C. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat dirumuskan permasalah yaitu sebagai berikut :
1. Apakah Brand Characteristic, Company Characteristic, Consumer-Brand
Characteristic secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
Brand Loyality portable computer Acer ? 2. Apakah Brand Characteristic, Company Characteristic, Consumer-Brand
Characteristic secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Brand Loyality portable computer Acer ?
3. Dari ketiga variabel bebas tersebut, variabel bebas manakah yang sangat dominan berpengaruh terhadap Brand Loyality portable computer Acer ?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk menganalisis Brand Characteristic, Company Characteristic, Consumer-Brand Characteristic secara simultan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Brand Loyality portebel computer Acer. b. Untuk menganalisis Brand Characteristic, Company Characteristic,
Consumer-Brand Characteristic secara parsial mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap Brand Loyality portable computer Acer. c. Untuk menganalisis variabel bebas yang sangat dominan berpengaruh
terhadap keputusan pembelian portable computer Acer.
10
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dipaparkan diatas, diharapkan
penelitian ini dapat bermanfaat bagi:
a. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan, pengalaman dan dapat langsung mempraktekan
ilmu yang telah didapatkan di lapangan. b. Bagi Akademik
Dapat digunakan sebagai informasi yang berguna terhadap dunia ilmu pendidikan khususnya pengetahuan di bidang pemasaran, dan
diharapkan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut. c. Bagi Perusahaan
Adanya input informasi bagi perusahaan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan jika memungkinkan dapat dijadikan pedoman
untuk melakukan strategi dalam mempertahankan dan menarik konsumen.
d. Bagi Pembaca Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk menambah wawasan
dan pengatahuan keilmuan di bidang ekonomi khususnya manajemen pemasaran.
11
12 e. Bagi Akademik
Bagi akademik dan pihak lain adalah sebagai literature dan dapat digunakan sebagai informasi dan sumber ilmu pengetahuan serta
diharapkan dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Landasan Teori A.
Brand Merek
Menurut UU merek no. 15 tahun 2001 pasal 1 ayat 1,merek adalah “tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka, susunan warna atau
kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa”. Definisi ini memiliki kesamaan
dengan definisi persi American Marketing Association, merek diartikan sebagai nama, term, penanda, simbol atau desain, ataupun kombinasi diantaranya, dengan
harapan untuk membedakan produk atau jasa antara satu produsen dengan produsen lain dan juga untuk membedakannya dari lingkungan pasar yang tengah
berkompetisi tersebut Keller, 2003. Merek dikatakan sebagai jantungnya pemasaran dan bagian dari strategi
bisnis, merek yang sukses dapat menciptakan, menarik dan memelihara konsumen untuk datang lagi dan melakukan pembelian ulang repeat purchase Doyle,
1998. Brand trust menurut Journal of Product and Management, terbentuk oleh dua faktor yaitu brand reliability dan brand intention. Brand reliability dipahami
sebagai kepuasan pelanggan karena kompetensi merek tersebut, yang selanjutnya meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap merek tersebut.Contohnya, jika
mobil, brand reliability itu bisa dinilai dari aspek kecepatan, daya tahan, dan keiritannya.
13
Brand intention dipahami sebagai kepuasan pelanggan yang mengakibatkan pelanggan semakin yakin kepada suatu merek sehingga pelanggan
akan cenderung memilih merek tersebut dan tidak beralih kepada merek lain. Dari kedua unsur pembentuk brand trust, brand intention lebih besar pengaruhnya
dalam pembentukan loyalitas sebuah merek daripada brand reliability, khususnya terhadap produk-produk yang customer involvement rendah seperti fast moving
consumer goods. Pasalnya pelanggan akan memandang sama untuk prestasi atau kinerja yang muncul dari tiap tersebut. Pandangan ini dapat menjadi acuan bagi
para product manager maupun brand manager untuk lebih menonjolkan intensi pelanggan pada sebuah produk fast moving consumer goods. Misalnya saja
dengan menampilkan nomor telpon suara pelanggan pada kemasan dan menyelenggarakan program advokasi. braincodenews.com.
Sedangkan menuru Hq, 2008, dalam jurnalnya, pengertian merek adalah Keahlian paling unik dari pemasar adalah kemampuannya untuk menciptakan,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan merek. Menurut American Marketing Association, Merek adalah sebuah nama, istilah, tanda, simbol, rancangan, atau
kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengenali produk atau jasa dari seorang atau kelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk
pesaing Kotler, 1998. Merek penting dalam pasar konsumen. Merek merupakan jembatan antara konsumen dan pelanggan. Selain sebagai identitas dan pembeda
suatu produk, merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada konsumennya
Kotler, 2000, Merek dapat memiliki enam level pengertian:
14
1 Atribut. Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Mercedes
menyatakan sesuatu yang mahal, dibuat dengan baik, terancang baik, tahan lama, bergengsi tinggi, nilai jual kembali yang tinggi, cepat dan lain-lain.
Perusahaan dapat menggunakan satu atau lebih atribut-atribut ini untuk mengiklankan produknya.
2 Manfaat. Merek tidak saja serangkaian atribut. Pelanggan tidak membeli
atribut, mereka membeli manfaat. Atribut diperlukan untuk dikembangkan menjadi manfaat fungsional danatau emosional. Atribut tahan lama
dapat dikembangkan menjadi manfaat fungsional. Atribut mahal mungkin dikembangkan menjadi manfaat emosional.
3 Nilai. Merek juga menyatakan nilai produsen. Pemasar merek harus dapat
mengetahui kelompok pembeli mana yang mencari nilai-nilai ini. 4
Budaya. Merek juga mewakili budaya tetentu. Mercedes mewakili budaya Jerman, terorganisasi, efisien dan bermutu tinggi.
5 Kepribadian. Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu, kadang-
kadang merek mencerminkan kepribadian seseorang terkenal. 6
Pemakai. Merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut. Pemakainya berkaitan mengenai
penghargaan pada nilai, budaya, dan kepribadian produk tersebut.
15
Sangat penting bagi perusahaan untuk memelihara performa merek karena dengan begitu merek akan mampu memenuhi harapan konsumen. Hasilnya,
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi konsumen untuk terus menggunakan merek yang sama, yaitu karena merek memiliki image, personality,
dan konsumen dapat merasakan dan mencobanya sendiri Datta, 2003.M. Suyanto dalam jurnalnya berpendapat bahwa Setiap perusahaan hendaknya
mengembangkan sendiri kebijakan-kebijakannya mengenai merek bagi mata produk dalam lini yang sama. Merek merupakan kombinasi dari nama, kata,
simbol atau desain yang memberi identitas produk. Seperti yang telah dibahas di muka, bahwa yang diiklankan bukan produk tetapi merek.
Merek mempunyai peran ekonomi jika merek tersebut diproduksi secara masal sehingga mencapai skala ekonomis dan merek yang sukses dapat
menghambat bagi pesaing yang ingin memeperkenalkan merek yang sama. Merek juga mempunyai peran strategis dengan menjadi pembeda antara merek yang
ditawarkan perusahaan dengan merek para pesaingnya. Dari perspektif konsumen, merek yang terpercaya merupakan jaminan atas konsistensi kinerja suatu produk
dan menyediakan manfaat yang dicari konsumen ketika membeli produk atau merek tertentu. Merek juga merupakan janji kepada konsumen bahwa dengan
hanya menyebut namanya, timbul harapan bahwa merek tersebut akan memberikan kualitas terbaik, kenyamanan, status dan pertimbangan lain ketika
konsumen melakukan pembelian.
16
Jadi berdasarkan definisi di atas yang telah di uraikan, maka secara teknis apabila seorang pemasar membuat nama, logo atau simbol baru untuk sebuah
produk baru, maka ia telah menciptakan merek dan merek yang sukses dapat menciptakan, menarik juga memelihara konsumen untuk datang lagi dan
melakukan pembelian ulang repeat purchase sehingga merek Sangat penting bagi perusahaan untuk bisa mengerti dan memahami sesui harapan dan keinginan
konsumen.
B. Trust in a Brand Kepercayaan Pada Merek
Dalam suatu penjualan produk sangat ditentukan oleh keinginan konsumen untuk membeli produk yang kita tawarkan maka harus memiliki suatu startegi untuk
menarik perhatian dari pelanggan dan memerlukan suatu kepercayaan bagi konsumen mengenai barang yang ditawarkan. Membangun suatu kepercayaan tidak semudah
yang dibayangkan, memerlukan suatu poses yang cukup panjang dan jeli dalam melihat peluang yang bagus. Salah satu membangun kepercayaan merek adalah
memperbaiki kualitas barang yang akan ditawarkan.
Menurut Amir 2005:62, kepercayaan adalah keyakinan kita bahwa di satu produk ada atribut tertentu.
Keyakinan ini muncul, dari persepsi yang berulang, dan adanya pembelajaran dan pengalaman.
Dan orang pemasaran tertarik pada kepercayaan yang dirumuskan seseorang mengenai produk dan jasa tertentu, karena kepercayaan menyusun citra
produk yang mempengaruhi perilaku pembelian. Jika kepercayaan ini salah dan menghalangi pembelian, orang pemasaran akan mengeluarkan iklan untuk
mengoreksi kepercayaan itu Sunarto, 2004:107.
17
Dalam pemasaran industri, para peneliti telah menemukan bahwa kepercayaan terhadap sales dan supplier merupakan sumber dari loyalitas.
Menurut Lau dan Lee 1999 : 44 , terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kepercayaan terhadap merek. Ketiga factor ini berhubungan dengan tiga entitas
yang tercakup dalam hubungan antara merek dan konsumen. Adapun ketiga factor tersebut adalah merek itu sendiri, perusahaan pembuat merek, dan konsumen.
Selanjutnya Lau dan Lee memproposisikan bahwa kepercayaan terhadap merek akan menimbulkan loyalitas merek. Hubungan ketiga faktor tersebut dengan
kepercayaan merek adalah Brand characteristic, Company characteristic dan Consumer-brand characteristic
.
C. Brand Characteristic Karekteristik Merek
Brand characteristic karakteristic merek memainkan peran yang vital
dalam menentukan apakah pelanggan memutuskan untuk percaya pada suatu merek. Berdasarkan pada peenelitian kepercayaan interpersonal, individu-individu
yang dipercaya didasarkan pada reputasion, predictability dan competence dari individu tersebut Lau dan Lee, 1999. Dalam konteks hubungan pelanggan-
merek, Brand characteristic Mempunyai peran yang sangat penting dalam menentukan pengambilan keputusan konsumen untuk mempercayai suatu merek.
Hal ini disebabkan oleh konsumen melakukan penilaian sebelum membeli. karakteristik merek yang berkaitan dengan kepercayaan merek meliputi dapat
diramalkan, mempunyai reputasi, dan kompeten, Penjelasan dari tiga karakteristik merek dapat ditunjukan sebagai berikut:
18
1. Brand Reputation Reputasi Merek Merek sebagai asset intangible memang benar adanya. Merek sebagai
salah satu atribut ekstrinsik produk tidak dengan mudah begitu saja ditiru, apalagi jika bertalian dengan reputasinya. Berbeda dengan atribut ekstrinsik
produk lain seperti kemasan yang dengan mudah ditiru. Mengacu pada pendapat orang lain tentang bagus tidaknya dan dapat dipercaya tidaknya
suatu merek. Brand reputation dapat dikembangkan melalui iklan dan hubungan dengan masyarakat public relation, tetapi kemungkinan juga dapat
dipengaruhi oleh kualitas dan kinerja produk dan reputasi yang baik akan menguatkan kepercayaan konsumen. Reputasi merek mengacu pada pendapat
orang bahwa sebuah merek adalah bagus dan terpercaya Lau Lee, 1999. Feldwick, 1998 dikutip dari Lisa Kuntari, 2006, mencatat bahwa reputasi
merek adalah persepsi orang atau masyarakat secara keseluruhan terhadap karakteristik merek. Ia menambahkan bahwa reputasi berbeda dengan image,
karena reputasi merupakan gabungan dan berbagai macam image yang mewakili suatu merek ataupun perusahaan.
Reputasi merek dapat dibangun melalui iklan dan komunikasi pemasaran public relations, namun itu juga dipengaruhi oleh kualitas produk dan
kinerjanya. Merek membentuk identitas, citra dan integritas dan produk atau perusahaan, melalui proses persepsi dalam pikiran para konsumennya,
kemudian identitas, citra, dan integritas produk sebagaimana yang ditunjukkan merek akan membentuk reputasi dan posisi produk Rashid, Nallamuthu
Sidin, 2002. Reputasi merek yang baik dapat juga menarik konsumen baru.
19
Hal ini sering terjadi ketika calon konsumen tidak memiliki pengetahuan atau pengalaman yang dapat diandalkan sebagai dasar pertimbangan untuk
mengambil keputusan pembelian suatu produk, maka dengan reputasi merek yang baik akan lebih efektif dalam menarik konsumen daripada dengan
reputasi yang biasa-biasa saja Reputasi merupakan gabungan dan berbagai macam image, di mana
reputasi ini dibangun sejak lama yang berdasarkan identitas, kinerja dan bagaimana masyarakat mempersepsikan merek tersebut. Reputasi merek
ditangkap secara langsung maupun tidak langsung berdasarkan pengalaman dan informasi yang diterima. Dikatakan, bahwa usaha yang signifikan untuk
memantapkan reputasi merek adalah dengan meningkatkan image merek yang positif.
2. Brand Predictability Daya Prediksi Merek
Berkaitan erat dengan kemampuan kelompok untuk meramalkan perilaku kelompok yang lain. Merek yang dapat diprediksi adalah merek yang
memungkinkan konsumen untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan dengan percaya diri yang beralasan. Prediktabilitas ini dapat terkait dengan
tingkat kekonsistenan kualitas produk. Brand predictability mengacu pada kemampuan satu pihak untuk meramal perilaku pihak lain Doney Cannon,
1997. Merek yang bisa diprediksi kinerjanya, merupakan salah satu merek yang memiliki daya antisipasi bagi konsumen, bagaimana merek akan
memberikan kualitas dalam tiap penggunaannya.
20
Predictability datang melalui dua proses, pertama adanya interaksi yang
terjadi secara berulang, dimana satu pihak membuat janji dan menyebarkan janji tersebut kepada pihak lain, dan kedua adanya courtship atau masa
pengenahth yang lebih intim dan intensif, yaitu masa dimana satu pihak akan mengenal pihak lain dengan lebih banyak. Dan pendapat Hq, 2008 Brand
predictability berkaitan erat dengan kemampuan kelompok untuk meramalkan perilaku kelompok yang lain. Merek yang dapat diprediksi adalah merek yang
memungkinkan konsumen untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan dengan percaya diri yang beralasan. Prediktabilitas ini dapat terkait dengan
tingkat kekonsistenan kualitas produk. 3. Brand Competence Kompetensi Merek
Merek yang kompeten merupakan salah satu hal yang dapat menawarkan pemecahan permasalahan konsumen sekaligus mempertemukan antara
kebutuhan dengan keadaan kualitas dan kinerja merek. Kompetensi merek berkaitan dengan ability, yang mengacu pada skill dan karakteristik yang dapat
membuat satu atau beberapa pihak terpengaruh dalam hubungan tersebut Butler, 1991, dikutip dari Lisa Kuntari, 2006, Bahwa kompetensi berkaitan
dengan kualitas produk, kinerja produk, dan kemampuan produk dalam memberikan manfaat dan kegunaan sesuai dengan harapan dan kebutuhan
responden, misalnya kebutuhan secara fungsional, pengalaman, finansial, ataupun psikososial. Jika pelanggan mendapati bahwa merek sesuai dengan
harapannya maka pelanggan akan mengalami kepuasan, yang akan membawa pada terbentuknya kepercayaan pada merek.
21
D. Company Characteristic Karakteristik Perusahaan
Karakteristik perusahaan juga dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan pelanggan pada sebuah merek. Pengetahuan konsumen terhadap perusahaan
kemungkinan akan mempengaruhi penilaian terhadap merek perusahaan. Karakteristik perusahaan yang berpengaruh terhadap kepercayaan pelanggan pada
sebuah merek adalah kepercayaan pelanggan terhadap perusahaan, reputasi perusahaan, motif-motif dari perusahaan yang dipersepsikan, dan integritas
perusahaan yang dipersepsikan lau dan lee, 1999 Yang ada di balik suatu merek juga dapat mempengaruhi tingkat
kepercayaan konsumen terhadap merek tersebut. Pengetahuan konsumen tentang perusahaan yang ada di balik merek suatu produk merupakan dasar awal
pemahaman konsumen terhadap merek suatu produk. Karakteristik ini meliputi Kepercayaan pada Perusahaan, reputasi suatu perusahaan, motivasi perusahaan
yang diinginkan, dan integritas suatu perusahaan. 1. Trust Company Kepercayaan pada Perusahaan
Kepercayaan didefinisikan sebagai harapan pihak-pihak yang bertransaksi dan resiko yang diasosiasikan dengan mengasumsikan dan bertindak pada
harapan tersebut Deutsch, 1958 dikutip dari Lau Lee, 1 999, atau lebih mudahnya adalah kaitan antara apa yang diharapkan dan apa yang menjadi
resiko dalam sebuah hubungan, yang berangkat dari asumsi dan kemudian diwujudkan dalam tindakan. Kepercayaan merupakan kesediaan satu pihak
untuk percaya kepada pihak lain, dan tindakan ini mengandung resiko.
22
Mengutip Marpaung 2005, ada dua dimensi umum dan brand domain yang mendasari perasaan tersebut, yaitu: 1 brand reliability yang mengarah
pada asumsi bahwa merek dapat merespon kebutuhan konsumen. Contohnya dengan adanya penawaran produk baru disertai kualitas yang konstan.
Asumsinya, dalam dimensi ini, merek mengisyaratkan adanya janji tentang kinerja di masa yang akan datang yang hams dilaksanakan secara konsisten
jika perusahaan menginginkan mereknya dipercaya konsumen. Sebagai akibatnya, konsumen memiliki keinginanlniat untuk membeli kembali di
kesempatan berikutnya. 2 brand intention, yaitu adanya minat dan keinginan dan konsumen terhadap merek, baik untuk tertarik ataupun membeli.
2. Company Reputation Ketika pelanggan mempersepsikan opini orang lain bahwa perusahaan
dikenal adil dan jujur, maka pelanggan akan merasa lebih aman dalam memperoleh dan menggunakan merek perusahaan. Dalam konteks saluran
pemasaran, ketika perusahaan dinilai memiliki reputasi yang baik, maka pelanggan kemungkinan besar akan percaya pada pengecer dan vendor
Anderson dan Weitz, 1992, dikutip dari jurnal Ruli Arlan Tjahyadi 2006. Seperti halnya dengan perusahaan tradisional, reputasi merupakan indikasi
akan kepercayaan terhadap perusahaan. Dimana reputasi didefinisikan sebagai persepsi pembeli akan kepercayaannya bahwa organisasi penjual perusahaan
pemilik merek, telah jujur dan perduli terhadap pelanggan Doney Cannon, 1997.
23
3. Company perceived motives Remple, Holmer, dan Zanna, 1985, dikutip dari jurnal Ruli Arlan
Tjahyadi, 2006, menemukan bahwa motif-motif dari partner pertukaran yang dipersepsikan akan mempengaruhi kepercayaan terhadap partner
tersebut. Menurut Doney dan Cannon, 1997, dikutip dari jurnal Ruli Arlan Tjahyadi, 2006, intentionality merupakan cara yang mana kepercayaan
dibangun dalam hubungan antara penjual dan pembeli. Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Jones et al., 1975, dalam Lau dan Lee,
1999, benevolence of motives merupakan faktor penting dalam suatu hubungan. Dalam konteks merek, ketika pelanggan mempersepsikan suatu
perusahaan layak dipercaya dan bertindak sesuai dengan kepentingan mereka, maka pelanggan akan mempercayai merek perusahaan.
4. Company integrity Integritas perusahaan merupakan persepsi pelanggan yang melekat pada
sekumpulan dari prinsip-prinsip yang dapat diterima. Perusahaan yang memiliki integritas tinggi tergantung pada konsistensi dari tindakan dimasa
lalu. Komunikasi yang akurat tentang perusahaan dari kelompok lain, keyakinan bahwa perusahaan memiliki sense of justice yang kuat, serta
tindakannya sesuai dengan janji-janjinya. Jika perusahaan dipersepsikan memiliki integritas tersebut, maka kemungkinan merek perusahaan akan
dipercaya oleh pelanggan Lau dan Lee, 1999.
24
E. Consumer- Brand Characteristic Karakteristik Pelanggan-Merek
Merupakan dua kelompok yang saling mempengaruhi. Oleh sebab itu, karakteristik konsumen-merek dapat mempengaruhi kepercayaan terhadap merek.
Karakteristik ini meliputi kemiripan antara konsep emosional konsumen dengan kepribadian merek, kesukaan terhadap merek, dan pengalaman terhadap merek,
atau suatu huungan tidak satu arah, setiap kelompok saling mempengaruhi dalam hubungannya dengan kelompok lain. Sehingga karakteristik pelanggan-merek
dapat mempengaruhi kepercayaan pelanggan terhadap merek. Karakteristik dalam hubungan pelanggan dengan merek mencakup kesamaan similarity antara self-
concept pelanggan dengan citra merek, kesukaan pelanggan terhadap merek,
pengalaman pelanggan, kepuasan pelanggan, serta dukungan dari rekan peer support
. Dan menurut Luarn dan Lin dalam Ferrinadewi 2008:147 kepercayaan
adalah sejumlah keyakinan spesifik terhadap integritas kejujuran pihak yang dipercaya dan kemampuan menepati janji, benevolence perhatian dan motivasi
yang dipercaya untuk bertindak sesuai dengan kepentingan yang mempercayai mereka, competency kemampuan pihak yang dipercaya untuk melaksanakan
kebutuhan yang mempercayai dan predictability konsistensi perilaku pihak yang dipercaya.
1. Similarity Between Consumer Self-Consef dan Brand personality Penelitian dalam hubungan interpersonal menunjukan bahwa similaritas
dari karakteristik dua kelompok dapat memberikan kecenderungan tumbuhnya kepercayaan. Seorang pelanggan akan mengevaluasi dan menilai sebuah
25
merek jika sebuah merek memiliki kesamaan dengan dirinya sendiri. Jika atribut atau personality fisik merek dinilai sama dengan self-image pelanggan,
maka pelanggan kemungkinan untuk mempercayai merek tersebut Lau dan Lee, 1999.
2. Brand Liking Kesukaan pada Merek Proses suka terbentuk diawali ketika merek yang memiliki tingkat
kesukaan yang tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan pencurahan perhatian oleh konsumen, yang selanjutnya akan meningkatkan saliensi
kepopuleran-yang diukur dengan awareness, sehingga menempatkan merek pada meningkatnya peluang untuk dipilih konsumen, dan hasil akhirnya
apabila konsumen menggunakan pengambilan keputusan secara heuristic jada produk-produk low-involvement, akan meningkatkan pembelian. Selain
kesukaan, sikap lain yang ditunjukkan oleh konsumen terhadap merek adalah kepercayaan, yang lahir dan aspek kognisi adalah kepercayaan
believeabilily. Bennet, 1996, dalam Lau dan Lee, 1999, menyarankan untuk memulai
sebuah hubungan, maka satu pihak harus disukai oleh pihak lain. Begitupun ketika konsumen akan membangun hubungan dengan merek, maka konsumen
harus menyukai merek tersebut lebih dulu. Ketika konsumen menyukai merek, konsumen cenderung akan mencari tahu lebih jauh tentang merek, dan
berusaha untuk mencobanya.
26
3. Brand Experience Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, konsumen belajar dari
pengalaman masa lalunya, dan perilaku di masa akan datang dapat diprediksi berdasarkan pada perilaku masa lalunya. Ketika konsumen memperoleh
pengalaman lebih dengan sebuah merek, maka mereka akan memahami merek dengan lebih baik dan menumbuhkan kepercayaan lebih terhadap merek
tersebut. 4. Brand Satisfaction
Kepuasan sebuah merek dapat didefinisikan sebagai hasil dari evaluasi subjektif bahwa merek alternatif yang dipilih memenuhi atau melampaui
ekspektasi konsumen Bloemer dan Kasper, 1995, dalam Lau dan Lee, 1999, Butler 1991, dalam Lau dan Lee 1999 mengidentifikasi bahwa pemenuhan
janji promise merupakan antecedent bagi kepercayaan dalam hubungan pemasaran industri. Ketika pelanggan puas dengan suatu merek setelah
menggunakan merek tersebut, maka pada situasi yang sama kepuasan pada suatu merek juga akan terpenuhi. Ketika suatu merek telah mempertahankan
janjinya, maka pelanggan kemungkinan besar akan mempercayai merek tersebut.
5. Peer Suppot Braden et al, 1999, dalam Lau dan Lee 1999 mengusulkan bahwa
faktor yang penting dalam menentukan perilaku individu adalah pengaruh individu lainnya, dan menyatakan bahwa pengaruh sosial merupakan faktor
yang penting dalam menentukan perilaku konsumen. Karena itu, pelanggan
27
kemungkinan akan percaya terhadap merek yang mana orang atau pihak lain yang berarti bagi mereka memperlihatkan kepercayaannya pada suatu merek.
F. Loyalitas Merek Brand Loyalty
Bendasan pada hasil penelitian dan tinjauan beberapa litenatur, ada dua aliran utama yang mendominasi konsep loyalitas merek, yaitu aliran perilaku
behavioral dan aliran sikap. Dengan kalimat yang berbeda, loyalitas merek dapat dilihat dari merek tertentu yang dibeli konsumen dan perasaan atau sikap
konsumen terhadap merek tersebut. Hal ini ditegaskan oleh Aaker 1991, bahwa kesetiaan konsumen pada intinya memiliki beberapa tingkatan komitmen
konsumen terhadap merek. Komitmen yang dimaksud meliputi kepercayaan trust, pembelian secara terus menerus continual purchase, keengganan untuk
berpindah merek brand switching, dan rasa senang atau bahagia affect pada saat mengkonsumsi merek tersebut.
Tjiptono 2005, pengukuran loyalitas melalui perspektif ini hanya mengandalkan pada pemyataan konsumen, bukan perilaku yang diamati. Bisa saja
terjadi konsumen mengatakan menyukai merek tertentu, namun tidak pernah membelinya atau sangat jarang. Kaitannya dengan konsep lyalitas merek ditinjau
dari perspektif sikap dapat dilihat dari pendapat Reynolds et al. 1974 dikutip dan Lau Lee, 1999 yang merumuskan loyalitas merek sebagai kecenderungan
seseorang untuk selalu menunjukkan sikap yang sama dalam situasi yang sama terhadap merek-merek yang sebelumnya dibeli.
28
Loyalitas merek dikatakan sebagai hati dari nilai merek secara keseluruhan. Pengertian ini mengacu pada kajian loyalitas merek dan sudut
baik perilaku sekaligus sikap ataupun kombinasi diantaranya. Berdasarkan atas kelemahan-kelemahan kedua pendekatan tersebut di atas, maka beberapa
penelitian berusaha untuk menganalisis perilaku loyal terhadap merek dengan menggabungkan kelebihan-kelebihan kedua pendekatan itu, yaitu dengan
mengintegrasikan perspektif perilaku dan sikap, ataupun kombinasinya. Sehingga Oliver 1999 mendefinisikan loyalitas merek sebagai suatu
komitmen yang mendalam untuk membeli kembali atau berlangganan pada suatu produk atau jasa yang disukai secara konsisten dimasa mendatang, yang
menyebabkan pembelian merek atau kumpulan merek yang sama secara berulang, tanpa memperhatikan pengaruh situasional serta upaya-upaya
pemasaran yang berpotensi untuk menyebabkan perilaku berpindah. Wilkie 1994 menyatakan bahwa loyalitas merek adalah sikap yang
favorable dan pembelian secara konsisten terhadap merek tertentu. Sheth dan
Mittal 2004 mengatakan bahwa loyalitas pelanggan merupakan komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko, atau pemasok, berdasarkan sikap yang
sangat positif dan tercermin dari pembelian ulang yang dilakukan secara konsisten. Sedangkan Dick dan Basu 1994 yang mengintegrasikan
komponen sikap dan perilaku pembelian ulang, maka didapat empat situasi kemungkinan loyalitas seperti yang tergambar di bawah ini:
29
▪ No Loyalty: terjadi ketika sikap dan perilaku pembelian ulang sama-sama lemah, maka loyalitas tidak terbentuk. Penyebabnya, sikap yang lemah terjadi
misalnya karena merek produk baru diluncurkan atau ketika pemasar tidak mampu mengkomunikasikan keunggulan produknya. Bisa juga disebabkan
ketika merek-merek yang saling bersaing dipersepsikan serupa atau sama. ▪ Spurious Loyalty: terjadi ketika sikap yang lemah dibarengi dengan pembelian
ulang kuat, sehingga terbentuklah spurious loyalty. Yang kentara dari jenis loyalitas ini adalah adanya faktor diluar sikap misalnya faktor situasional yang
mempengaruhi perilaku membeli kembali. Situasi ini biasa disebut inertia yaitu kondisi dimana merek dalam berbagai kategori produk sudah sulit untuk
dibedakan. Biasanya tingkat keterlibatan konsumen dalam proses pembelian rendah, sehingga pembelian ulang biasanya dilakukan atas dasar pertimbangan
situasional seperti diskon, lokasi outlet yang strategis dan sebagainya. ▪ Latent Loyalty: terjadi dari sikap yang kuat namun disertai pembelian ulang
yang lemah. Di sini faktor diluar sikap cenderung lebih kuat mempengaruhi keputusan pembelian ulang dibanding dengan faktor sikap itu sendiri. Misalnya
30
ketika seorang bersikap positif pada merek kosmetik tertentu, namun ketika mempertimbangkan variasi warna lipstick atau warna blush-on, maka cenderung
akan mencari yang lebih menyediakan banyak warna yang dibutuhkan. ▪ Loyalty: terbangun dari adanya sikap positif kuat terhadap merek disertai
dengan pola pembelian ulang secara konsisten dari waktu ke waktu. Dick dan Basu 1994 mengkombinasikan ukuran sikap dan behavioral
secara umum untuk menggambarkan situasi loyal, dan Menurut Assael 1998, ada empat hal yang menunjukan kecenderungan loyalitas pelanggan, yaitu
pelanggan yang loyal terhadap merek cenderung lebih percqyq diri terhadap pilihannya, pelanggan yang loyal lebih memungkinkan merasakan tingkat resiko
yang lebih tinggi dalam pembeliannya, pelanggan yang loyal terhadap merek juga lebih mungkin loyal terhadap toko store loyality, dan kelompok pelanggan yang
minoritas cenderung untuk lebih loyal terhadap merek. Lau dan Lee 1999 menggambarkan situasi loyal tersebut dengan menguji
variabel perilaku dan sikap secara lebih rinci melalui tiga karakteristik yang mencakup pengukuran sikap sekaligus perilaku. Lau dan Lee 1999 berpendapat
bahwa aspek penting bagi terbentuknya situasi loyal adalah kepercayaan. Dikatakan bahwa sikap dan perilaku yang membentuk loyalitas merek terangkum
dalam faktor-faktor pembentuk kepercayaan. Faktor-faktor yang dianggap berpengaruh pada pembentukan kepercayaan antara lain karakteristik merek,
karakteristik perusahaan, dan karakteristik relasi antara konsumen-merek. Ketiga karakteristik tersebut mencakup aspek sikap dan perilaku yang dijabarkan secara
lebih rinci dalam karakteristik karekteristik sebagai berikut:
31
Terintegrasinya dua aspek sikap dan perilaku dalam beberapa penelitian terlihat lebih mampu menggambarkan situasi loyalitas merek yang sesungguhnya,
dibanding jika hanya melihat dari satu sudut sikap atau satu sudut perilaku semata. Dan karakteristik-karakteristik yang ditawarkan Lau dan Lee tersebut, penelitian
ini akan mengadopsi faktor-faktor dan karakteristik yang menurut hasil penelitian Lau dan Lee 1999, memiliki pengaruh paling kuat dalam membentuk
kepercayaan pada merek. Kelima faktor tersebut meliputi reputasi merek, daya prediksi merek, kompetensi merek, kepercayaan pada perusahaan, dan kesukaan
pada merek. Dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut akan ditetapkan sebagai
antecendent variable, dan akan diterapkan pada kondisi di Indonesia yang berbeda dan penelitian Lau dan Lee 1999.yang dilakukan pada konsumen shopping malls
32
di Singapura. Dalam penelitian ini, faktor-faktor tersebut akan digunakan untuk mengetahui pengaruh Brand Characteristik, Company Characteristik dan
Consumer-Brand Characteristik terhadap Brand Loyality pada pengguna portable
computer Acer yang diteliti pada mahasiswa universitas UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Gede riana, 2008 dalam penelitianya yang berjudul “pengaruh Trust in Brand terhadap Brand Loyality”
dalam penelitianya menjelaskan sejauh mana pengaruh variable independen terhadap variable dependen baik secara parsial maupun simultan. Dan variable
independen yang paling dominan adalah Brand Characteristic dengan nilai signifikansi di bawah 0.05 5.
Yang membedakan antara referensi di atas dengan penelitian ini adalah objek penelitian yang berbeda dan wilayah penyebaran yang berbeda.
H. Kerangka Pemikiran
Kepuasan merek merupakan suatu analisis yang sangat penting dalam pemecahan akan penjualan produk, perlu adanya strategi yang tepat dalam
melakukan acuan dalam strategi pemasaran. Perlu adanya ketelitian dalam pembuatan akan merek agar tercipta kepuasan akan merek tersebut. Dengan
pertimbangan dan dasar pemikiran maka akan terbentuk suatu tujuan dalam suatu
33
penelitian, Adapun kerangka pemikiran yang digunakan penulis dalam merumuskan masalah ini adalah sebagai berikut :
Brand Caracteristic Company Caracteristic
Brand Loyality Y Consumer- Brand Caracteristic
Uji Reliabilitas Validitas
Uji Asumsi Klasik
Uji Adjusted R
2
Uji T Uji F
Uji Regresi Linier Berganda
Interpretasi Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran I.
Hipotesis Penelitian
1. H
o
: Bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable Brand Characteristic
, Company Characteristc, Consumer-Brand Characteristic secara simultan terhadap Brand Loyality pada pengguna Acer.
H
a
: Bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel Brand Characteristic
, Company Characteristic, Consumer-Brand Characteristic
secara simultan terhadap Brand Loyality pada pengguna Acer.
34
35 2. H
o
: Bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable Brand Characteristic
secara parsial terhadap Brand Loyality pada pengguna portable computer
Acer. H
a
: Bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel Brand Characteristic
secara parsial terhadap Brand Loyality pada pengguna portable computer
Acer. 3. H
o
: Bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable Company Characterisc
secara parsial terhadap Brand Loyality pada pengguna Acer.
H
a
: Bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel Company Characteristic
secara parsial terhadap Brand Loyality pada pengguna Acer.
4. H
o
: Bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara variable Consumer- Brand Characteristic
secara parsial terhadap Brand Loyality pada pengguna Acer.
H
a
: Bahwa ada pengaruh yang signifikan antara variabel Consumer-Brand Characteristic
secara parsial terhadap Brand Loyality pada pengguna Acer.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian
Untuk mengetahui ruang lingkup penelitian maka kita melihat batasan lokasi dan waktu agar tidak keluar dari wilayah yang ditelitinya, dengan ini
penelitian dilakukan pada mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan waktu penelitian dimulai pada bulan januari 2010. Pemilihan lokasi penelitian
sampling dilakukan secara sengaja dengan responden yang merupakan konsumen pengguna portable computer Acer yang sesuai dan layak dijadikan
objek penelitian. Dan penulis membatasi ruang lingkup hanya pada pengaruh Brand Characteristik, Company Characteristik dan Consumer-Brand
Characteristik terhadap Brand Loyality penelitian ini dilakukan terhadap 50 orang konsumen yang menggunakan portable computer Acer.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang diterapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik suatu kesimpulan sugiyono, 2005. Populasi dalam penelitian ini adalah para mahasiswa dan mahasiswi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. sebagai objek penelitian. Metode penentuan sampel yang akan dipilih dalam penelitian ini adalah
teknik non probability sampling dengan metode purposive sampling yaitu teknik
36
pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam hal ini objek penelitian adalah konsumen yang menggunakan portable computer Acer,
sedangkan jumlah sampel yang dipilih sebanyak 50 orang responden.
C. Metode Pengumpulan Data
Bebrapa metode untuk mendapatkan data yang akurat menggunakan beberapa cara yang diambil dari lokasi penelitian sesuai dengan pendapat
Suharsimi Arikunto 2000:134 “Teknik pengoalahan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data.”
Beberapa metode yang penulis lakukan dalam memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Data Primer
Dalam memperoleh data primer ini penulis melakukan penelitian secara langsung dilapangan dengan teknik pengumpulan data sebagai
berikut: a.
Kuisioner atau Angket Yaitu tekhnik pengumpulan data dengan cara memperoleh data
melalui responden dengan menyebar beberapa pertanyaan tertulis kepada pengguna portable computer Acer.
37
b. Wawancara
Yaitu penulis mendapatkan informasi dengan wawancara dan tanya jawab langsung dengan para pengguna portable computer Acer untuk
mendapatkan data yang diperlukan.
2. Data Sekunder
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif yaitu penelitian yang menjelaskan secara
sistematis yang akurat mengenai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki Sugiono, 1994:112.
Data sekunder diperoleh dengan melakukan penelitian kepustakaan library research, yaitu data diperoleh dengan cara membaca buku,
literatur, catatan, surat kabar, majalah, internet, jurnal dan bacaan lainnya yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti. Peneliti juga
menggunakan media atau pun mendatangi lembaga tertentu untuk memperoleh data yang diperlukan.
D. Metode Analisis Data
1. Uji Validitas dan Reliabilitas a.
Uji Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument dianggap valid apabila
mampu mengukur apa yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu
38
memperoleh data yang tepat dari variabel yang diteliti. Dalam penyusunan koesioner, pertanyaan yang ingin diajukan perlu dipastikan terlebih
dahulu. Untuk menentukannya, sebelumnya harus sudah jelas variabel apa yang diukur.
Variabel masih bisa dipecah menjadi sub variabel atau indikator apabila penyusunannya dilakukan sesuai prosedur sebenarnya, dan
koesioner telah memenuhi validitas logis. Oleh karena itu, validitas logis sangat dipengaruhi oleh kemampuan peneliti dalam memahami masalah
penelitian serta menyusun koesioner. Untuk menguji tingkat validitas instrument peneliti dapat melakukan try out dengan memakai responden
terbatas terlebih dahulu. Uji Validitas dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung
dengan r tabel, Dengan membandingkan nilai r hitung dari hasil output Corrected Item- Total Correlation dengan r tabel, jika r hitung lebih
besar dari r tabel maka butir pertanyaan tersebut adalah valid, tetapi jika r hitung lebih kecil dari pada r tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak
valid.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat keandalan koesioner. Koesioner yang reliable adalah koesioner yang apabila dicobakan secara berulang-ulang
kepada kelompok yang sama akan menghasilkan data yang sama asumsinya, tidak terdapat perubahan psikologis pada responden. Apabila
39
data yang diperoleh sesuai dengan kenyataan, berapa kali pun pengambilan data dilakukan, hasilnya tetap sama.
Rumus varians :
n n
x x
∑ ∑
=
2 2
σ
Keterangan : n = jumlah sampel
x = nilai skor yang dipilih Reliabilitas suatu instrument dapat diterima jika memilki
koefisien alpha cronbach minimal 0.60 yang berarti bahwa instrument tersebut dapat digunakan sebagai pengumpul data yang handal, yaitu
hasil pengukuran relatif konsisten jika dilakukan pengukuran ulang.
2. Uji Normalitas Data