Jaldi Christanto Sinaga : Analisis Pemasaran Cpo Crude Palm Oil PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV Studi Kasus : Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV dan Kantor Pemasaran Bersama KPB
PT Perkebunan Nusantara I-V Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009
2. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak-pihak lain yang
membutuhkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Kelapa sawit Elaeis guinensis Jack merupakan tumbuhan tropis yang diperkirakan berasal dari Nigeria Afrika Barat karena pertama kali ditemukan di
hutan belantara negara tersebut. Kelapa sawit pertama masuk ke Indonesia pada tahun 1848, dibawa dari Mauritius dan Amsterdam oleh seorang warga Belanda.
Bibit kelapa sawit yang berasal dari kedua tempat tersebut masing-masing berjumlah dua batang dan pada tahun itu juga ditanam di Kebun Raya Bogor.
Hingga saat ini, dua dari empat pohon tersebut masih hidup dan diyakini sebagai nenek moyang kelapa sawit yang ada di Asia Tenggara. Sebagian keturunan
kelapa sawit dari Kebun Raya Bogor tersebut telah diintroduksi ke Deli Serdang Sumatera Utara sehingga dinamakan varietas Deli Dura Hadi, 2004.
Tanaman kelapa sawit disebut dengan Elaeis guinensis Jacq. Elaeis berasal dari Elaion yang dalam bahasa Yunani berarti minyak. Guinensis berasal
Jaldi Christanto Sinaga : Analisis Pemasaran Cpo Crude Palm Oil PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV Studi Kasus : Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV dan Kantor Pemasaran Bersama KPB
PT Perkebunan Nusantara I-V Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009
dari kata Guinea, yaitu Pantai Barat Afrika dan Jacq singkatan dari Jacquin seorang Botanist dari Amerika. Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima
sekarang adalah sebagai berikut : Divisi
: Tracheophyta Subdivisi
: Pteropsida Kelas
: Angiospermae Subkelas
: Monocotyledoneae Ordo
: Spadiciflorae Arecales Familia
: Palmae Arecaceae Subfamilia
: Cocoideae Genus
: Elaeis Spesies
: Elaeis guinensis Jacq. Varietas dari Elaeis guinensis Jacq. Cukup banyak dan biasanya diklasifikasikan
dalam berbagai hal. Misalnya dibedakan atas tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang, warna buah dan lain-lain Soehardjo dkk, 1998.
Varietas-varietas kelapa sawit yang telah dicirikan dibedakan menurut tipe buah, bentuk luar, tebal cangkang tempurung, warna buah, dan ciri-ciri lain.
Menurut Beccari dan Chavalier pada tahun 1914 terdapat 18 varietas, menurut Becker dan Fickendy pada tahun 1914 terdapat 19 varietas, sedangkan oleh Annet
pada tahun 1921 kelapa sawit hanya digolongkan dalam 7 varietas. Menurut warna buahnya Elaeis guinensis Jacq. dipecah menjadi tiga bentuk :
1. Nigrescens : warna buah lembayung violet sampai hitam waktu muda,
berubah menjadi merah kuning orange sesudah matang.
Jaldi Christanto Sinaga : Analisis Pemasaran Cpo Crude Palm Oil PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV Studi Kasus : Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV dan Kantor Pemasaran Bersama KPB
PT Perkebunan Nusantara I-V Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009
2. Virescens : warna buah hijau waktu muda, menjadi merah kuning
sesudah matang. 3.
Albescens : warna buah kuning waktu muda dan pucat tembus cahaya karena mengandung sedikit karoten.
Bentuk yang dipakai pada pertanaman komersial adalah nigrescens, sedangkan bentuk lainnya dipakai dalam program penelitian. Baik dalam produksi maupun
dalam kualitas, varietas nigrescens adalah yang terbaik Tan, 1976. Berdasarkan ketebalan tempurung dan daging buah, beberapa varietas
kelapa sawit diantaranya Dura, Pisifera, Tenera, Macro carya, dan Diwikka-wakka. Varietas kelapa sawit berdasarkan ketebalan tempurung dan
daging buah, yaitu : 1.
Dura, ciri-cirinya : tempurung tebal 2-8 mm, tidak terdapat lingkaran serabut pada bagian luar tempurung, daging buah relatif tipis, yaitu
35-50 terhadap buah, kernel daging biji besar dengan kandungan minyak rendah, dan dalam persilangan, dipakai sebagai pohon induk
betina. 2.
Pisifera, ciri-cirinya : ketebalan tempurung sangat tipis, bahkan hampir tidak ada, daging buah tebal, lebih tebal dari daging buah Dura, daging
biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan.
3. Tenera, ciri-cirinya : hasil dari persilangan Dura dengan Pesifera,
Tempurung tipis 0,5-4 mm, terdapat lingkaran serabut di sekeliling tempurung, daging buah sangat tebal 60-96 dari buah, tandan buah
lebih banyak, tetapi ukurannya relatif lebih kecil.
Jaldi Christanto Sinaga : Analisis Pemasaran Cpo Crude Palm Oil PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV Studi Kasus : Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV dan Kantor Pemasaran Bersama KPB
PT Perkebunan Nusantara I-V Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009
4. Macro carya, ciri-cirinya : tempurung tebal sekitar 5 mm, dan daging
buah sangat tipis. Perbedaan ketebalan daging buah kelapa sawit menyebakan perbedaan jumlah
rendemen minyak sawit yang dikandungnya. Rendemen minyak paling tinggi terdapat pada varietas Tenera, yaitu mencapai 22-24, sedangkan pada varietas
Dura hanya 16-18 Purseglove, 1972. Kelapa sawit adalah tanaman hutan yang dibudidayakan. Kelapa sawit
dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah disekitar lintang Utara- Selatan 12 derajat pada ketinggian 0-500 m dari atas permukaan laut. Jumlah
curah hujan yang baik adalah 2.000-2.500 mmtahun, tidak memiliki defisit air, kebutuhan efektif hanya 1.300-1.500 mm. Temperatur yang optimal 24-28
o
C terendah 18
o
C dan tertinggi 32
o
C. Kelembaban 80 dan penyinaran matahari 5- 7 jamhari. Kecepatan angin 5-6 kmjam sangat baik untuk membantu proses
penyerbukan. Kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti podsolik, latosol, hidromorfik kelabu HK, regosol, andosol, organosol dan
alluvial Lubis, 1992. Kelapa sawit pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh pemerintahan
kolonial Belanda pada tahun 1848. Ketika ada empat batang bibit kelapa sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam dan ditanam di Kebun Raya Bogor.
Tanaman kelapa sawit mulai diusahakan dan dibudidayakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah
Adrien Hallet, seorang berkebangsaan Belgia yang telah belajar banyak tentang kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schadt yang
menandai lahirnya perkebunan kelapa sawit di Indonesia. Sejak saat itu
Jaldi Christanto Sinaga : Analisis Pemasaran Cpo Crude Palm Oil PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV Studi Kasus : Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV dan Kantor Pemasaran Bersama KPB
PT Perkebunan Nusantara I-V Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009
perkebunan kelapa sawit di Indonesia mulai berkembang. Perkebunan kelapa sawit pertama berlokasi di Pantai Timur Sumatera Deli dan Aceh. Luas areal
perkebunannya mencapai 5.123 Ha Tim Penulis PS, 2002. Perkebunan kelapa sawit pertama dibuka pada tahun 1911 di Tanah Itam
Ulu oleh maskapai Oliepalmen Cultuur dan di Pulu Raja oleh maskapai Huileries de Sumatera-RCMA kemudian oleh Seumadam Cultuur Mij, Sungai Liput
Cultuur Mij, Mapoli, Tanjung Genteng oleh Palmbomen Cultuur Mij, Medang Ara Cultuur Mij, Deli Muda oleh Huileries de Deli dan lain-lain. Sampai tahun
1915 luasan areal kelapa sawit baru 2.715 Ha. Pada tahun 1916; ada 16 perusahaan di Sumatera Utara dan 3 perusahaan di Pulau Jawa yang
menanam kelapa sawit. Pada tahun 1920 meningkat menjadi 25 perusahaan di Sumatera Timur, 8 di Aceh dan 1 di Sumatera Selatan, yaitu Toba Pingin dekat
Lubuk Linggau. Sampai tahun 1939 telah tercatat 66 perkebunan dengan luas areal ± 100.000 Ha. Maskapai utama yang tercatat adalah HVA Handels
Vereniging Amsterdam; RCMA Rubber Cultuur Maatschappij Amsterdam; Socfindo, Asahan Cultuur Mij, LCB Mayang, Deli Mij dan Sungai Liput Cultuur
Mij Soehardjo dkk, 1998. Area kelapa sawit Indonesia meningkat dengan tajam, mencapai 4116.646
ha pada tahun 2002, yang mana tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya Barat Papua, dan Jawa Barat. Pada tahun 2002, area kelapa sawit
Sumatera Utara sekitar 23,95 dimiliki oleh pemilik kecil, 9,67 dimiliki oleh perusahaan asing, 35,19 dimiliki oleh perusahaan swasta, dan 31,20 dimiliki
oleh perusahaan negara. Banyaknya pabrik pengolahan minyak sawit di Indonesia
Jaldi Christanto Sinaga : Analisis Pemasaran Cpo Crude Palm Oil PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV Studi Kasus : Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV dan Kantor Pemasaran Bersama KPB
PT Perkebunan Nusantara I-V Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009
sekitar 107 units, yang merupakan kepunyaan perusahaan swasta 59 unit, perusahaan asing 13 unit, dan perusahaan negara 35 unit Fadli, 2006.
Area perkebunan kelapa sawit di Indonesia secara berturut-turut pada tahun 1999, 2000, 2001, dan 2002 adalah sekitar 3.172.163 ha, 3.393.421 ha,
3.584.486 ha, dan 4.116.646 ha. Kelapa sawit ini tersebar di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya Barat Papua, dan Jawa Barat
Ditjenbun, 2002. Area perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara pada tahun 2002 berada
di posisi kedua di Indonesia, yaitu 776.670 ha. Berdasarkan kepemilikan, perkebunan kelapa sawit di Sumatera Utara secara berturut-turut terdiri dari
pemilik kecil, milik pemerintah, area perusahan swasta, yaitu sekitar 186.991,78 ha, 273.278,97 ha, dan 317.398,98 ha Disbun Sumut, 2002.
Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang
cerah sebagai sumber devisa negara. Disamping itu kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia sehingga secara
terus menerus mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Suyatno, 1995.
Ekspor minyak kelapa sawit dari Sumatera pertama sekali dilakukan pada tahun 1919 dengan volume 576 ton dan dilanjutkan pada tahun 1923 dengan
volume 850 ton. Sebagian areal perkebunan kelapa sawit di Sumatera pada mulanya dimiliki oleh masyarakat secara perorangan, namun dalam
perkembangannya, kepemilikan perkebunan ini digantikan oleh perusahaan- perusahaan asing dari Eropa. Pada tahun 1957, pemerintah Republik Indonesia
Jaldi Christanto Sinaga : Analisis Pemasaran Cpo Crude Palm Oil PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV Studi Kasus : Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV dan Kantor Pemasaran Bersama KPB
PT Perkebunan Nusantara I-V Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009
menasionalisasikan mengambil alih seluruh perkebunan milik asing dan selanjutnya menjadi perusahaan perkebunan milik negara. Perkebunan kelapa
sawit di Indonesia terus mengalami perkembangan, meskipun dalam perjalanannya juga mengalami pasang surut Hadi, 2004.
Pemasaran produk minyak sawit pada perkebunan besar negara PBN dilakukan secara bersama melalui Kantor Pemasaran Bersama KPB, sedangkan
untuk perkebunan besar swasta PBS, pemasaran produk kelapa sawit dilakukan oleh masing-masing perusahaan. Pada umumnya perusahaan besar baik negara
maupun swasta menjual produk kelapa sawit dalam bentuk olahan, yaitu minyak sawit mentah CPO dan minyak inti sawit PKO. Penjualan langsung kepada
eksportir ataupun ke pedagangindustri dalam negeri Tim Penulis PS, 2002. Pemasaran mata dagangan kelapa sawit harus mengikuti ketentuan-
ketentuan yang berlaku secara internasional. Oleh karena itu perlu mempelajari dan menerapkan sistem yang ada dan mengikuti sistem internasional, yakni
dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : a.
Pemasaran bagi perkebunan yang masih mengacu budaya perkebunan lama, harus dibina dan diupayakan masuk dalam budaya perkebunan baru.
Sejalan dengan itu kader-kader harus dibina, antara lain dengan mempelajari dan memanfaatkan pengalaman negara yang sudah maju
dalam pemasaran minyak kelapa sawit, baik sebagai produsen maupun sebagai konsumen.
b. Pemasaran kelapa sawit terdiri dari beberapa lapis, yaitu pemasaran TBS,
munyak kelapa sawit dan inti sawit, beserta hasil sampingannya yang juga terus dipasarkan, seperti stearin, olein, cake, dan lain-lain. Pemasaran
Jaldi Christanto Sinaga : Analisis Pemasaran Cpo Crude Palm Oil PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV Studi Kasus : Kantor Pusat PT Perkebunan Nusantara IV PTPN-IV dan Kantor Pemasaran Bersama KPB
PT Perkebunan Nusantara I-V Cabang Medan, 2007. USU Repository © 2009
adalah pemenuhan kebutuhan konsumen oleh perusahaan dengan mendapatkan laba. Laba tidak lain dari selisih yang menguntungkan antara
biaya produksi dengan harga penjualan. c.
Standar mutu minyak sawit dan inti sawit yang diekspor menerapkan kualifikasi mutu, antara lain asam lemak bebas ALB, kadar lembap atau
kadar air, dan kadar kotoran. Ketiga faktor tersebut harus dapat dipertahankan dalam persaingan komoditas kelapa sawit dengan jenis
minyak yang sama, sehingga perlu dilakukan jaminan mutu dan standar mutu yang mampu bersaing di pasar dunia. Karakteristik minyak sawit dan
inti sawit akan dapat memenuhi kebutuhan konsumen jika dilakukan pengawasan mutu sejak dari panen TBS hingga pengiriman produk. Cara
yang telah berkembang pada komoditas lain, ialah penerapan ISO-9000 dalam pascapanen primer komoditas kelapa sawit dengan mutu yang
standar Mangoensoekarjo dan Semangun, 2003.
2.2. Landasan Teori