Artinya :“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah
memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara maruf. seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan Karena anaknya dan seorang ayah Karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabila keduanya ingin menyapih sebelum dua tahun dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan Ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan”. Q.S. Al Baqarah : 233
C. Syarat-Syarat Hadhinah dan Hadhin
Pemeliharaan atau pengasuhan anak itu berlaku antara dua unsur yang menjadi rukun dalam hukumnya, yaitu orang tua yang disebut hadhin dan anak yang
diasuh atau disebut madhun atau hadhinah. Baik masih dalam ikatan perkawinan atau setelah perceraian, kedua orang tua berkewajiban untuk memelihara anaknya dengan
baik. Adapun syarat-syarat dari hadhin adalah sebagai berikut :
3
1. Sudah dewasa, orang yang belum dewasa tidak akan mampu melakukan tugas
yang berat itu, oleh karenanya belum dikenai kewajiban dan tindakan yang dilakukannya itu belum dinyatakan memenuhi persyaratan.
3
Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqh Munakahat dan UU Perkawinan Jakarta, Prenada Media,2006,,h 328
2. Berpikiran sehat, orang yang kurang akalnya seperti idiot tidak mampu berbuat
untuk dirinya sendiri dan dengan keadaannya itu tentu tidak akan mampu berbuat untuk orang lain.
3. Beragama Islam, ini adalah pendapat yang dianut oleh jumhur ulama, karena
tugas pengasuh itu termasuk tugas pendidikan yang akan mengarahkan agama anak yang diasuh. Kalau diasuh oleh orang yang bukan agama Islam
dikhawatirkan anak yang diasuh akan jauh dari agamanya. 4.
Adil dalam arti menjalankan agama secara baik, dengan meninggalkan dosa besar dan menjauhi dosa kecil. Kebalikan dari adil dalam hal ini disebut fasiq,
yaitu tidak konsisten dalam beragama, orang yang komimen agamanya rendah tidak dapat diharapkan untuk mengasuh anak yang masih kecil.
Sedangkan menurut Abd.Rahman Ghazaly dalam Fiqh Munakahat, dikatakan syarat-syarat buat hadhin adalah sebagai berikut :
4
1. Tidak terikat dengan suatu pekerjaan yang menyebabkan ia tidak melakukan
hadhanah dengan baik, seperti hadhinah terikat dengan pekerjaan yang berjauhan tempatnya dengan tempat si anak atau hampir seluruh waktunya
dihabiskan untuk bekerja. 2.
Hendaklah ia orang mukallaf, yaitu telah baligh, berakal, dan tidak terganggu ingatannya. Hadhanah adalah suatu pekerjaan yang penuh tanggung jawab,
4
Abd.Rahman Ghazaly,Fiqh Munakakahat, Jakarta, Prenada Media Group, 2003, hal 181
sedangkan orang yang bukan mukallaf adalah orang yang tidak dapat mempertanggungjawabkan perbuatan.
3. Hendaklah mempunyai kemampuan melakukan hadhanah.
4. Hendaklah dapat menjamin pemeliharaan dan pendidikan anak, terutama yang
berhubungan dengan budi pekerti. Orang yang dapat merusak budi pekerti anak, seperti pezina, pemabuk, pencuri, tidaklah pantas melakukan hadhanah.
5. Hendaklah hadhinah tidak bersuamikan laki-laki yang tidak ada hubungan
mahram dengan si anak, jika ia kawin dengan laki-laki yang ada hubungan mahram dengan si anak maka hadhinah itu berhak meaksanakan hadhanah,
seperti ia kawin dengan paman si anak dan sebagainya. 6.
Hadhinah hendaklah orang yang tidak membenci si anak, jika hadhinah orang yang membenci si anak dikhawatirkan anak berada dalam kesengsaraan.
Sedangkan Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah memberikan persyaratan untuk hadhinah sebagai berikut :
5
1. Berakal sehat, jadi bagi orang yang kurang akal dan gila, keduanya tidak boleh
menangani hadhanah. 2.
Dewasa, sebab anak kecil sekalipun mumayiz, tetapi ia tetap membutuhkan orang lain yang mengurusi urusannya dan mengasuhnya.
3. Mampu mendidik, karena tidak boleh menjadi pengasuh orang yang buta atau
rabun, sakit menular atau sakit yang melemahkan jasmaninya untuk mengurus kepentingan anak kecil, tidak berusia lanjut, yang bahkan ia sendiri perlu diurus,
5
Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, Bandung, PT Al-Ma’arif ,2002 h 179
bukan orang yang mengabaikan urusan rumahnya sehingga merugikan anak kecil yang diurusnya, atau bukan orang yang tinggal bersama orang yang sakit
menular atau bersama orang yang suka marah kepada anak-anak, sekalipun kerabat anak kecil itu sendiri, sehingga akibat kemarahannya itu tidak bisa
memperhatikan kepentingan si anak secara sempurna dan menciptakan suasana yang tidak baik.
4. Amanah dan berbudi, sebab orang yang curang tidak aman bagi anak kecil dan
tidak dapat dipercaya akan dapat menunaikan kewajibannya dengan baik. 5.
Islam, anak kecil muslim tidak boleh diasuh oleh pengasuh yang bukan muslim. Sebab hadhanah merupakan masalah perwalian, sedangkan Allah tidak
membolehkan orang Mukmin dibawah perwalian orang kafir, sesuai yang tersirat dalam firman Allah Swt.
Artinya :
“
Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” Q.S. Annisa
Ayat 141
6. Ibunya belum kawin lagi, jika si ibu telah kawin lagi dengan laki-laki lain maka hak
hadhanahnya hilang, sesuai hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Dawud, Baihaqy dan Hakim yang berbunyi :
ﺖﹶﻟ ﹶﺎﻗ ﹰﺓﹶﺍﺮﻣ ﺍ ﱠﻥ ﹶﺍ ﻭﹴﺮﻤﻋ ﹺﻦﺑِ ﷲﺍ ﺍ ﺪﺒﻋ ﻦﻋ :
ﻲﹺﻳ ﺪﹶﺛ ﻭ ًﺀَﺂﻋﹺﻭ ﻪﹶﻟ ﻲﹺﻨﹾﻄﺑ ﹶﻥﺎﹶﻛ ﺍﹶﺬﻫ ﻲﹺﻨﺑﺍ ﱠﻥ ﹶﺍِ ﷲ ﺍ ﹶﻝ ﻮﺳﺭ ﺎﻳ ًﺀﺎﹶﻘﺳ ﻪﹶﻟ
, ًﺀﺍﻮﺣ ﻪﹶﻟ ﻱﹺﺮﺨﺣﻭ
, ﹶﻝﺎﹶﻘﹶﻓ ﻲﻨﻣ ﻪﻋ ﹺﺰﺘﻨﻳ ﹾﻥﹶﺍ ﺩﺍﺭﹶﺍﻭ ﻰﹺﻨﹶﻘّﹶﻠﹶﻃ ﻩﹶﺎﺑﹶﺍ ﱠﻥﹺﺇﻭ
ﺎﻬﹶﻟ ﻪﻴﹶﻠﻋُ ﷲﺍﺍ ﻰﻠﺻِ ﷲﺍﺍ ﹸﻝﻮﺳﺭ
ﻢﱠﻠﺳﻭ :
ﻲﺤﻜﻨﺗ ﻢﹶﻟ ﺎﻣ ﻪﹺﺑ ﻖﺣﹶﺍ ﺖﻧﹶﺍ ﺩﻭﺍﺩ ﻮﺑﺍ ﻩﻭﺍﺭ
6
Artinya :“ Dari Abdullah bin Amr : Bahwa ada seseorang perempuan berkata : “ Ya Rasulullah Sesungguhnya anakku laki-laki ini perutkulah yang jadi
bejananya, lambungku yang jadi pelindungnya dan susuku yang jadi minumannya. Tiba-tiba sekarang ayahnya mau mencabutnya dariku.”
Maka Rasulullah saw lalu bersabda : “ Engakau lebih berhak tehadapnya, selama engkau belum kawin lagi “. HR Abu Dawud .
7. Medeka. Sebab seorang budak biasanya sangat sibuk dengan urusan-urusan dengan
tuannya, sehingga ia tidak ada kesempatan untuk mengasuh anak kecil.
Sedangkan syarat untuk madhun atau hadhinah adalah sebagai berikut :
7
1. Ia masih berada dalam usia kanak-kanak dan belum dapat berdiri sendiri dalam
mengurus hidupnya sendiri. 2.
Ia berada dalam keadaan tidak sempurna akalnya dan oleh karena itu tidak dapat berbuat sendiri, meskipun telah dewasa, seperti orang idiot. Orang yang telah
dewasa dan sehat sempurna akalnya tidak boleh berada dibawah pengasuhan siapapun.
D. Masa Hadhanah