Sedangkan rukun- rukun Wadi’ah diantaranya adalah :
1 Barang uang yang disimpandititipkan wadi’ah
2 Pemilik baranguang yang bertindak sebagai pihak yang menitipkan
muwaddi 3
Pihak yang menyimpan atau memberikan jasa mustawda 4
Ijab Qabul Sighat
Dari pengertian-pengertian Al- Wadi’ah diatas maka penulis dapat
memahami da n menjelaskan bahwa yang dimaksud wadi’ah adalah penitipan,
yaitu akad seseorang kepada yang lain dengan menitipkan sesuatu barang untuk dijaga secara layak dan aman. Apabila ada kerusakan pada benda
titipan, padahal benda tersebut dijaga dengan sebagaimana layaknya dan baik maka penerima titipan tidak wajib untuk menggantinya, tetapi bila kerusakan
itu disebabkan oleh kelalaiannya maka ia wajib menggantinya.
4. Tabungan Wadi’ah
Tabungan Wadi’ah merupakan tabungan yang dijalankan berdasarkan akad Wadi’ah, yakni titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap
saat sesuai dengan kehendak pemiliknya. Berkaitan dengan produk tabungan wadi’ah, bank syari’ah menggunakan akad wadi’ah yad adh-dhamanah.
Dalam hal ini, nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada bank syari’ah untuk menggunakan atau memanfaatkan dana atau
barang tersebut. Sebagai konsekuensinya, bank bertanggung jawab terhadap keutuhan harta titipan tersebut serta mengembalikannya kapan saja
pemiliknya menghendaki. Disisi lain, bank juga berhak sepenuhnya atas keuntungan dari hasil penggunaan atau pemanfaatan dana barang tersebut.
20
Mengingat Wadi’ah yad-dhamanah ini mempunyai implikasi hukum
yang sama dengan Qardh, maka nasabah penitip dan bank tidak boleh saling menjanjikan untuk membagi hasilkan keuntungan harta tersebut. Namun
demikian, bank diperkenankan memberikan bonus kepada pemilik harta titipan selama tidak diisyaratkan dimuka. Dengan kata lain, pemberian bonus
merupakan kebijakan bank syari’ah semata yang bersifat sukarela.
21
Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan beberapa ketentuan umum tabungan
wadi’ah sebagi berikut : a.
Tabungan wadi’ah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni yang harus dijaga dan dikembalikan setiap saat dengan kehendak
pemilik harta. b.
Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dan atau pemanfaatan barang menjadi milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah
penitip tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian c.
Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai insentif selama tidak diperjanjian dalam akad pembukaan rekening.
20
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2007, edisi3, h.298.
21
Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada: 2007, edisi3, h.299