Pengukuran Konsentrasi Testosteron Perhitungan Jumlah Spermatosit Pakiten

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Gam bar 4.4 Grafik rerata persentase sperma yang abnormal tikus setelah diberi perlakuan selama 48 hari Data yang diperoleh dilakukan analisis dengan uji One Way ANOVA, hasilnya menunjukkan nilai signifikansi 0.001 p ≤0.05. Sehingga dilanjutkan uji LSD yang hasilnya terdapat perbedaan bermakna p≤0,05 antara kelompok kontrol dengan kelompok yang diberi perlakuan ekstrak dosis 100 mgkgBB, dosis 200 mgkgBB, dan dosis 400 mgkgBB. Namun tidak terdapat perbedaan bermakna antar kelompok uji dengan peningkatan dosis p ≥ 0,05 yaitu antara dosis 200 mgkg dan dosis 400 mgkgBB. Hal ini menunjukkan bahwa dengan pemberian ekstrak etanol 96 daun sambiloto dapat mempengaruhi persentase abnormalitas morfologi spermatozoa, namun tidak dipengaruhi oleh peningkatan dosis. Analisis statistik dapat dilihat pada Lampiran 12.

4.1.8 Pengukuran Konsentrasi Testosteron

Hasil pengukuran konsentrasi testosteron serum pada tikus kelompok kontrol, kelompok perlakuan dosis rendah 100 mgkgBB, kelompok perlakuan dosis sedang 200 mgkgBB dan kelompok perlakuan dosis tinggi 400 mgkgBB dapat dilihat pada tabel 4.5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tabel 4.5 Rerata hasil konsentrasi testosteron tikus jantan yang diberikan ekstrak etanol 96 daun sambiloto Kelompok Rerata Konsentrasi Testosteron ngmL ± SD Hari ke-0 Hari ke-49 Kontrol 4.814 ± 1.439 4.518 ± 0.802 Dosis rendah 3.568 ± 2.202 8.169 ± 0.905 Dosis sedang 3.708 ± 0.683 3.603 ± 0.711 Dosis tinggi 4.972 ± 1.882 5.170 ± 1.878 Hasil pengukuran konsentrasi testosteron menunjukkan bahwa terdapat penurunan dan peningkatan konsentrasi testosteron dari hari ke-0 jika dibandingkan dengan hari ke-49 disetiap kelompok. Gambar 4.5 Grafik Rerata Konsentrasi Testosteron Data yang telah diperoleh kemudian diolah secara statistik dengan menggunakan uji Paired Samples T-Test. Pada kelompok kontrol dan kelompok dosis sedang terjadi penurunan konsentrasi testosteron dari hari ke-0 jika dibandingkan dengan hari ke-49 secara tidak bermakna. Pada kelompok dosis rendah dan tinggi terjadi peningkatan konsentrasi testosteron antara hari ke-0 dan hari ke-49. Peningkatan konsentrasi testosteron pada kelompok dosis tinggi tidak berbeda secara bermakna p0.05. Berbeda dengan kelompok dosis rendah yang mengalami peningkatan konsentrasi testosteron secara bermakna p0.05. Hal ini UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96 daun sambiloto dapat mempengaruhi sistem hormonal dan tergantung dengan dosis. Hasil analisa statistik dapat dilihat pada Lampiran 14.

4.1.9 Perhitungan Jumlah Spermatosit Pakiten

Data hasil perhitungan jumlah spermatosit pakiten pada lima tubulus seminiferus tiap tikus setelah pemberian ekstrak etanol 96 daun sambiloto dapat dilihat pada tabel 4.6. Tabel 4.6 Rerata jumlah spermatosit pakiten tikus jantan yang diberikan ekstrak etanol 96 daun sambiloto Kelompok Uji Rerata Jumlah Spermatosit Pakiten ± SD Kontrol 55,70 ± 2,900 Dosis 100 mgkgBB 45,65 ± 1,763 Dosis 200 mgkgBB 40,80 ± 0,350 Dosis 400 mgkgBB 33,05 ± 0,854 Hasil perhitungan jumlah spermatosit pakiten pada kelompok perlakuan mengalami penurunan terhadap kontrol. Penurunan jumlah spermatosit pakiten yang terjadi sesuai dengan peningkatan dosis ekstrak yang diberikan kepada hewan uji. Gambar 4.6 Grafik Rerata Jumlah Spermatosit Pakiten UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Data hasil perhitungan jumlah spermatosit pakiten kemudian diolah menggunakan uji One Way ANOVA yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara bermakna p ≤0.05. Hasilnya kemudian dilanjutkan dengan uji LSD yang menunjukkan terjadi perbedaan bermakna p ≤0.05 antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan yaitu dosis 100 mgkgBB, 200 mgkgBB, dan 400 mgkgBB. Juga terjadi perbedaan bermakna antar kelompok uji seiring dengan terjadinya kenaikan dosis. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak etanol 96 daun sambiloto dapat mempengaruhi jumlah spermatosit pakiten dan juga dipengaruhi oleh kenaikan dosis, semakin tinggi dosis ekstrak maka semakin tinggi penurunan jumlah spermatosit pakiten. Hasil analisa statistik dapat dilihat pada Lampiran 16.

4.2 Pembahasan

Dokumen yang terkait

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 70% Daun Pacing (Costus spiralis) terhadap Diameter Tubulus Seminiferus, Motilitas, dan Spermisidal pada Tikus Jantan Strain Sprague-Dawley

0 10 95

Uji Efek Antifertilitas Serbuk Bawang Putih (Allium Sativum L.) Pada Tikus Jantan (Rattus Novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo Dan In Vitro

3 25 115

Uji Antifertillitas Ekstrak Metanol Kulit Buah Manggis (Garcinia mangostana L) pada Tikus Jantan Strain Sprague Dawley Secara In Vivo

4 11 134

Uji Antifertilitas Ekstrak Etil Asetat Biji Jarak Pagar (Jatropha Curcas L.) Pada Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

4 25 111

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 96% Daun Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees) Terhadap Kualitas Sperma Pada Tikus Jantan Galur Sprague- Dawley Secara In Vivo dan Aktivitas Spermisidal Secara In Vitro

0 15 104

Uji Antifertilitas ekstrak N-Heksana biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) pada tikus putih jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley secara IN VIVO

2 15 116

Uji Antifertilitas Ekstrak Etanol 70% Biji Jarak Pagar (Jatropha curcas L.) Pada Tikus Jantan Galur Sprague Dawley Secara In Vivo

0 4 121

Uji Aktivitas Hepatoprotektif Ekstrak Air Sarang Burung Walet Putih (Collocalia fuciphaga Thunberg, 1821). Terhadap Aktivitas SGPT & SGOT Pada Tikus Putih Jantan Galur Sprague-Dawley

0 23 107

Aktivitas antifertilitas ekstrak etanol 70% daun pacing (costus spiralis) pada tikus sprague-dawley jantan secara in vivo

1 32 0

Uji Aktivitas Ekstrak Etanol 90% Daun Kelor (Moringa Oleifera Lam) Terhadap Konsentrasi Spermatozoa, Morfologi Spermatozoa, Dan Diameter Tubulus Seminiferus Pada Tikus Jantan Galur Sprague-Dawley

4 34 116