penurunan BB yang signifikan P0,05. Begitu juga rata-rata berat absolute hati, ginjal dan limpha terjadi penurunan signifikan dibandingkan kelompok kontrol.
Namun, tidak terlihat perbedaan yang signifikan terhadap kadar kreatinin, Blood Urea Nitrogen BUN dan enzim alanin aminotransferase ALT tikus perlakuan
maupun kontrol. Pada penelitian tersebut juga dihasilkan kadar plumbum dalam ginjal lebih tinggi dari hati dan limpa. Hal ini dapat menyebabkan ginjal lebih
beresiko daripada jaringan tubuh lain. Selanjutnya hasil pemeriksaan secara makroskopik pada minggu ke 14 dan 16
organ hati dan ginjal tampak pucat sedangkan organ lain normal. Secara mikroskopik pada minggu ke 12-16 epitel tubulus konvulatus proksimal ginjal terlihat degenerasi,
hyperplasia, kariomegali dan pada minggu ke 8 terlihat benda-benda inklusi dalam inti sel. Terlihat pula vakuolisasi duktus kolektivus, dilatasi lumen disertai akumulasi
sel debris dan pelebaran ruangan Bowman. Implikasi klinik akibat paparan plumbum pada ginjal menyebabkan tidak
berfungsinya tubulus renal, nefropati irreversibel, sklerosis vaskuler , sel tubulus atrofi, fibrosis dan sklerosis glomerulus. Akibatnya dapat menimbulkan
aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus berlanjut dapat terjadi nefritis kronis Mukono J, 2006
2.1.5 Radikal Bebas dan Antioksidan
Suatu radikal bebas dapat dinyatakan sebagai spesies yang terdiri dari satu atau lebih electron yang tidak berpasangan. Radikal bebas ini dapat bereaksi dengan
berbagai cara. Salah satunya adalah apabila dua radikal bebas bertemu maka elektron
Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
yang tidak berpasangan tadi akan bergabung membentuk ikatan kovalen Halliwell, 1994 .
Radikal bebas di anggap berbahaya karena menjadi sangat reaktif dalam upaya mendapatkan pasangan elektronnya, sehingga dapat bereaksi dengan berbagai
biomolekul penting seperti enzim, DNA dan juga merusak sel lainnya yang akhirnya dapat menimbulkan berbagai penyakit. Radikal bebas yang berbahaya bagi kesehatan
dapat di hambat dengan penggunaan antioksidan Ivanova, et.,2000. Ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan antioksidan menghasilkan
stress oksidatif. Stres oksidatif merupakan pemicu patogenesa keracunan Pb. Stres oksidatif adalah suatu keadaan dimana tingkat kelompok oksigen reaktif ROS yang
toksik melebihi pertahanan antioksidan endogen. Keadaan ini mengakibatkan kelebihan radikal bebas yang akan bereaksi dengan lemak,protein dan asam nukleat
seluler sehingga terjadi terjadi kerusakan lokal dan disfungsi organ tertentu Arief, 2006 seperti hati, ginjal dan jaringan otak. ROS yang terbentuk akibat paparan Pb
asetat dapat diidentifikasi di paru-paru, jaringan endotel, testis, sperma, hati , otak dan ginjal.
Antioksidan adalah senyawa pemberi electron yang dapat menetralkan radikal bebas, atau suatu bahan yang berfungsi mencegah system biologi tubuh dari efek
yang merugikan yang timbul dari proses ataupun reaksi yang menyebabkan oksidasi yang berlebihan.
Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
Packer 1995 , mengatakan bahwa sebagai bahan penetral dari radikal bebas, maka antioksidan yang di kenal ada yang berupa enzim dan ada yang berupa
mikronutrien. Enzim antioksidan dibentuk dalam tubuh, yaitu superoxide dismutase SOD,
glutation peroksidase, katalase, dan glutation reduktase. Sedangkan antioksidan yang berupa mikronutrien adalah vitamin A, C dan E Shahidi, 1997. Vitamin Ab-caroten
merupakan scavengers pemulung oksigen tunggal, vitamin C pemulung superoksid dan radikal bebas lain. Vitamin C berdasarkan fungsinya merupakan tipe pereduksi
yaitu mentrasfer atom H atau oksigen. Sedangkan vitamin E pemutus rantai peroksida lemak Krisnamurthy 1983,Watson dan Leonard,1986;Packer1995.
Vitamin C bekerja sebagai suatu koenzim dan pada keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Absorpsi vitamin C dari usus berlangsung
secara cepat dan sempurna 90, tapi menurun pada dosis di atas 1 gram. Distribusinya ke seluruh jaringan baik. Persediaan tubuh untuk sebagian besar
terdapat dalam korteks anak ginjal. Dalam darah sangat mudah dioksidasi secara reversible menjadi dehidroascorbat yang hampir sama aktifnya. Sebagian kecil di
rombak menjadi asam oksalat dengan jalan pemecahan ikatan antara C
2
dan C
3.
Ekskresi berlangsung terutama sebagai metabolit dehidronya dan sedikit sebagai asam folat Tjay,2002
Mekanisme kerja berbagai aktifitas asam askorbat masih belum jelas. Dalam beberapa proses asam askorbat tidak terlibat secara langsung, tapi di perlukan untuk
mempertahankan agar kofaktor logam dapat berada dalam keadaan tereduksi. Salah
Bernike Doloksaribu: Pengaruh proteksi Vitamin C Terhadap Kadar Ureum, Kreatinin Dan Gambaran Histopatologis Ginjal Mencit Yang Dipapar Plumbum, 2008.
USU e-Repository © 2008
satu fungsi dari asam askorbat adalah sebagai antioksidan umum yang larut dalam air, dan bekerja pada sitosol dan cairan ekstraseluler. Murray et al.,2003
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C dengan dosis tinggi dapat menanggulangi beberapa proses penyakit. Dengan pemberian vitamin C
500 mg bahkan 1000 mg dapat mengatasi infeksi virus. Dan dosis 200-500 mg juga dapat mengatasi kerusakan jaringan akibat berbagai logam berat Klenner, 1997.
Penelitian Dawson, dkk menunjukkan vitamin C 1000 mg secara signifikan dapat menurunkan kadar Pb darah pada perokok. Adapun dosis optimal vitamin C sebagai
antioksidan sangat tergantung derajat paparan radikal bebas Sanjoto,2001
2.2. Ginjal 2.2.1. Anatomi Umum