi, tetapi dukungan modal yang diterima UMKM masih minimal. Dengan keadaan seperti itu, bantuan berupa keuangan, teknologi, dan manajemen untuk pembangunan kemampuan institusi sangat mereka butuhkan. Satu hal yang sulit ditemui saat ini, pada UMKM, adalah komitmen dan kepedulian mereka terhadap moralitas. Di saat para pengusaha

4

Bappenas, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009, Artikel Diakses pada 15 April 2011 dari http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7642/


(17)

4

besar dan konglomerat ramai-ramai melakukan segala jenis kejahatan bisnis yang melanggar hukum, orang-orang yang bergerak di bidang UMKM tetap berpegang teguh pada etika bisnis dan moralitas.

Dengan memandang urgensi dan kontribusi UMKM terhadap pembangunan ekonomi bangsa, maka sudah sewajarnya industri perbankan syariah melakukan reorientasi ke sektor riil dengan memfokuskan pemberdayaan kepada pengusaha UMKM. Salah satu target pencapaian sistem perbankan syariah nasional yang tercantum pada blue print Perbankan Syariah Indonesia adalah memiliki peran signifikan dalam sistem perekonomian nasional, serta mampu melakukan perbaikan kesejahteraan rakyat. Sekaligus berdasarkan nilai-nilai syariah, visi pengembangan perbankan syariah di Indonesia adalah “Terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (share-based financing) dan transaksi riil dalam kerangka keadilan, tolong-menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemashlahatan masyarakat.”5

Beberapa hal yang dapat disediakan oleh Bank Syariah untuk UMKM, kaitannya dengan pencapaian target dan visi di atas, antara lain: Pertama, produk alternatif yang luas dengan bagi hasil sebagai produk utama. Produk-produk dengan sistem profit and loss sharing yang berparadigma kemitraan sangat tepat

5

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005),


(18)

untuk memberdayakan UMKM. Kedua, pengelolaan bisnis berdasarkan moral dan transaksi sesuai dengan prinsip syariah. Keungggulan ini cocok dengan karakteristik orang-orang yang bergerak di bidang UMKM, yang menginginkan tetap berpegang teguh pada etika bisnis dan moralitas. Ketiga, mengelola dan memiliki akses kepada dana-dana di voluntary sector. Hal ini sangat sesuai dengan komitmen Bank Syariah yang peduli dengan pengembangan UMKM sebagai bagian dari pengentasan kemiskinan melalui instrumen Ekonomi Islam (Zakat, Infak, Shadaqah, Wakaf).6

Dari paparan latar belakang di atas penulis tertarik mengangkat permasalahan yang berkaitan dengan produk pembiayaan usaha mikro yang dimiliki oleh Bank Syariah Mandiri. Nama dari produk tersebut ialah BSM Warung Mikro. Maka judul yang akan diangkat oleh penulis ialah “Produk

Pembiayaan Warung Mikro Di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Penelitian ini dilakukan di Divisi Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua untuk mengetahui Konsep dan Aplikasi produk Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua. Penelitian ini dilakukan pada aplikasi Pembiayaan Warung Mikro tahun

6

Muhammad, Bank Syariah: Problem dn Prospek Perkembangan di Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), h.128.


(19)

6

2010-2011 dengan segmentasi usaha mikro dan kecil (memiliki aset tidak lebih dari Rp500 juta).

2. Perumusan Masalah

Dari rumusan persoalan di atas, tulisan ini akan difokuskan pada pertanyaan berikut ini:

1. Bagaimana konsep dan aplikasi dari produk Pembiayaan Warung Mikro yang ada di Bank Syariah Mandiri?

2. Bagaimana analisa matrik SWOT dari produk Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah Mandiri?

3. Strategi apa saja yang dilakukan dalam mengembangkan produk Pembiayaan Warung Mikro?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dirumuskan oleh penulis diatas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, diantaranya:

1. Untuk mengetahui konsep dan aplikasi pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri.

2. Untuk mengetahui hasil analisa matrik SWOT terhadap produk Pembiayaan Warung Mikro dari Bank Syariah Mandiri.

3. Untuk mengetahui strategi apa yang harus dilakukan dalam mengembangkan produk Pembiayaan Warung Mikro.


(20)

Sejalan dengan tujuan penelitian maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti, civitas akademika, institusi terkait dan para pejuang ekonomi syariah. Bagi peneliti, yang sedang menekuni kuliah di bidang perbankan syariah di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah (UIN Jakarta), melalui penelitian ini akan semakin memperkaya dan memperdalam wawasan peneliti tentang produk-produk yang ada di bank syariah. Sementara bagi kalangan civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi dan menumbuhkan minat segenap civitas akademika untuk mengkaji produk-produk lainnya yang ada di bank syariah.

Bagi institusi terkait diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi sumbangan yang konstruktif, sehingga bisa semakin mengembangkan produk pembiayaan warung mikro untuk menyejahterakan masyarakat. Bagi masyarakat umum tentunya penelitian ini bisa menjadi tambahan informasi dan wawasan mengenai produk pembiayaan usaha mikro secara syariah dan juga sebagai media sosialisasi sehingga produk ini dapat dipahami oleh masyarakat luas.

D. Review studi Terdahulu

Sebelumnya ada beberapa penelitian skripsi yang membahas produk-produk yang ada pada bank syariah baik itu yang bersifat kualitatif maupun yang bersifat kuantitatif. Terdapat beberapa penelitian yang dapat menunjang dan dapat membantu untuk menyempurnakan hasi penelitian kali ini, dimana terdapat perbedaan didalamnya. Hasil penelitian sebelumnya dan perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti oleh penulis dapat dilihat dari tabel berikut ini:


(21)

8

Tabel 1.1

No. Penulis, Judul, Tahun Isi Penelitian Perbedaan

1.

2.

Penulis: Ahmad Syukri

Judul: “Analisis Produk Pembiayaan Kepemilikan

Rumah BNI IB Griya”.

Skripsi S1, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Penulis: Ahmad Fauki

Judul: “Konsep dan Aplikasi Pembiayaan Ar-Rahn Usaha Mikro Pada

Penelitian empiris tahun 2010 yang bertujuan untuk mengetahui praktek dan mekanisme pembiayaan KPR BNI iB Griya pada BNI Syariah dan mengetahui hasil analisa Kekuatan (Strength), Kelemahan (Weakness), Peluang (Opportunity) dan Ancaman (Threats) terhadap produk ini.

Membahas tentang bagaimana konsep dan aplikasi pembiayaan Ar-Rahn Usaha Mikro

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu terletak pada produk yang menjadi obyek penelititan dan fokus penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis bersifat dekriptif analisis yang terfokus pada kesesuaian antara konsep dan aplikasi pada produk Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis terletak pada produk dan


(22)

3.

Pegadaian Syariah.” Skripsi S1, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2008.

Penulis: Rizky Armis Maulana

Judul: “Analisa Produk

Tabungan Rencana

Bukopin Syariah Serta Pengaruhnya Terhadap

(ARRUM) yang dilakukan oleh Pegadaian Syariah Cabang Dewi Sartika, serta faktor-faktor yang menjadi pendorong dan penghambat dalam produk ini.

Penelitian kuantitatif yang membahas mengenai produk Tabungan Rencana Bukopin Syariah , Pengaruhnya terhadap Perolehan Dana Pihak

tujuan penelititan. Peneltian yang akan dilakukan oleh penulis untuk mengetahui kesesuaian antara konsep dan aplikasi dari Produk Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri. Selain itu menulis juga melakukan analisa matrik SWOT terhadap produk yang menjadi obyek yang diteliti.

Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis terletak pada jenis peneltian, obyek penelitian dan fokus dari penelitian.


(23)

10

Perolehan Dana Pihak

Ketiga Pada Bank

Bukopin Syariah

Jakarta”. Skripsi S1, Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah, 2010.

Ketiga pada Bank Bukopin Syariah dan Komposisi kontribusi pengaruh produk Tabungan Rencana Bukopin Syariah Terhadap Perolehan Dana Pihak Ketiga pada Bank Bukopin Syariah

Penetian yang akan dilakukan oleh penulis bersifat kualitatif. Yang menjadi obyek penelitian ialah produk Pembiayaan Warung Mikro dari Bank Syariah Mandiri dengan fokus mengetahui kesesuaian antara konsep dan aplikasi dari produk tersebut.

E. Obyek Penelitian

Permasalahan utama dari penelitian ini adalah mengenai konsep dan aplikasi produk BSM Warung Mikro yang merupakan salah satu produk alternatif pembiayaan bagi usaha mikro dan kecil. Masalah ini menarik untuk dingakat karena merupakan salah satu produk alternatif yang tidak semua Bank Syariah memilikinya. Selain itu dalam penelitian ini juga akan dibahas mengenai kelebihan dan kelemahan dari produk BSM Warung Mikro ini.

Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Depok Kelapa Dua. Adapun lokasi PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang


(24)

Depok Kelapa Dua terletak di Komplek Ruko Depok, Jl. Raya Akses UI No. 9B & 9C, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat.16951. Tempat ini dipilih karena menyediakan layanan produk BSM Warung Mikro yang merupkan obyek utama dari penelitian ini. Pada penelitian ini juga dilakukan wawancara terhadap nasabah pembiayaan warung mikro yang bergerak di sektor usaha mikro dan kecil (aset tidak lebih dari Rp 500 juta) dengan jumlah pembiayaan mulai Rp 2 juta sampai dengan Rp 100 juta.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Secara keseluruhan jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu pendekatan yang tidak mengadakan penghitungan matematis, statistik dan lain sebagainya, melainkan menggunakan penekanan ilmiah7 atau penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dicapai dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari kuantifikasi. Bilamana terdapat ilustrasi yang mengarah pada perhitungan yang berbentuk angka-angka (kuantitatif), maka hal itu dimaksudkan hanya untuk mempertajam analisa dan menguatkan argumentasi penelitian.

2. Jenis Data dan Sumber Data

7

Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, cet. VIII, (Bandung: PT remaja Rosda Karya, 1997), h.6.


(25)

12

Dalam penyusunan skripsi ini, penullis menggunakan jenis data kualitatif yaitu berupa kata-kata atau gambar bukan angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya sebagai penunjang.8 Serta menggunakan sumber data yaitu :

a. Data Primer

Data yang diperoleh langsung dari hasil wawancara pihak-pihak yang bersangkutan, serta dokumentasi atau arsip perusahaan.

b. Data Sekunder

Merupakan sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data. Data yang diperoleh dari literatur-literatur kepustakaan seperti buku-buku karya tulis berupa makalah, koran, majalah, artikel, jurnal serta sumber lainnya yang berkaitan dengan materi penulisan skripsi.

3. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini, maka teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: 9

a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan mempelajari data-data atau bahan-bahan dari berbagai daftar kesusastraan yang ada. Dengan cara membaca, mempelajari, mencatat, dan merangkum teori-teori yang ada kaitannya dengan masalah pokok pembahasan melalui buku-buku,

8

Sudarman Danim, Menjadi Peneliti Kuaitatif, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2002), h.51.

9


(26)

skripsi terdahulu, majalah, surat kabar, artikel, buletin, brosur, internet dan media lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.

b. Observasi

Observasi berarti pengamatan dan pencatatan sistematis terhadap fenomena yang diselidiki. Dalam hal ini penulis melakukan pengamatan terhadap aplikasi dari produk Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua.

c. Interview/Wawancara

Interview merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mendapatkan keterangan secara lisan dari pihak yang bersangkutan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Pada penelitian ini penulis melakukan wawancara dengan Pejabat Analis Pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua.

4. Teknik Analisa Data

Dalam menganalisa data, penulis menggunakan metode Analisis Deskriptif. Analisis deskriptif yaitu suatu teknik analisa data dimana penulis membaca, mempelajari, memahami dan kemudian menguraikan semua data yang diperoleh lalu membuat analisa-analisa komprehensif sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian. Dengan menggunakan metode


(27)

14

analisis ini maka selanjutnya penulis akan menjelaskan secara komrehensif semua data yang diperoleh dalam skripsi ini.10

5. Teknik Penulisan

Adapun teknik penulisan dalam penulisan skripsi ini adalah

menggunakan “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta 2007”.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan sripsi ini dirancang secara sederhana dengan mengacu pada buku pedoman penulisan skripsi fakultas syariah dan hukum Universitas islam negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Cet.1.2007.

Untuk menjembatani kebutuhan tulisan dan memperoleh suatu pemahaman dari karya tulis secara total, salah satunya terletak pada penyajiannya, sistematiskah atau tidak. Untuk mempermudah dan memperjelas penyusunan skripsi ini, maka secara sistematis penulis membagi skripsi ini kedalam lima bab dengan sub-sub sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, yang berisi tentang Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusasan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Studi Terdahulu, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab II Perspektif Teoritis, yang berisi tentang pembahasan teori pembiayaan dalam perspektif islam yang mencakup pengertian

10


(28)

pembiayaan, konsep pembiayaan murabahah, konsep pembiayaan ijarah, penilaian pemberian pembiayaan, tujuan dan manfaat pembiayaan serta akad-akad pembiayaan. Selanjutnya teori mengenai UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah) di Indonesia yang mencakup pengertian, karakteristik serta profil UMKM di Indonesia.

Bab III Gambaran Umum Bank Syariah Mandiri, yang berisi tentang latar belakang sejarah berdirinya, visi dan misi, logo perusahaan, stuktur organisasi serta produk-produk yang ada di Bank Syariah Mandiri cabang Depok Kelapa Dua.

Bab IV Analisis Produk Pembiayaan Warung Mikro Bank Syariah

Mandiri, yang berisi pembahasan mengenai mekanisme pelaksanaan pembiayaan Warung Mikro di Bank Syariah Mandiri. Selanjutnya pembahasan mengenai keunggulan dan kelemahan produk pembiayaan warung mikro di Bank Syariah Mandiri.

Bab V PENUTUP, merupakan bagian akhir dari penulisan yang merupakan jawaban ringkas dari permasalahan yang dibahas yang tertuang dalam kesimpulan dan saran.


(29)

16

BAB II

PEMBIAYAAN DALAM PERSPEKTIF ISLAM DAN UMKM DI INDONESIA

A. Pembiayaan Dalam Perspektif Islam 1. Pengertian Pembiayaan

Definisi tentang pembiayaan yaitu: pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan.1 Pengertian pembiayaan menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan hal itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah; b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bittamlik;

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’;

d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana

1

Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP. AMN YKPN, 2002), h. 17


(30)

tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.2

Sedangkan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang/tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan pesetujuan/kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan yang dipersamakan dengan kredit berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian imbalan atau bagi hasil.3 Pembiayaan dalam perbankan syariah atau istilah teknisnya aktiva produktif, menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada rekening administratif serta Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI).4

Dalam aktivitas pembiayaan, bank syariah akan menjalankan dengan berbagai teknik dan metode yang penerapannya tergantung pada tujuan dan aktifitas nasabah penerima pembiayaan. Mekanisme pebankan syariah yang berdasarkan prinsip mitra usaha, adalah bebas bunga. Oleh karena itu,

2

UU No. 21 Tahun 2008 sebagai revisi UU No. 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan Syariah, Pasal 1 ayat 25

3

undang Republik Indonesia Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang RI Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. (Pasal 1, ayat 12)

4


(31)

18

masalah membayarkan bunga kepada kepada debitur atau pembebanan bunga kepada nasabah pembiayaan tidak akan timbul.

Yang menjadi perbedaan antara kredit yang diberikan oleh bank berdasarkan konvensional dengan pembiayaan yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip syariah adalah terletak pada keuntungan yang diharapkan, bagi bank berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan diperoleh melalui bunga. Sedangkan bagi bank berdasarkan prinsip syariah berupa imbalan/bagi hasil. Perbedaan lainnya terdiri dari analisis pemberian pembiayaan (kredit) beserta persyaratannya.5

5


(32)

Tabel 2.1

Tabel Perbedaan Antara Bunga dan Bagi Hasil6

BAGI HASIL BUNGA

a) Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi hasil dibuat pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi.

a. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asusmsi harus selalu untung.

b) Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan jumlah keuntungan yang diperoleh.

b. Besarnya persentase berdasarkan pada jumlah uang (modal) yang dipinjamkan.

c) Bagi hasil bergantung pada keuntungan proyek yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian ditanggung bersama kedua belah pihak.

c. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah untung atau rugi.

d. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan jumlah pendapatan.

e. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun jumlah keuntungan berlipat atau keadaan

ekonomi sedang “booming”.

f. Tidak ada yang meragukan keabsaha bagi hasil.

g. Eksistensi bunga diragukan (kalau tidak dikecam) oleh semua agama, termasuk Islam.

6M. Syafi’i Antonio,

Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik,(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.61.


(33)

20

2. Penilaian Pemberian Pembiayaan

Ada beberapa syarat penilaian pembiayaan yang sering dilakukan, di antaranya dengan analisis 5C, analisis 7P dan studi kelayakan. Analisis 5C dan 7P memiliki hubungan yang erat dimana analisis 7C merupakan penjelasan dari analisis 5C.

Syarat pemberian pembiayaan dengan analisis 5C:7

1) Character (Karakter/Akhlak)

Karakter dapat terlihat dari interaksi kehidupan seseorang dengan keluarga dan tetangganya. Untuk mengetahui lebih dalam mengenai karakter seseorang biasanya dilakukan dengan bertanya kepada tokoh masyarakat setempat maupun para tetangga calon penerima pembiayaan.

2) Condition of economi (Kondisi usaha)

Usaha yang dijalankan oleh calon penerima pembiayaan harus baik, dalam arti mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarganya, menutupi biaya operasional usaha dan kelebihan dari hasil dari hasil usaha dapat menjadi modal usaha untuk lebih berkembang lagi. Jika kelak mendapat pembiayaan, maka diharapkan usaha tersebut dapat tumbuh lebih baik dan akhirnya mampu melunasi kewajibannya.

3) Capacity (Kemampuan manajerial)

Calon peneriama pembiayaan harus mempunyai kemampuan manajerial yang baik, handal dan tangguh dalam menjalankan usahanya. Biasanya

7Kasmir, “


(34)

seorang wirausahawan sudah dapat mengatasi permasalahan yang mungkin timbul dari usahanya apabila sudah berjalan minimal dua tahun.

4) Capital (Modal)

Calon penerima pembiayaan harus mampu mengatur keuangannya dengan baik, dalam hal ini seoarang pengusaha harus mampu menyisihkan sebagian keuntungan usahanya untuk menambah modal sehingga skala usahanya dapat ditingkatkan. Satu hal yang perlu diwaspadai adalah apabila usaha calon penerima pembiayaan yang sebagian struktur permodalannya berasal dari luar (bukan modal sendiri), maka hal ini akan menimbulkan kerawanan pembiayaan bermasalah.

5) Collateral (Jaminan)

Petugas pembiayaan harus dapat menganalisis usaha calon anggota pembiayaan dimana sumber utama pelunasan pembiayaan nantinya dibayarkan dari hasil keuntungan usahanya. Untuk mengatasi kemungkinan sulitnya pembayaran kembali dana pembiayaan maka perlu diadakannya jaminan. Fungsi dari jaminan tersebut pertama, sebagai pengganti pelunasan pembiayaan jika penerima pembiayaan sudah tidak mampu melunasi pembiayaan. Kedua, sebagai pelunasan pembiayaan jika penerima pembiayaan melakukan wanprestasi.

3. Tujuan dan Manfaat Pembiayaan

Pemberian suatu fasilitas pembiayaan mempunyai tujuan tertentu dan tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama dari pemberian suatu pembiayaan antara lain:


(35)

22

1. Mencari keuntungan yaitu untuk memperoleh return ditambah laba dari pemberian pembiayaan tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bagi hasil atau margin yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi pembiayaan yang diberikan kepada nasabah.

2. Membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun untuk modal kerja.

3. Membantu pemerintah agar semakin banyak pembiayaan yang diberikan oleh pihak perbankan, mengingat semakin banyak pembiayaan yang disalurkan kepada masyarakat akan maka akan berdampak kepada pertumbuhan di berbagai sektor.8

Dilihat dari tujuan diatas, maka dapat dikatakan bahwa pemberian suatu pembiayaan tidak hanya menguntungkan bagi satu pihak saja yaitu pihak yang diberikan pembiayaan, melainkan juga menguntungkan pihak yang memberikan pembiayaan.

Manfaat pembiayaan ditinjau dari berbagai segi: 1. Kepentingan Debitur

a. Memungkinkan untuk memperluas dan mengembangkan usahanya. b. Jangka waktu pembiayaan dapat disesuaikan dengan kebutuhan

dana debitur, untuk pembiayaan investasi dapat disesuaikan dengan kapasitas usaha yang bersangkutan, dan untuk pembiayaan modal kerja dapat diperpenjang berulang-ulang.

8


(36)

2. Kepentingan Perbankan

a. Menjaga stabilitas usahanya, serta membantu memasarkan jasa-jasa perbankan.

b. Untuk memperluas pangsa pasar (market share) dalam industri perbankan nasional, dimana pada saat ini belum ada keseimbangan antara penawaran dana dan permintaan akan dana.

3. Kepentingan Pemerintah

a. Pembiayaan dapat digunakan sebagai alat untuk memacu pertumbuhan ekonomi secara umum, diantaranya mencipatakan lapangan kerja dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. b. Sebagai sumber pendapatan negara.

4. Kepentingan Masyarakat Luas

a. Dengan adanya kelancaran dari proses pembiayaan yang diharapkan terjasdi sirkulasi dari masyarakat yang kelebihan dana kapada masyarakat yang kekurangan dana.

b. Meningkatkan daya beli masyarkat.

4. Akad-Akad Pembiayaan Syariah

Akad (al-„Aqd) dalam bahasa Arab berarti: perikatan, perjanjian dan pemufakatan.9 Secara terminologi, akad memiliki arti umum dan khusus. Adapun arti umum dari akad adalah segala sesuatu yang dikehendaki seseorang untuk dikerjakan, baik yang muncul dari kehendaknya sendiri,

9


(37)

24

seperti kehendak untuk wakaf, membebaskan hutang, thalak dan sumpah, maupun yang membutuhkan kehendak dua pihak dalam melakukannya, seperti jual beli, sewa menyewa, perwakilan ,gadai/jaminan.10

Sedangkan arti khusus akad adalah pertalian atau keterikatan antara ijab dan qabul sesuai dengan kehendak syariah yang menimbulkan akibat hukum pada obyek akad.11 Menurut Jumhur ulama rukun akad ada tiga; yaitu aqid (orang yang menyelenggarakan akad seperti penjual dan pembeli), harga dan barang yang ditransaksikan (ma'qud alaih) dan shighatul „aqd (bentuk ucapan akad) .

Adapun akad-akad pembiayaan yang bisa dipergunakan dalam pembiayaan pada bank syariah adalah sebagai berikut:

1. Mudharabah

a. Pengertian Mudharabah

Mudharabah adalah suatu perjanjian pembiayaan antara bank dan nasabah, dimana bank menyediakan 100% pembiayaan bagi uasaha tertentu dari nasabah, sedangkan nasabah mengelola usaha tersebut tanpa campur tangan bank.12 Dalam akad mudharabah bank mempunyai hak untuk mengajukan usul dan melakukan pengawasan atas penyediaan dana. Dari pembiayaan tersebut bank mendapat imbalan atau keuntungan yang besarnya ditetapkan atas dasar persetujuan kedua belah pihak. Apabila terjadi kerugian, maka

10

Wahbah Zuhaili, al-Fiqh al-Islamiy wa Adillatuhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 2002)

11

Azharudin Lathif, Fiqh Muamalat, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), h.60.

12

Warkum Sumitro, Asas-Asas Perbankan Islam dan Lembaga Terkait di Indonesia,


(38)

kerugian tersebut sepenuhnya ditanggung oleh bank, kecuali kerugian akibat dari kelalaian nasabah.

b. Rukun dan Syarat Mudharabah

Adapun rukun dari akad mudharabah yaitu: 1) Pemodal

2) Pengelola 3) Modal

4) Nisbah keuntungan

5) Shigat atau akad

Syarat dari akad mudharabah yaitu:

1) Pemodal dan pengelola merupakan orang yang cakap hukum.

2) Shigat penawaran dan pnerimaan (ijab dan qabul) harus

diucapkan oleh kedua belah pihak guna menunjukan kemauan mereka untuk menyempurnakan kontrak.

3) Modal harus berbentuk uang tunai yang jelas jumlahnya. 2. Musyarakah

a. Pengertian Musyarakah

Musyarakah atau syirkah adalah suatu perjanjian usaha antara dua atau beberapa pemilik modal untuk menyertakan modalnya pada suatu proyek dimana masing-masing pihak mempunyai hak untuk ikut, serta mewakilkan atau menggugurkan haknya dalam proyek.13 Keuntungan dari hasil usaha dapat dibagi menurut proporsi

13

Ahmad Ghazali, Serba-Serbi Kredit Syariah Jangan Ada Bunga Diantara Kita,


(39)

26

penyertaan modal masing-masing sesuai dengan kesepakatan bersama.

b. Rukun dan Syarat Musyarakah

Adapun rukun dari akad musyarakah yaitu: 1) Pemodal

2) Pengelola 3) Modal

4) Nisbah keuntungan

5) Shigat atau akad

Sedangkan syarat dalam akad musyrakah yaitu:

1) Pemodal dan pengelola merupakan orang yang cakap hukum.

2) Shigat penawaran dan pnerimaan (ijab dan qabul) harus

diucapkan oleh kedua belah pihak guna menunjukan kemauan mereka untuk menyempurnakan kontrak.

3) Modal harus berbentuk uang tunai yang jelas jumlahnya.

3. Murabahah

a. Pengertian Murabahah

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang telah disepakati oleh penjual dan pembeli (bank dan nasabah).14 Sedangkan pembiayaan murabahah yaitu suatu perjanjian dimana bank membiayai barang yang diperlukan nasabah dengan sistem pembayaran ditangguhkan.

14

Adiwarman Karim, Bank Islam Analisi Fiqh dan Keuangan,cet IV, (Jakarta: IIIT Indonesia, 2003), h.61.


(40)

Dalam prakteknya, pembiayaan murabahah dilakukan dengan cara bank membeli dan memberi kuasa kepada nasabah atas nama bank, dan pada saat yang bersamaan bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga pokok ditambah sejumlah keuntungan atau margin untuk dibayar oleh nasabah dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan perjanjian antara bank dengan nasabah. Pembiayaan murabahah ditujukan untuk pembiayaan yang sifatnya konsumtif seperti rumah, toko, mobil, motor dan sebagainya.15

Pada pembiayaan murabahah merupkan perjanjian yang disepakati antara bank, dimana bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan oleh nasabah yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank ditambah margin keuntungan) pada saat jatuh tempo.16

b. Syarat-Syarat Murabahah 1) Para pihak:

a) Berwenang secara hukum b) Rela atau suka sama suka 2) Obyek:

a) Ada secara fisik

b) Memiliki kepemilikan yang jelas

15M. Syafi’i Antonio,

Bank Syariah Suatu Pengenalan Umum, (Jakarta: Tazkia Institute, 2000), h.251.

16

Muhammad Yusuf dan Junaedi, Perngantar Ilmu Ekonomi dan Perbankan Syariah,


(41)

28

c) Bukan barang haram d) Harga

e) Tidak berubah selama masa perjanjian f) Merupakan kesepakatan

4. Salam

a. Pengertian Salam

Transaksi jual beli dimana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu barang diserahkan secara tangguh sedangkan pembayaran dilakukan secara tunai.

b. Rukun dan Syarat Salam

Adapun rukun dalam akad salam yaitu: 1) Pembeli (Muslam)

2) Penjual (Muslam ilaih) 3) Modal

4) Barang(Muslam fihi) 5) Ucapan ijab qabul(Shigat)

Sedangkan syarat dalam akad salam yaitu: 1) Modal harus diketahui.

2) Barang harus jelas spesifikasinya.

3) Harus dapat diidentifikasikan secara jelas untuk menguraangi kesalahan akibat kurangnya pengetahuan tentang barang yang diperjualbelikan, tentang kualifikasi kualitas, serta mengenai jumlahnya.


(42)

4) Penyerahan barang dilakukan dikemudian hari.

5) Boleh menentukan waktu di masa yang akan datang untuk penyerahan barang.

5. Ijarah

a. Pengertian Ijarah

Akad antara bank (muajjir) dengan nasabah (musta’jir) untuk menyewa suatu barang atau obyek sewa (ma’jur) milik bank dan bank mendapatkan imbalan jasa atas barang yang disewanya, dan diakhiri dengan pembelian obyek sewa oleh nasabah.17

Dalam pembiayaan ini pertama, bank akan membeli aset untuk disewakan kepada nasabah dan dikategorikan sebagai aktiva ijarah. Setelah dimiliki bank, selanjutnya nasabah akan menyewanya untuk jangka waktu yang disepakati dengan membayar harga sewa. Selama jangka waktu yang disepakati aktiva ijarah masih dimilki bank dan akan dialihkan kepemilikannya pada akhir masa sewa.

b. Rukun Ijarah

Adapun rukun dalam akad ijarah yaitu:

1) Shigat (ucapan): ijab (tawaran), qobul (penerimaan)

2) Pihak yang berakad (berkontrak): pemberi sewa (lessor-pemilik aset), penyewa (lessee).

3) Obyek kontrak yang terdiri dari pembayaran (sewa)dan manfaat dari penggunaan aset.

17M. Syafi’i Antonio,

Bank Syariah: Dari Teori Ke Praktik,(Jakarta: Gema Insani Press, 2001), h.118.


(43)

30

Adapun Jenis Pembiayaan dalam perbankan syariah berdasarkan tujuannya dapat dibagi tiga, yaitu: 18

1. Return Bearing Financing

Yaitu bentuk pembiayan yang secara komersial menguntungkan, ketika pemilik modal mau menanggung risiko kerugian dan nasabah juga memberikan keuntungan.

2. Return Free Financing

Yaitu bentuk pembiayaan yang tidak untuk mencari keuntungan dan lebih ditujukan kepada orang-orang yang membutuhkan (poor), sehingga tidak ada keuntungan yang diperoleh.

3. Charity Financing

Yaitu bentuk pembiayaan yang memang diberikan kepada orang miskin dan membutuhkan, sehingga tidak ada klaim terhadap pokok dan keuntungan.

B. USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH DI INDONESIA

1. Pengertian UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)

Keberadaan usaha kecil, mikro dan menengah dalam perekonomian Indonesia memiliki sumbangan yang sangat positif, diantaranya dalam menyediakan lapangan kerja, menyediakan barang dan jasa, serta pemerataan usaha untuk mendistribusikan pendapatan nasional. Dengan peranan usaha kecil, mikro dan menengah tersebut, posisi UMKM dalam pembangunan ekonomi nasional menjadi sangat penting.

18

Ahmad Ghazali, Serba-Serbi Kredit Syariah Jangan Ada Bunga Diantara Kita,


(44)

Pembahasan tantang UMKM meliputi pengelompokan jenis usaha, yaitu jenis industri skala kecil menengah (ISKM) dan perdagangan skala kecil dan menengah (PSKM). Karena dengan pengelompokannya pada akhirnya terfokus pada permasalahan kesempatan lapangan kerja dan diletakkan pada kemampuan pengembangan ISKM dan PSKM.19

Adapun pengertian UMKM di berbagai negara tidak selalu sama dan bergantung pada konsep yang digunakan oleh negara tersebut. Oleh karena itu pengertian UMKM ternyata berbeda antara satu negara dan negara lainnya. Dalam pengertiannya mencakup dua aspek, yaitu aspek tenaga kerja dan aspek pengelompokan ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang diserap dalam kelompok perusahaan tersebut (range of the member of employes).20

Di Indonesia, berdasarkan literatur yang ada hingga kini terdapat beberapa pengertian yang didasarkan pada besar modal dan usaha serta jumlah tenaga kerja yang digunakan. Batasan-batasan tersebut antara lain:21

1. Usaha Mikro

a. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk

19

Titik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soejono, Ekonomi Skala Kecil dan Kecil Menengah dan Koperasi, (Jakarta: Galia Indonesia, 2002), h.16.

20

Ibid, h.14.

21


(45)

32

tanah dan bangunan) paling banyak Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan (omzet/tahun) paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah).

b. Bank Indonesia, Departemen Perindustrian dan Perdagangan memberi batasan berdasarkan aset yang dimiliki (tidak termasuk tanah dan bangunan) bahwa usaha mikro adalah usaha yang memiliki aset kurang dari

2. Usaha Kecil

a. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan anak cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Kriteria dari usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) lebih dari Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan hasil penjualan tahunan (omzet/tahun) lebih dari Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah).


(46)

b. Bank Indonesia, Departemen Perindustrian dan Perdagangan memberi batasan berdasarkan aset yang dimiliki (tidak termasuk tanah dan bangunan) bahwa usaha mikro adalah usaha yang memiliki aset kurang dari Rp 600.000.000,-.

c. Departemen keuangan memberi batasan bahwa usaha kecil adalah usaha dengan omzet kurang dari Rp 300.000.000,-.

d. Departemen Perindustrian Perdagangan dan Departemen Tenaga Kerja memberi batasan berdasarkan jumlah tenaga keja, bahwa usaha dengan jumlah tenaga kerja 5 sampai dengan 20 orang disebut usaha kecil. Seddagkan menurut GBHN Tahun 1993, pengusaha kecil adalah mereka yang lemah dalam hal modal, tenaga kerja serta dalam penerapan teknologi.

3. Usaha Menengah

e. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan anak cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar. Kriteria dari usaha menengah adalah memiliki kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan) lebih dari Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling


(47)

34

banyak Rp 10.000.000.000,- (sepuluh milyar rupiah) dan hasil penjualan tahunan (omzet/tahun) lebih dari Rp 2.500.000.000,- (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000,- (lima puluh milyar rupiah).

Di dalam UU No. 20 Tahun 2008 tersebut, pengertian UMKM tergambar dari kriteria UMKM yang dibedakan berdasarkan, pertama: kekayaan bersih (tidak termasuk tanah dan bangunan), kedua: hasil penjualan tahunan (omzet/tahun). Secara ringkas kriteria usaha mikro, kecil dan menengah adalah sebagai berikut:22

Tabel 2.2

Tabel Kriteria UMKM23

Kriteria UMKM Mikro Kecil Menengah

Kekayaan bersih (tidak termasuk

tanah dan bangunan)

Paling banyak Rp 50 juta

Lebih dari Rp 50 juta sampai dengan

paling banyak Rp 500 juta

Lebih dari Rp 500 juta sampai dengan

paling banyak Rp 10 milyar Hasil Penjualan

Tahunan (omzet/tahun)

Paling banyak Rp 300 juta

Lebih dari Rp 300 juta sampai dengan

paling banyak Rp 2,5 milyar

Lebih dari Rp 2,5 milyar sampai dengan

paling banyak Rp 50 milyar

22

Kementrian Koperasi dan UKM. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Menurut UU No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Diakses pada 20 April 2011 dari http://www.depkop.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=129

23


(48)

Dalam dunia perbankan, pengelompokan/klasifikasi UMKM didasarkan pada jumlah (plafond) pembiayaan yang dapat diberikan kepada UMKM, yaitu untuk usaha mikro pembiayaan yang diberikan sampai dengan maksimal Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah), untuk usaha kecil pembiayaan yang diberikan antara Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) sampai dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) dan untuk usaha menegah pembiayaan yang diberikan antara dengan Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah)sampai dengan dengan Rp 5.000.000.000,- (lima milyar rupiah). Dalam peneitian ini jenis usaha yang termasuk kedalam pembiayaan mikro yaitu hanya tercaku pada usaha mikro dan kecil saja dimana jumlah pembiaayaan yang disalurkan Rp 2.000.000,- (dua juta rupiah) sampai dengan maksimal Rp 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Tabel 2.3

Tabel klasifikasi UMKM berdasarkan jumlah (plafond) pembiayaan di bank

Jenis Usaha Jumlah (plafond) Pembiayaan

Usaha Mikro Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) Usaha Kecil Rp 50.000.000,- (lima puluh juta rupiah) s/d

Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) Usaha Menengah Rp 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah) s/d


(49)

36

2. Karakteristik UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) 1. Usaha Mikro

Berikut ini ciri-ciri usaha mikro:

 Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti;

 Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat;

 Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha;  Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa

wirausaha yang memadai;

 Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

 Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

 Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP.

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain :


(50)

 Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap berjalan bahkan terus berkembang;  Tidak sensitive terhadap suku bunga;

 Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;  Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima

bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.

2. Usaha Kecil

Berikut ini ciri-ciri usaha kecil:

 Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap tidak gampang berubah;

 Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

 Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, sudah membuat neraca usaha;

 Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP;

 Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira usaha;


(51)

38

 Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal;  Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik

seperti business planning.

3. Usaha Menengah

Berikut ini ciri-ciri usaha menengah:

 Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;

 Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

 Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

 Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;  Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;

 Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik.24

4. Keunggulan dan Kelemahan UMKM

Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh UMKM dibandingkan dengan usaha besar antara lain25:

24

Dessy, “Pengertian dan Kriteria UMKM”, artikel ini diakses pada 20 April 2011 dari http://chichimoed.blogspot. com/2009/03/pengertian-dan-kriteria-ukm.html


(52)

1. Inovasi dalam teknologi yang dengan mudah terjadi dalam pengembangan produk.

2. Hubungan kemanusiaan yang akrab di dalam perusahaan kecil.

3. Fleksibilitas dan kemampuan menyesuaikan diri terhadap kondisi pasar yang berubah dengan cepat dibandingkan dengan perusahaan berskala besar yang pada umumnya birokratis.

4. Terdapat dinamisme manajerial dan peranan kewirausahaan. Sedangkan kelemahan yang dimiliki UMKM adalah:

1. Kesulitan pemasaran

Hasil dari studi lintas Negara yang dilakukan oleh James dan Akarasanee (1988) di sejumlah Negara ASEAN menyimpulkan salah satu aspek yang terkait dengan masalah pemasaran yang umum dihadapi oleh pengusaha UKM adalah tekanan-tekanan persaingan, baik dipasar domestik dari produk-produk yang serupa buatan pengusaha-pengusaha besar dan impor, maupun dipasar ekspor.

2. Keterbatasan finansial

UKM di Indonesia menghadapi dua masalah utama dalam aspek finansial antara lain: modal (baik modal awal maupun modal kerja) dan finansial jangka panjang untuk investasi yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan output jangka panjang.

3. Keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM)

25

Titik Sartika Partomo dan Abd. Rachman Soedjono, “Ekonomi: Skala Kecil, Menengah


(53)

40

Keterbatasan sumber daya manusia juga merupakan salah satu kendala serius bagi UKM di Indonesia, terutama dalam aspek-aspek kewirausahaan, manajemen, teknik produksi, pengembangan produk, control kualitas, akuntansi, mesin-mesin, organisasi, pemprosesan data, teknik pemasaran, dan penelitian pasar. Semua keahlian tersebut sangat diperlukan untuk mempertahankan atau memperbaiki kualitas produk, meningkatkan efisiensi dan produktifitas dalam produksi, memperluas pangsa pasar dan menembus pasar baru.

4. Masalah bahan baku

Keterbatasan bahan baku dan input-input lain juga sering menjadi salah satu masalah serius bagi pertumbuhan output atau kelangsungan produksi bagi UKM di Indonesia. Terutama selama masa krisis, banyak sentra-sentra Usaha Kecil dan Menengah seperti sepatu dan produk-produk textile mengalami kesulitan mendapatkan bahan baku atau input lain karena harganya dalam rupiah menjadi sangat mahal akibat depresiasi nilai tukar terhadap dolar AS.

5. Keterbatasan teknologi

Berbeda dengan Negara-negara maju, UKM di Indonesia umumnya masih menggunakan teknologi tradisonal dalam bentuk mesin-mesin tua atau alat-alat produksi yang sifatnya manual. Keterbelakangan teknologi ini tidak hanya membuat rendahnya


(54)

jumlah produksi dan efisiensi di dalam proses produksi, tetapi juga rendahnya kualitas produk yang dibuat serta kesanggupan bagi UKM di Indonesia untuk dapat bersaing di pasar global. Keterbatasan teknologi disebabkan oleh banyak faktor seperti keterbatasan modal investasi untuk membeli mesin-mesin baru, keterbatasan informasi mengenai perkembangan teknologi, dan keterbatasan sumber daya manusia yang dapat mengoperasikan mesin-mesin baru.

3. Profil UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) di Indonesia

UKM kurang mendapatkan perhatian di Indonesia sebelum krisis pecah pada tahun 1997. Namun demikian sejak krisis ekonomi melanda Indonesia (yang telah meruntuhkan banyak usaha besar) sebagian besar UKM tetap bertahan, dan bahkan jumlahnya meningkat dengan pesat perhatian pada UKM menjadi lebih besar, kuatnya daya tahan UKM juga didukung oleh struktur permodalannya yang lebih banyak tergantung pada dana sendiri (73%), 4% bank swasta, 11% bank pemerintah, dan 3% supplier (Azis, 2001).

Demikian juga kemampuannya menyerap tenaga kerja juga semakin meningkat dari sekitar 12 juta pada tahun 1980, tahun 1990, dan 1993 angka ini meningkat menjadi sekitar 45 juta dan 71 juta (data BPS), dan pada tahun 2001 menjadi 74,5 juta. Jumlah UKM yang ada meningkat dengan pesat, dari sekitar 7 ribu pada tahun 1980 menjadi sekitar 40 juta pada tahun 2001. Sementara itu total volume usaha, usaha kecil dengan modal di bawah Rp. 1 miliar yang merupakan 99,85% dari total unit usaha, mampu menyerap 88,59%


(55)

42

dari total tenaga kerja pada tahun yang sama. Demikian juga usaha skala menengah (0,14% dari total usaha) dengan nilai modal antara Rp. 1 miliar sampai Rp. 50 miliar hanya mampu menyerap 10,83% tenaga kerja. Sedangkan usaha skala besar (0,01%) dengan modal di atas Rp. 54 miliar hanya mampu menyerap 0,56% tenaga kerja.

Melihat sumbangannya pada perekonomian yang semakin penting, UKM seharusnya mendapat perhatian yang semakin besar dari para pengambil kebijakan. khususnya lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab atas perkembangan UKM. Pengembangan UKM di Indonesia selama ini dilakukan oleh Kantor Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Kementerian Negera KUKM). Selain Kementrian Negara KUKM, instansi yang lain seperti Depperindag, Depkeu, dan BI juga melaksanakan fungsi pengembangan UKM sesuai dengan wewenang masing-masing.

Dalam perkembangannya, menurut data Biro Pusat Statistik (BPS), jumlah UMKM terus meningkat dan tetap mendomenasi jumlah perusahaan. Pada tahun 2006 terdapat sekitar 48 juta UMKM, dibandingkan dengan 7200 usaha berskala besar. Dalam kesempatan kerja UMKM menyumbang sekitar 97 persen dari jumlah pekerja di Indonesia.26

Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM memiliki daya tahan yang tangguh dalam menghadapi gejolak. Sejak terjadinya krisis moneter yang diikuti oleh krisis ekonomi dan berbagai krisis lainnya, ditemukan suatu kenyataan bahwa ketahanan perekonomian nasional sesungguhnya ditopang

26


(56)

oleh UMKM.27 Oleh karena itu upaya untuk terus memberdayaan UMKM merupakan tantangan yang harus selalu ditingkatkan, termasuk dukungan pembiayaan melalui perbankan.

Pembangunan ekonomi Indonesia dalam 5 tahun terakhir menargetkan penurunan pengangguran dari 9,7% tahun 2004 menjadi 5,1% tahun 2009 yang disertai pengentasan kemiskinan dari 16,6% tahun 2004 menjadi 8,2% tahun 2009. Salah satu dari “Triple Strategy” pemerintah untuk mencapai sasaran tersebut adalah dengan menggerakkan sektor riil yang komponennya didominasi oleh UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) hingga 99,9%. Secara lebih rinci, UMKM mengambil peran yang sangat strategis dalam menggerakkan aktivitas perekonomian Indonesia dengan menyediakan 99,5% kesempatan kerja penduduk yang memproduksi 57 % kebutuhan barang dan jasa nasional. Devisa negara sebesar 19% volume ekspor merupakan hasil produksi UMKM serta kontribusi 2-4% pertumbuhan nasional yang disumbangkan oleh UMKM.28

C. Peranan Pembiayaan Bank Syariah Terhadap Perkembangan UMKM di Indonesia

Salah satu target pencapaian sistem perbankan syariah nasional yang tercantum pada blue print Perbankan Syariah Indonesia adalah memiliki peran signifikan dalam sistem perekonomian nasional, serta mampu melakukan perbaikan kesejahteraan rakyat. Sekaligus berdasarkan nilai-nilai syariah, visi

27

Tak Punya Utang Luar Negeri, UMKM Malah Tahan Krisis”. Kompas 27 November 2008.

28

Bappenas, Rencana Pemangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009, Artikel Diakses pada 15 April 2011 dari http://www.bappenas.go.id/get-file-server/node/7642/


(57)

44

pengembangan perbankan syariah di Indonesia adalah “Terwujudnya sistem perbankan syariah yang kompetitif, efisien dan memenuhi prinsip kehati-hatian yang mampu mendukung sektor riil secara nyata melalui kegiatan pembiayaan berbasis bagi hasil (share-based financing) dan transaksi riil dalam kerangka keadilan, tolong-menolong dan menuju kebaikan guna mencapai kemashlahatan masyarakat.”29

Beberapa hal yang dapat disediakan oleh Bank Syariah untuk UMKM, kaitannya dengan pencapaian target dan visi di atas, antara lain: Pertama, produk alternatif yang luas dengan bagi hasil sebagai produk utama. Produk-produk dengan sistem profit and loss sharing yang berparadigma kemitraan sangat tepat untuk memberdayakan UMKM. Kedua, pengelolaan bisnis berdasarkan moral dan transaksi sesuai dengan prinsip syariah. Keungggulan ini cocok dengan karakteristik orang-orang yang bergerak di bidang UMKM, yang menginginkan tetap berpegang teguh pada etika bisnis dan moralitas. Ketiga, mengelola dan memiliki akses kepada dana-dana di voluntary sector. Hal ini sangat sesuai dengan komitmen Bank Syariah yang peduli dengan pengembangan UMKM sebagai bagian dari pengentasan kemiskinan melalui instrumen Ekonomi Islam (Zakat, Infak, Shadaqah, Wakaf).30

Tidak dapat dipungkiri bahwa UMKM memiliki daya tahan yang tangguh dalam menghadapi gejolak. Sejak terjadinya krisis moneter yang diikuti oleh krisis ekonomi dan berbagai krisis lainnya, ditemukan suatu kenyataan bahwa

29

Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2005), h.37.

30

Muhammad, Bank Syariah: Problem dn Prospek Perkembangan di Indonesia,


(58)

ketahanan perekonomian nasional sesungguhnya ditopang oleh UMKM.31 Oleh karena itu upaya untuk terus memberdayaan UMKM merupakan tantangan yang harus selalu ditingkatkan, termasuk dukungan pembiayaan melalui perbankan.

31“Tak Punya

Utang Luar Negeri, UMKM Malah Tahan Krisis”. Kompas 27 November 2008.


(59)

46 BAB III

GAMBARAN UMUM BANK SYARIAH MANDIRI

A. Profil Perusahaan

Saat ini, dunia perbankan Indonesia tidak hanya didominasi oleh bank yang berkonsep konvensional, tetapi bank yang berkonsep syariah pun mulai menjamur untuk meramaikan persaingan antar bank di Indonesia. Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank yang berkonsep syariah di Indonesia. Bank syariah mandiri juga merupakan salah satu pelopor berdirinya bank-bank berkonsep syariah di Indonesia dan merupakan salah satu bank syariah terbesar di Indonesia saat ini.

PT. Bank Syariah Mandiri didirikan pada tanggal 25 Oktober 1999 dan mulai beroperasi pada tanggal 1 November 1999. Modal dasar pendirian Bank Syariah Mandiri sebesar Rp. 1 triliun rupiah dengan modal disetor sebesar Rp. 658.243.565.000,- (enam ratus lima puluh delapan milyar dua ratus empat puluh tiga juta lima ratus enam puluh lima ribu rupiah). Dengan modal sebesar itu sampai Desember 2010 aset Bank Syariah Mandiri mencapai Rp. 32,48 triliun.1

Saat ini Bank Syariah Mandiri telah memiliki total kantor cabang mencapai 1.171 kantor, di luar cabang unit bisnis mikro. Dari jumlah tersebut, sebanyak 977 unit berstatus Kantor Cabang (KC) dan Kantor Cabang Pembantu (KCP) serta 194 unit berupa Kantor Kas (KK) yang

1


(60)

semuanya tersebar di 33 provinsi di Indonesia. Selain itu Bank Syariah Mandiri juga memiliki jaringan ATM sejumlah 220 ATM Syariah Mandiri, 4.795 ATM Mandiri, 20,487 ATM Bersama (termasuk ATM Mandiri dan ATM BSM), 14.403 ATM Prima, 121.743 unit EDC BCA, 7.053 ATM BCA dan & 7.435 unit Malaysia Electronic Payment System (MEPS).

Sampai saat ini, hampir 100 persen BSM masih milik Bank Mandiri. Hanya satu lembar saham yang dimiliki oleh Mandiri Sekuritas. Ini membuktikan bahwa Bank Syariah Mandiri merupakan salah satu bank dengan prinsip syariah terbesar di Indonesia.

B. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri

Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997 yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi bank-bank konvensional mengalami kolaps dan kekeringan likuiditas. Keadaan tersebut menyebabkan Pemerintah Indonesia terpaksa mengambil kebijakan untuk merestrukturisasi dam merekapitulasi bank-bank yang ada di Indonesia.

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi


(61)

48

tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan (merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).2

2

Mini Profile, Menemukan Kembali Konsep Perbankan Modern, (Jakarta, Bank Syariah Mandiri), Edisi Juni 2001. h. 4


(62)

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.


(63)

50

C. Visi, Misi, Budaya Perusahaan dan Prinsip Operasional Bank Syariah Mandiri

1. Visi dan Misi Bank Syariah Mandiri

Visi dari Bank Syariah Mandiri adalah “Menjadi Bank Syariah Terpercaya Pilihan Mitra Usaha”. Sedangkan misi yang ingin dicapai oleh Bank Syariah Mandiri adalah sebagai berikut:

1. Menciptakan suasana pasar perbankan syariah agar dapat berkembang dengan mendorong terciptanya syarikat dagang yang terkoordinasi dengan baik.

2. Mencapai pertumbuhan dan keuntungan yang berkesinambungan melalui kinerja dengan mitra strategis agar menjadi bank syariah terkemuka di Indonesia yang mampu meningkatkan nilai bagi para pemegang saham dan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat luas.

3. Mempekerjakan pegawai yang profesional dan sepenuhnya mengerti operasional perbankan syariah.

4. Menunjukan komitmen terhadap standar kinerja operasional perbankan dengan pemanfaatan teknologi mutakhir, serta memegang teguh prinsip keadilan, keterbukaan dan kehati-hatian.

5. Mengutamakan mobilisasi pendanaaan dari golongan masyarakat menengah dan ritel, memperbesar portofolio pembiayaan untuk skala menengah dan kecil, serta mendorong terwujudnya manajemen zakat,


(64)

infaq dan shadaqah yang lebih efektif sebagai cerminan kepedulian sosial.

6. Meningkatkan permodalan sendiri dengan mengundang perbankan lain, segenap lapisan masyarakat dan investor baik lokal maupun asing.

2. Budaya Perusahaan

Bank Syariah Mandiri sebagai bank yang beroperasi atas dasar prinsip syariah Islam menetapkan budaya perusahaan yang mengacu kepada sikap akhlaqul karimah (budi pekerti mulia), yang terangkum dalam lima sikap dasar yang disingkat SIFAT, yaitu:

1. Siddiq

Menjaga martabat dengan integritas. Awali dengan niat hati tulus, berpikir jernih, bicara benar, sikap terpuji dan perilaku teladan.

2. Istiqomah

Konsisten adalh kunci menuju sukses. Pegang teguh komitmen, sikap optimis, pantang menyerah, kesabaran dan percaya diri.

3. Fathonah

Profesional adalh gaya kerja kami. Semangat belajar berkelanjutan, cerdas, inovatif, terampil dan adil.

4. Amanah

Terpercaya karena penuh tanggung jawab. Menjadi terpercaya, cepat tanggap, obyektif, akurat dan disiplin.


(65)

52

5. Tabligh

Kepemimpinan berlandaskan kasih sayang. Selalu transparan, membimbing, visioner, komunikatif dan memberdayakan.3

3. Prinsip Operasional

Dalam operasionalnya, Bank Syariah Mandiri berada dalam koridor prinsip-prinsip sebagai berikut:4

1. Keadilan

Bank Syariah Mandiri memberikan bagi hasil, transfer prestasi dari mitra usaha sesuai dengan kerjanya masing-masing dalam proporsi yang adil. Aplikasi prinsip keadilan tersebut adalah pembagian keuntungan antara bank dan pengausaha atas dasar volume penjualan riil. Besarnya pembagian keuntungan tergantung kepada besarnya kontribusi modal masing-masing serta posisi resiko yang disepakati. Semakin besar hasil usaha yang diperoleh pengusaha maka semakin besar pula hasil yang diperoleh pemilik dana. Dalam menjalankan usaha pembiayaan semuanya berlandaskan keadilan dalam berbagi laba sesuai kontribusi dan resiko. Penghargaan akan faktor upaya (skill, pemikiran, kerja keras dan waktu) mandapatkan tempat yang sepadan dengan faktor modal dan resiko.

3

Bank Syariah Mandiri, “Gambaran Umum dan Visi dan Misi”, diakses pada 12 April 2011 dari http://www .syariahmandiri.co.id/2011/04/gambaran umum visi dan misi. html

4

Mini Profile, Menemukan Kembali Konsep Perbankan Modern, (Jakarta, Bank Syariah Mandiri), Edisi Juni 2001.


(66)

2. Kemitraan

Posisi nasabah investor, pengguna dan bank berada dalam hubungan yang sejajar sebagai mitra usaha yang saling bersinergi untuk memperoleh keuntungan bersama yang menguntungkan dan bertanggung jawab.

3. Transparansi (keterbukaan)

Transparansi merupakan faktor inheren yang melekat dan menjadi bagian dalam sistem perbankan syariah. Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan, nasabah pemilik dana dapat dengan segera mengetahui tingkat keamanan dana, situsi dunia usaha, kondisi perekonomian bahkan manajemen bank.

4. Universal

Dalam kemitraan Bank Syariah Mandiri harus menjadi alat ampuh untuk mendukung perkembangan usaha tanpa membedakan suku, agama, ras dan golongan dalam masyarakat sesuai dengan prinsip Islam sebagai rahmatan lil alamin.

D. Struktur Organisasi

Struktur organisasi Bank Syariah Mandiri terdiri dari Dewan Komisaris, Dewan Direksi, Dewan Pengawas Syariah, Penasehat Direksi, Divisi dan Kantor-kantor Cabang.

Dewan Direksi terdiri dari Presiden Direktur dan Direktur Bidang Pemasaran Korporasi, Direksi Bidang Pemasaran Menengah Ritel, serta Direktur Bidang Operasi, Kepatuhan dan Manajemen Cabang.


(67)

54

Sebagai bank syariah, pada struktur organisasinya terdapat Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengarahkan, memeriksa dan mengawasi kegiatan bank guna menjamin bahwa bank telah beroperasi sesuai dengan aturan dan prinsip-prinsip syariah Islam.

Tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah:

1. Memberikan nasihat dan saran kepada Direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah

2. Menilai dan memastikan pemenuhan Prinsip Syariah atas pedoman operasional dan produk yang dikeluarkan Bank

3. Mengawasi proses pengembangan produk baru Bank

4. Meminta fatwa kepada Dewan Syariah Nasional untuk produk baru Bank yang belum ada fatwanya

5. Melakukan review secara berkala atas pemenuhan prinsip syariah terhadap mekanisme penghimpunan dana dan penyaluran dana serta pelayanan jasa Bank

6. Meminta data dan informasi terkait dengan aspek syariah dari satuan kerja Bank dalam rangka pelaksanaan tugasnya.


(68)

Gambar 3.1


(69)

56

Adapun struktur organisasi Bank Mandiri Syariah periode 2011 adalah sebagai berikut:

Dewan Pengurus

Presiden Direktur Utama : Yuslam Fauzi Direktur Pembiayaan Korporasi : Amran P. Nasution Direktur Treasury dan Jaringan : Sugiharto

Direktur Pemb. Komersial dan Konsumer : Hanawijaya

Direktur Operasi dan Pendukung : Achmad Syamsudin Direktur Kepatuhan dan Manajemen Resiko : Zainal Fannani

Dewan Komisaris

Presiden Komisaris : Achmad Marzuki Komisaris Independen : Abdillah

Komisaris Independen : Ramzi A. Zuhdi Komisaris : Lilis Kurniasih Komisaris : Tardi

Dewan Pengawas Syariah

Ketua : Prof. KH. Alie Yafie

Anggota : Drs. Mohammad Hidayat, MBA Anggota : Dr. Muhammad Syafi’i Antonio, Mec


(70)

Gambar 3.2

Struktur Organisasi Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua

KEPALA KCP Nurhadiansyah

OFFICER GADAI

OPERATIONAL OFFICER

ACCOUNT OFFICER

TELLER BACK

OFFICE

CUSTOMER SERVICE PELAKSANA

GADAI

KEPALA WARUNG MIKRO

M. Reza Dwiputranto

ANALIS Kholis Wardan

ADMINISTRASI Melissa.A

PMM Fitra Mizan

M. Taufik Abdul Aziz PELAKSANA

MARKETING SUPPORT

SHARIA FUNDING EXECUTIVE

MENTOR USAHA KEPALA CABANG


(71)

58

E. Produk-Produk Pembiayaan Bank Syariah Mandiri di Cabang Depok Kelapa Dua

Secara umum semua produk pembiayaan yang dikeluarkan oleh Bank Syariah Mandiri ada di Bank Syariah Mandiri Cabang Depok Kelapa Dua ini. Produk-produk pembiayaan yang ada diantaranya:

 Pembiayaan Warung Mikro

 Pembiayaan Perumahan Griya BSM

 Pembiayaan Pensiun

 Pembiayaan Eduka (Pendidikan)

 Pembiayaan Multiguna

 Pembiayaan Konsumer

 Pembiayaan Produktif

 Pembiayaan Kendaraan Bermotor

 Pembiayaan Talangan Haji dan Umrah


(72)

59 BAB IV

APLIKASI PRODUK PEMBIAYAAN WARUNG MIKRO DI BANK SYARIAH MANDIRI

A. Konsep Pembiayaan Murabahah

Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu (ُ حْبِرلا) yang berarti kelebihan dan tambahan (keuntungan).1 Menurut istilah fiqih dalam Kamus Istilah Fiqih dijelaskan bahwa murabahah adalah “bentuk jual beli barang dengan tambahan harga (cost plus) atas harga pembelian yang pertama secara jujur. Dengan murabahah ini, orang pada hakikatnya ingin mengubah bentuk bisnisnya dari kegiatan pinjam-meminjam menjadi transaksi jual beli.”2

Murabahah adalah salah satu jenis jual beli yang dibenarkan oleh syariah dan merupakan implementasi muamalat tijariyah (interaksi bisnis). Adapun dasar hukum yang membolehkan jual beli murabahah adalah sebagai berikut:

 Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 275:

َُبْلاُ ُّّّلَحَأَو

اَبّرلاَُمّرَحَوَُعْي

...

ُ

Artinya: “Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”

1

Mahmud Yunus, Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Jakarta: PT. Hidakarya Agung, 1990), h.136

2


(1)

Huruf h: Angsuran secara proposional adalah angsuran yang ditetapkan Bank secara proposional antara harga pokok dan marjin, serta jangka waktu angsuran. Contoh :

_ Harga pokok mesin Rp10.000.000,- (sepuluh juta rupiah) _ Marjin Rp2.000.000,- (dua juta rupiah)

_ Jangka waktu angsuran = 12 (dua belas) bulan

_ Angsuran nasabah Rp12.000.000,-/12 = Rp1.000.000,- (satu juta rupiah)


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

12 112 139

Evaluasi Strategi Bauran Pemasaran Produk Pembiayaan Warung Mikro Pada PT. Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Tangerang Ciputat

2 11 102

Faktor Faktor Yang Menghambat Nasabah Mengembalikan Pembiayaan Warung Mikro Bsm (Studi Pada Warung Mikro Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Ciledug, Kantor Cabang Cipulir Dan Kantor Cabang Pembantu Bintaro Sektor Iii)

0 9 110

Sistem Informasi Akuntansi Pembiayaan Warung Mikro Pada PT Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Gajah Mada Medan

9 59 53

ANALISIS PEMBIAYAAN USAHA MIKRO DAN KECIL MELALUI WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI KANTOR CABANG PEMBANTU PALUR SUKOHARJO.

0 0 13

Sistem Informasi Akuntansi Pembiayaan Warung Mikro Pada PT Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Gajah Mada Medan

0 0 10

Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

0 2 42

BAB I PENDAHULUAN - Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

0 0 29

Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

0 0 16

PENGARUH NILAI MARGIN PEMBIAYAAN TERHADAP MINAT NASABAH PADA PRODUK WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI KCP UNGARAN TUGAS AKHIR - PENGARUH NILAI MARGIN PEMBIAYAAN TERHADAP MINAT NASABAH PADA PRODUK WARUNG MIKRO BANK SYARIAH MANDIRI KCP UNGARAN - Test Reposi

0 0 98