konsentrasi plasma penghambat reduktase yang bergantung kepada 3A4 Katzung,2003.
Aktifitas kinase creatine sebaiknya sering diukur pada pasien yang mendapatkan terapi kombinasi obat-obat yang secara potensial dapat
mengadakan interaksi. Apabila terjadi nyeri otot yang bermakna, atau muncul rasa lemah, atau tidak berdaya, maka aktifitas kinase creatine sebaiknya
segera diukur dan obat dihentikan apabila aktifitas enzim tersebut meningkat melebihi batasan normal. Miopati dapat terjadi pada pemberian terapi
tunggal, tetapi biasanya terjadi pada pasien yang mendapatkan penghambat reduktase bersamaan dengan obat tertentu lainnya. Meskipun jarang terjadi
pasien dengan penghambat reduktase dapat mengalami peningkatan aktifitas kinase yang mencolok, kadar kinase creatine ini sebaiknya diukur sebelum
pengobatan dan kemudian dua kali setahun sampai satu kali setahun selama terapi Katzung,2003.
4. OUTCOME STROKE
Kehilangan fungsi yang terjadi setelah stroke sering digambarkan sebagai impairment, disabilitas dan handicaps. WHO membuat batasan
sebagai berikut Caplan,2000 : 1. Impairment adalah suatu kehilangan atau abnormalitas psikologis,
fisiologis atau fungsiatau struktur anatomis.
Universitas Sumatera Utara
2. Disabilitas adalah setiap keterbatasan atau ketidakmampuan untuk melakukan suatu aktivitas dengan cara atau dalam rentang yang
dianggap normal untuk orang sehat. 3. Handicap adalah gangguan yang dialami oleh individu akibat impairment
atau disabilitas tersebut, yang membatasi perannya sebagai manusia normal.
Penelitian klinis tentang stroke secara rutin menggunakan mortalitas sebagai outcome, namun terdapat outcome lainnya yang penting untuk
investigasi klinis dan relevan dengan pasien, mencakup perubahan fungsi tubuh dan disabilitas. Sejumlah instrumen untuk menilai fungsi dan disabilitas
telah dikembangkan. Pada berbagai penelitian klinis, skala Barthel Index dan Modified Rankin Scale umumnya digunakan untuk menilai outcome karena
mudah digunakan dan merupakan pengukuran yang sensitif terhadap derajat keparahan stroke Weimar dkk, 2002.
Modified Rankin Scale mengukur tingkat ketergantungan, baik mental maupuan adaptasi fisik yang digabungkan dengan defisit neurologis. Skala ini
terdiri dari 6 derajat, yaitu dari 0-5, dimana 0 berarti tidak ada gejala dan 5 berarti cacatketidakmampuan yang berat Weimar dkk,2002.
National Institute of Health Stroke Scale NIHSS digunakan untuk menilai impairment, yang terdiri dari 12 pertanyaan—tingkat kesadaran,
respon terhadap pertanyaan, respon terhadap perintah, gaze palsy,
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan lapangan pandang, facial palsy, motorik, ataksia, sensori, bahasa, disartria dan inatensi. Skala ini telah banyak digunakan pada
berbagai penelitian tentang terapi stroke akut dan merupakan pemeriksaan standar dalam penelitian klinis. Meyer dkk,2002; Schlegel dkk,2003.
Skor ini tidak hanya membantu untuk mengukur derajat defisit neurologis,namun juga untuk memfasilitasi komunikasi antara penyedia
layanan kesehatan, mengidentifikasi kemungkinan lokasi oklusi pembuluh darah, menyediakan prognosis awal, dan membantu mengidentifikasi
eligibilitas pasien untuk berbagai intervensi dan potensial komplikasi. Adams dkk, 2007. Penilaian retrospektif untuk menilai keparahan stroke dengan
NIHSS menunjukkan bahwa skor ini reliable dan tidak bias bahkan jika elemen pemeriksaan fisik ada yang hilang dari rekam medis pasien Williams
dkk, 2000. Beberapa studi menyatakan bahwa penggunaan statin kemungkinan
akan meningkatkan outcome setelah mendapat serangan stroke. Penggunaan statin dengan segera sebagai penurun kadar lipid dapat
meningkatkan outcome dan mengurangi resiko terjadinya stroke dikarenakan efek pleiotropik dari statin. Penggunaan statin dapat meningkatkan outcome
dengan cara meningkatkan fungsi endotel melalui penambahan produksi oksida nitrit dan anti oksidan serta efek antikoagulan. Melalui mekanisme
Universitas Sumatera Utara
inilah peningkatan outcome setelah penggunaan statin dapat terjadi Moonis dkk,2005.
Selain efek yang disebut di atas ternyata terdapat efek statin yang lain, dimana statin juga memiliki efek immune modulatory yang dianggap dapat
dapat meningkatkan outcome setelah stroke iskemik akut Yoon dkk, 2004. Mengkonsumsi Atorvastatin 1 hari setelah serangan stroke iskemik
ternyata dapat meningkatkan outcome fungsional pada hari ke-14 karena dapat mempengaruhi angiogenesis, neurogenesis dan sinaptogenesis
dengan menginduksi peningkatan faktor endotel pembuluh darah Moonis dkk,2005.
Universitas Sumatera Utara
5. KERANGKA KONSEPSIONAL