Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian Hasil belajar

2. Tujuan Khusus a. Mengetahui gambaran gaya belajar mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki gaya belajar unimodal, yaitu visual, auditori, read dan kinestetik. b. Mengetahui gambaran gaya belajar mahasiswa PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memiliki gaya belajar multimodal, yaitu bimodal, trimodal dan quadmodal.

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan Kesehatan Hasil penelitian dapat memberikan masukan dalam perbaikan mutu metode pengajaran di institusi pendidikan di bidang kesehatan sehingga melahirkan tenaga kesehatan yang terdidik dan terampil. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau gambaran untuk pengembangan penelitian selanjutnya. 3. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan PSIK UIN Jakarta Manfaat bagi PSIK UIN Jakarta sebagai acuan untuk pelaksanaan praktik pendidikan keperawatan.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian tentang gaya belajar mahasiswa. Adapun tempat Penelitian dilaksanakan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa PSIK angkatan 2009-2013, sedangkan sampel diambil dengan tekhnik total sampling. Penelitian dilakukan segera setelah proposal penelitian ini mendapat persetujuan dari dosen pembimbing skripsi. Penulis memilih melakukan penelitian di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta karena UIN Syarif Hidayatullah Jakarta adalah tempat dimana penulis menutut ilmu, dan diharapkan hasil dari penelitian ini akan dapat menjadi masukan bagi para dosen dan staff yang bekerja di institusi tersebut diatas. Data dari penelitian ini diperoleh dari kuisioner Visual, Auditori, Read membaca dan Kinestetik VARK test edisi 7.0 yang diadaptasi dari teori Fleming 2002, dan diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Merupakan kuisioner baku yang sudah digunakan secara internasional, terdiri dari 16 pertanyaan yang bersifat tertutup, masing- masing kuisioner memiliki 4 pilihan jawaban, dan peserta boleh memilih lebih dari 1 pilihan jawaban yang tersedia. Masing – masing pilihan jawaban tersebut mewakili 1 dari 4 pilihan gaya belajar VARK. BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Definisi Belajar

Berikut ini beberapa pendapat para ahli mengenai belajar: a. Slamento dalam Andriansyah 2010 berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. b. Hilgard dan Bower dalam Andriansyah 2010 mengemukakan bahwa belajar berhubungan dengan tingkah laku seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan sesaat seseorang misalnya kelelahan, pengaruh obat, dan sebagainya. c. Gagne dalam Andriansyah 2010 mengemukakan bahwa belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehingga perbuatannya performa-nya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu ke waktu sesudah ia mengalami situasi tadi. Dari ketiga pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah perubahan perilaku dalam diri seseorang yang terjadi dalam jangka waktu tertentu disebabkan oleh pengalaman-pengalaman yang ia dapatkan. Ada 4 fase belajar, diantarnya: pengalaman yang kongkrit, cerminan dari masing-masing individu, menghubungkan dengan pengetahuan selanjutnya dan terakhir mencoba mempraktekkannya di dunia nyata. Berdasar pada tahap belajar tersebut, Masing- masing orang memiliki gaya belajar spesifik yang berlainan satu dengan yang lainnya French et al, 2007.

2. Proses Belajar Mengajar

Mengajar adalah penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar JJ. Hasibuan dan Moedjiono, 2002: 3. Menurut Suryosubroto 2002: 19, mengajar pada hakekatnya adalah melakukan kegiatan belajar, sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Suryosubroto 2005 melanjutkan proses belajar mengajar yaitu meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran. Menurut Martinis Yamin 2007: 59, proses belajar mengajar merupakan proses yang sistematik, artinya proses yang dilakukan oleh guru dan siswa di tempat belajar dengan melibatkan sub-sub, bagian, komponen-komponen atau unsur-unsur yang saling berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Hamzah 2009:54 sesuai dengan 4 Pilar UNESCO bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan : a. Learning to know, yaitu peserta didik akan dapat memahami dan menghayati bagaimana suatu pengetahuan dapat diperoleh dari fenomena yang terdapat dalam lingkungannya. b. Learning to do, yaitu menerapkan suatu upaya agar peserta didik menghayati proses belajar dengan melakukan sesuatu yang bermakna. c. Learning to be, yaitu proses pembelajaran yang memungkinkan lahirnya manusia terdidik yang mandiri. d. Learning to life together, yaitu pendekatan melalui penerapan paradigma ilmu pengetahuan, seperti pendekatan menemukan dan pendekatan menyelidik akan memungkinkan peserta didik menemukan kebahagiaan dalam belajar. Pengajaran adalah suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang berinterelasi dan berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan itu sendiri untuk mencapai tujuan pengajaran yang ditetapkan sebelumnya Oemar Hamalik, 2003: 77. Adapun komponen – komponen pembelajaran tersebut meliputi: Tujuan pendidikan dan pengajaran Tujuan pengajaran menurut Oemar Hamalik 2005, 108 adalah sejumlah hasil pengajaran yang dinyatakan dalam artian siswa belajar, yang secara umum mencakup pengetahuan baru, keterampilan dan kecakapan, serta sikap-sikap yang baru yang diharapkan oleh guru dicapai oleh siswa sebagai hasil pengajaran. Oemar Hamalik melanjutkan bahwa tujuan pengajaran adalah suatu deskripsi mengenai tingkah laku yang diharapkan tercapai oleh siswa setelah berlangsung pengajaran. Menurut Martinis Yamin 2007: 147, tujuan pembelajaran merupakan sasaran yang hendak dicapai pada akhir pengajaran, serta kemampuan yang harus dimiliki siswa. Tujuan pembelajaran menurut Hamzah, Nina Lamatenggo, dan Satria Koni 2010: 64 adalah arah yang ingin dicapai dalam suatu kegiatan belajar dan juga mengefisienkan cara yang dilakukan untuk memperoleh hasil pembelajaran yang maksimal. Tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada salah satu kawasan dari taksonomi yang dikenal dengan Taksonomi Bloom. Taksonomi Bloom terdiri dari tiga wilayah yakni wilayah kognitif, afektif, dan psikomotorik Hamzah, Nina Lamatenggo, dan Satria Koni, 2010: 66.

B. Gaya Belajar

1. Definisi gaya belajar

Menurut James dalam Manee et al 2013 Gaya belajar mengacu pada cara belajar yang paling efisien dan efektif dari seseorang baik dalam segi penerimaan, proses, menyimpan memori dan mengingatnya kembali. Gaya belajar adalah suatu ke-konsistenan dalam hal merespon metode pengajaran atau berinteraksi dengan stimulus di dalam konteks pembelajaran Loo, 2004. Cavanagh dalam Manee et al mengungkapkan bahwa tidak ada strategi tunggal pembelajaran yang menghasilkan kualitas pembelajaran yang tinggi untuk setiap orang, keterpaduan diantaranya mengefektifkan penerimaan hasil belajar. Gaya belajar atau learning style adalah suatu cara khusus dan biasa dilakukan seseorang dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap melalui belajar atau pengalaman Sadler-Smith, 2006. Gaya belajar adalah cara seseorang mulai berkonsentrasi, menyerap, memproses, dan menampung informasi yang baru dan sulit Dunn Dunn, 2007. Sementara Keefe dalam Baykan Nacar 2007 mendefinisikan gaya belajar sebagai, „composite of characteristic cognitive, affective and physiological character that serve as relatively stable indicators of how a learner perceives, interacts with, and responds to the learning environment’ atau komposisi dari karakteristik kognitif, affektif, karakter psikologi yang menyajikan indikator yang relatif stabil dari bagaimana penerimaan hasil belajar seseorang, berinteraksi dan berespon terhadap lingkungan belajar. Sementara DePorter dalam Muhtadi 2010 mengungkapkan bahwa Gaya belajar merupakan cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus atau informasi, cara mengingat, berpikir dan memecahkan soal. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa gaya belajar merupakan cara yang konsisten yang lebih disukai seseorang dalam melakukan kegiatan berpikir, menyerap informasi, memproses atau mengolah dan memahami suatu informasi serta mengingatnya dalam memori. Dengan demikian efektif tidaknya suatu proses pembelajaran akan sangat terkait antara metode dan media pembelajaran yang digunakan guru dengan kecenderungan gaya belajar siswanya. Teori gaya belajar sering dikaitkan dengan grup professional Sims and Sims, 2006. Teori yang paling sering diaplikasikan dalam gaya belajar profesi kesehatan adalah siklus belajar eksperiental Kolb yang berdasar pada siklus Lewin. Kolb mengusulkan bahwa masing-masing individu memiliki pilihan gaya belajar spesifik pada 4 fase belajar Lewin dan dipengaruhi oleh sifat individu masing-masing Titiloye and Scott, 2004.

2. Penelitian Terkait Gaya Belajar

Gaya belajar telah diuji secara luas di area pengajaran dan pembelajaran. Adapun beberapa contoh penelitian terkait gaya belajar: Manee et al 2013 melakukan studi tentang Gaya belajar pada mahasiswa kesehatan menggunakan Kolb‟s Learning Style Inventory menyatakan bahwa kecenderungan gaya belajar mahasiswa kesehatan di Arab adalah Asimilator yang merupakan kombinasi dari Concrete Experience CE dan Abstract Conzeptualization AC; Mohr 2010 meneliti tentang Gaya belajar pada mahasiswa dengan perbedaan budaya menggunakan Kolb’s Learning Style Inventory, menyimpulkan bahwa ada hubungan antara budaya seseorang dengan gaya belajar mereka. AlGhasham 2012 meneliti tentang pengaruh gaya belajar terhadap performa seseorang dalam problem based learning PBL menggunakan Felder’s Learning Style Inventory, menyimpulkan bahwa pelajar aktif lebih sering mengemukakan pendapat dan berpartisipasi aktif dalam PBL sementara pelajar reflektif lebih berhati-hati dan aktif mendengarkan pendapat dari peserta PBL lain; Sugahara 2010 melakukan studi penelitian perbandingan antara gaya belajar di Jepang dan Australia menggunakan Kolb’s Learning Style Inventory menyimpulkan bahwa gaya belajar mahasiswa di Australia memiliki kecenderungan Assimilator sedangkan gaya belajar mahasiswa di Jepang memiliki kecenderungan gaya belajar Divergen.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gaya Belajar

Menurut Rita Dunn dalam Muhtadi 2010 ada banyak variable yang mempengaruhi cara belajar seseorang diantaranya mencakup faktor-faktor fisik, emosional, sosiologis, dan lingkungan. Sesuai dengan pendapat tersebut, Adi W. Gunawan 2004 menyatakan bahwa pada dasarnya gaya belajar setiap orang merupakan kombinasi dari semua lima gaya belajar berikut ini: 1 Lingkungan : suara, cahaya, temperatur, dan kebiasaan belajar; 2 Emosi : motivasi, keuletan, tanggung jawab, dan struktur; 3 Sosiologi : sendiri, berpasangan, kelompok, tim, dan dewasa; 4 Fisik : cara pandang, pemasukan, waktu, dan mobilitas; 5 Psikologis : globalanalitik, otak kiri-kanan, dan implusifreflektif. Menurut Erika 2006 gaya belajar seseorang dipengaruhi oleh gender, wanita lebih cenderung memiliki gaya belajar unimodal, sedangkan laki-laki cenderung memiliki gaya belajar multimodal. Nurhayati 2010 menyatakan bahwa perempuan mempunyai kemampuan verbal lebih baik daripada laki- laki baik lisan maupun tertulis. Menurut Dicarlo 2007 wanita cenderung memilih gaya belajar unimodal, dan yang paling dominan diantara gaya belajar yang dipilih tersebut adalah gaya belajar kinestetik. Physlol 2011 meneliti tentang “Gender Differences in Learning Style Preferences of First Year Medical Students” menemukan bahwa gaya belajar unimodal yang paling besar di kalangan responden wanita adalah kinestetik yaitu 40 sedangkan gaya belajar visual paling kecil yaitu 0 atau tidak ada peminat. Prajapati dkk 2011 menyatakan bahwa mahasiswa perempuan mempunyai gaya belajar terbanyak adalah auditori.

4. Instrumen Pengkajian pada Gaya Belajar

Ada beberapa instrument untuk mengkaji gaya belajar. : 1 Learning Style Inventory LSI LSI digunakan untuk pelajar pada tingkat 3 sampai 12. Merupakan instrumen yang paling sering digunakan di dalam institusi pembelajaran kesehatan Fahad et al, 2013. Terdiri dari 23 unsur terkait pilihan lingkungan, emosional, fisik dan sosiologi seperti dijabarkan pada tabel dibawah. Didasarkan pada 104 item pertanyaan kuisioner yang dikembangkan melalui konten dan analisis factor. LSI menggunakan 5 poin skala Likert. Berisi beberapa kunci konsistensi untuk menyatakan keakuratan masing-masing responden yang telah menjawab pertanyaan tersebut. Instrument ini memiliki reliabilitas yang sangat impresif dan validitas yang terprediksi. Data normatif pada LSI diperoleh dengan melakukan uji pada 1.700 pelajar pada tingkat 3 sampai 12 mencakup beberapa daerah dan setting Kirby, 2009. 2 Productivity Environmental Preverence Survey PEPS Menurut Dunn, Dunn Price dalam Manee et al 2013 PEPS adalah LSI versi dewasa. Format dan konstruknya mirip dengan LSI. Data PEPS berasal dari hasil uji 800 orang dewasa yang mencakup beberapa range pekerjaan. Untuk memudahkan interpretasi, rata-rata kelompok dan standar deviasi dirubah ke T score. 3 Visual, Auditori, Read write and Kinestetik VARK Penjelasan tentang kuisioner VARK akan dijelaskan di sub bab selanjutnya.

5. Jenis gaya belajar

Berikut beberapa teori tentang jenis gaya belajar: 1 Teori Reid dalam Muhtadi 2010 a. Pelajar visual: mereka memilih melihat dalam menulis. b. Pelajar auditori: mereka memilih mendengarkan. c. Pelajar kinestetik: mereka memilih partisipasi yang aktif dan pengalaman. d. Pelajar taktil: mereka memilih bekerja dengan tangan mereka sendiri. e. Pelajar kelompok: mereka memilih belajar atau bekerja bersama yang lainnya. f. Pelajar individual: mereka memilih belajar atau bekerja sendiri. 2 Teori Felder Soloman dalam Donald 2004 a. Sensing versus Intuitive. Membandingkan antara seseorang yang memilih suatu metode pembelajaran yang bersifat kongkrit, praktek nyata dan prosedur, dengan yang memilih belajar dari konsep dan teoritis. b. Visual versus Verbal: Membandingkan individu yang menggunakan metode belajar dengan gambar, diagram, atau chart, dengan individu yang memilih menulis dan penjelasan lisan. c. Active versus Reflektive: Membandingkan seseorang yang mengggunakan gaya belajar dengan mencoba sesuatu secara langsung dan bekerja secara kelompok dengan seseorang yang memilih untuk berfikir dan bekerja sendiri. d. Sequential versus Global Membandingkan antara individu yang memilih gaya belajar secara linear atau bertahap dengan individu yang lebih nyaman belajar semua materi atau keseluruhan secara langsung. 3 Teori DePorter Hernacki dalam Muhtadi 2010 Banyak ciri-ciri yang dapat digunakan untuk mengenali gaya belajar seseorang ditinjau dari modalitas belajar atau preferensi sensori ini. Salah satu pedoman yang dapat digunakan untuk mengenali gaya belajar seseorang dari tinjauan preferensi sensori yaitu ciri-ciri perilaku belajar yang dikemukakan oleh DePorter Hernacki dalam Muhtadi 2010. Menurut DePorter Hernacki, beberapa karakteristik juga berdasarkan gaya belajar: a. Gaya Visual. a Rapi dan teratur dalam segala hal; b Biasa berbicara dengan cepat; c Memiliki kemampuan sebagai perencana yang baik; d Teliti dan detail dalam mengerjakan sesuat; e Mementingkan penampilan, pakaian danpresentasi; f Pengeja yang baik; g Dapat melihat kata-kata dalam pikiran mereka; h Lebih banyak mengingat dari apa yang dilihat; i Biasa mengingat dengan menggunakan cara asosiasi visual; j Saat belajar biasanya tidak terganggu oleh adanya keributan; k Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal; l Mudah mengingat sesuatu yang ditulis; m Meminta orang lain untuk mengulangi intruksi verbal; n Pembaca yang cepat dan tekun; o Lebih suka membaca sendiri dari pada dibacakan; p Waspada sebelum secara mental merasa pasti; q Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon; r Mudah lupa jika disuruh menyampaikan pesan verbal; s Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat; t Lebih suka melakukan demonstrasi daripada berpidato; u Lebih suka seni daripada music; v Sering kali mengetahui apa yang harus dikatakan, w Tidak pandai memilih kata-kata. b. Gaya Auditorial a Sering membunyikan atau mengucapkan tulisan di buku dengan keras saat Membaca; b Mudah terganggu oleh keributan saat belajar; c Berbicara dengan diri sendiri saat bekerja; d Senang membaca dengan keras dan mendengarkan; e Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, birama, dan warna suara; f Merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam bercerita; g Berbicara dengan irama yang terpola; h Biasanya pembicara yang fasih; i Lebih suka musik daripada seni; j Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada yang dilihat; k Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu secara panjang lebar; l Mempunyai masalah dalam hal pekerjaan yang melibatkan visualisasi; m Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya; n Lebih suka gurauan lisan daripada membaca komik. c. Gaya Kinestetik a Berbicara dengan perlahan; b Menanggapi perhatian fisik; c Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka; d Berdiri dengan dekat saat berbicara dengan orang; e Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak; f Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar; g Belajar melalui memanipulasi dan praktik; h Menghapal dengan cara berjalan dan melihat; i Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca; j Banyak menggunakan isyarat tubuh; k Tidak dapat diam untuk waktu lama; l Sulit mengingat geografi; m Biasa menggunakan kata-kata yang mengandung aksi. 4 Teori Jester dalam Donald 2004 Konsep Jester memuat 4 pilihan gaya belajar yang saling terkait: a. Visual verbal: seseorang yang meyukai gambar, diagram dan chart tetapi lebih efektif apabila mereka belajar dengan menulis semua penjelasan yang mereka pelajari. b. Visual nonverbal: adalah seseorang seseorang yang hanya efektif belajar dengan gambar dan diagram serta tidak memilih atau meyukai pembelajaran verbal. c. The Tactile kinesthetic: adalah seseorang yang apabila mereka menyukai metode pembelajaran bekerja dengan tangan, mereka menyukai pembelajaran yang aktif. d. Auditory Verbal: adalah seseorang yang dapat menyerap materi dengan metode pembelajaran verbal namun lebih efektif ketika mereka mendengarkan penjelasan materi tersebut daripada hanya membacanya saja. 5 Teori Fleming dalam Manee et al 2013 Salah satu kategori gaya belajar yang berdasarkan modalitas sensorik, adalah gaya belajar Visual, Auditori, Read membaca dan Kinestetik VARK yang dikembangkan oleh Neil D Fleming 1992. Model VARK Neil Fleming adalah salah satu representasi paling populer pada tahun 1987. Fleming mengembangkan suatu inventarisasi yang dirancang untuk membantu siswa dan yang lainnya belajar lebih lanjut tentang pilihan gaya belajar individual mereka. Dalam model Fleming, yang disebut gaya belajar VARK, peserta didik diidentifikasi apakah mereka memiliki gaya belajar visual gambar, film , diagram, belajar auditori musik, diskusi, ceramah, membaca dan menulis membuat daftar, membaca buku, mencatat, atau belajar kinestetik gerakan, eksperimen, kegiatan tangan. Adapun penjelasan masing-masing gaya belajar: a. Pelajar Visual Siswa yang gaya belajarnya visual menyukai penggunaan gambar, simbol, grafik, diagram alir, poster, slide dan peta konsep. Mereka menyukai apabila diberi soal yang meminta mereka menggambar, membuat diagram atau mendeskripsikan penampakan sesuatu. Pelajar visual belajar terbaik dengan melihat tampilan seperti, handout dan video. Orang-orang yang lebih memilih jenis pembelajaran ini, lebih suka melihat informasi yang disajikan dalam visual daripada dalam bentuk tertulis. b. Pelajar Auditori Pelajar ini belajar terbaik dengan mendengar informasi. Mereka cenderung untuk mendapatkan banyak materi perkuliahan dan pandai mengingat hal-hal lewat suara. c. Pelajar Membaca dan Menulis Pelajar ini lebih memilih untuk menerima informasi yang ditampilkan sebagai kata-kata. Materi pembelajaran terutama berbasis teks yang sangat disukai oleh pelajar ini. d. Pelajar Kinestetik Kinestetik atau taktil. Peserta didik ini belajar terbaik dengan menyentuh dan melakukan. Pengalaman Hands-on penting untuk pelajar kinestetik. Gaya belajar VARK yang dikembangkan oleh Fleming ini pada dasarnya merupakan pengembangan dari gaya belajar visual, audiotri dan kinesthetic VAK yang diciptakan pada tahun 1970 an oleh Bandler dan Ginder Prashnig, 2007. Hasil penelitian Fleming 2006 menunjukan terdapat perbedaan yang nyata ketika siswa yang gaya belajarnya visual menggunakan teks tertulis dan diagram atau peta. Dua kecenderungan gaya belajar ini tidak selalu ditemukan pada orang yang sama. Oleh karena itu Fleming kemudian mengembangkan gaya belajar VAK dengan menambahkan satu gaya belajar lagi, yaitu read write, sehingga namanya berubah menjadi visual, auditori, read write, membaca menulis dan kinestetik atau yang disingkat dengan VARK. Gaya belajar ini, dibagi menjadi dua sub besar yaitu unimodal dan multimodal. Gaya belajar unimodal dibagi menjadi tiga sub kelompok, yaitu mild, strong dan very strong. Demikian pula gaya belajar multimodal dibagi tiga sub kelompok, yaitu bimodal, untuk yang memiliki dua preferensi, trirmodal untuk yang memiliki tiga preferensi, dan quadmodal untuk yang memiliki empat preferensi. Gaya balajar bimodal misalnya kombinasi visual kinestetik. Gaya belajar trimodal misalnya kombinasi readwrite-audiotori- kinestetik. Gaya belajar quadmodal merupakan kombinasi keempat gaya belajar misalnya readwrite-viasual-kinetsteti-auditori. Untuk mengidentifikasi gaya belajar Fleming mengembangkan instrument VARK yang disebut the VARK Questionnaire. Kuesioner ini terus menerus dikembangkan dan sekarang versi terbaru adalah The VARK Questionnaire Version 7.0 Fleming, 2008. Menurut Fleming dan Baume 2006, kuesiner VARK bukan untuk mendiagnosis, mengukur atau mengkotak kotakan inidvidu ke dalam gaya belajar tertentu, melainkan sebagai suatu katalis untuk metakognisi, refeleksi dan bahan diskusi untuk memperbaiki proses pembelajaran. Kuesioner VARK berisi 16 item penyataan yang merefleksikan situasi dalam kehidupan sehari hari. Kuesioner ini sengaja dibuat pendek untuk menghindari kelelahan reponden dalam mengisi kuesioner. Pada setiap nomor disediakan empat pilihan jawaban, dimana setiap jawaban berkaitan dengan satu macam gaya belajar V, A, R, atau K. Dalam mengisi kuesioner VARK responden diperbolehkan memilih lebih dari satu jawaban untuk setiap pertanyaan atau mengabaikan pertanyaan yang sama sekali tidak sesuai. Jumlah pertanyaan yang diabikan sebaiknya tidak lebih dari dua karena akan membuat hasil menjadi bias.

C. Hasil belajar

Bloom dalam Sardiman 2004 merumuskan tiga domain hasil belajar atau yang dikenal dengan istilah taksonomi Bloom, yaitu kognitif, afektif dan psikomotor. Masing-masing domain ini dirinci lagi menjadi beberapa tingkat kemampuan level of competence. Domain kognitif terbagi menjadi: pengetahuan knowledge, pemahaman comprehension, penerapan application, menguraikan analysis, menyusun kembali synthesis, dan menilai evaluation. Domain afektif menurut Bloom dalam Sadirman 2004 terdiri dari penerimaan receiving, merespon responding, menghargai valuing, mengorganisasi organizing, dan karakterisasi characterization. Domain psikomotor terdiri dari tingkat permulaan initiatory level, tingkat prarutin preroutine level, dan tingkat rutin routinized level. Kemudian Anderson dan Krathwohl dalam Pickard 2007 merevisi pendapat Bloom dengan memisahkan dimensi pengetahuan knowledge, dan dimensi proses kognitif cognitive process. Dimensi pengetahuan dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif. Dimensi proses kognitif terdiri dari: mengingat remember, memahami understand, menerapkan applying, menganalisis analyze, menilai evaluate dan mencipta create.

D. Gaya Belajar dan Hasil Belajar