Syarat Murabahah KPR Syariah 1. Pengertian KPR Syariah

mangatakan “Kalau tanpa harga jual tsaman, maka tidak jadi saya ambil” HR.Bukhari dan Ahmad. 24

4. Rukun Jual Beli

Rukum jual beli menurut mazhab Hanafi adalah ijab dan qabul yang menunjukkan adanya pertukaran atau kegiatan saling memberi yang menempati kedudukan ijab dan qabul itu. Rukun ini dengan ungkapan lain merupakan pekerjaan yang menunjukkan keridhaan dengan adanya pertukaran dua harta milik, baik berupa perkataan maupun perbuatan. Menurut jumhur ulama ada 4 rukun dalam jual beli, yaitu: orang yang menjual, orang yang membeli, sighat, dan barang atau sesuatu yang diakadkan. Keempat rukun ini mereka sepakati dalam setiap jenis akad. Rukun jual beli menurut jumhur ulama, selain mazhab Hanafi, ada 3 atau 4, yaitu: orang yang berakad penjual dan pembeli, yang diakadkan harga dan barang yang dihargai, sighat ijab dan qabul.

5. Syarat Murabahah

Dalam murabahah dibutuhkan beberapa syarat, antara lain: 25 1. Mengetahui harga pertama Harga Pembelian 24 Abd al‐Hamid Mahmud al‐Ba’li, al‐Istitsmar wa al‐Riqabah al‐Syar’iyyah, al‐Qahirah: Maktabah Wahbah, 1991,h. 3766 25 Wiroso, Jual Beli Murabahah, Ibid, hal. 19 Pembeli kedua hendaknya mengetahui harga pembelian karena hal itu adalah syarat sahnya transaksi jual beli. Jika diketahui hingga keduanya meninggalkan tempat tersebut, maka gugurlah transaksi itu. 2. Mengetahui besarnya keuntungan Mengetahui jumlah keuntungan adalah keharusan, karena ia merupakan bagian dari harga tsaman, sedangkan mengetahui harga adalah syarat sahnya jual beli. 3. Modal hendaklah berupa komoditas yang memiliki kesamaan dan sejenis, seperti benda-benda yang ditakar, ditimbang dan dihitung. Jika modal dan benda-benda yang tidak memiliki kesamaan, seperti barang dagangan, selain dirham dan dinar, tidak boleh diperjualbelikan dengan cara murabahah atau tauliyah oleh pihak yang tidak memiliki barang dagangan. Hal ini karena murabahah atau tauliyah adalah jual beli dengan harga yang sama dengan harga pertama, dengan adanya tambahan keuntungan dalam system murabahah. 4. Sistem murabahah dalam harta riba hendaknya tidak menisbatkan riba tersebut terhadap harga pertama. Seperti membeli barang yang ditakar atau ditimbang dengan barang sejenis dengan takarn yang sama, maka tidak boleh menjualnya dengan system murabahah. Hal semacam ini tidak diperbolehkan karena murabahah adalah jual beli dengan harga pertama dengan adanya tambahan, sedangkan tambahan terhadap riba hukumnya adalah riba dan bukan keuntungan. 5. Transaksi pertama haruslah sah secara syara’ Jika transaksi pertama tidak sah, maka tidak boleh dilakukan jual beli secara murabahah, karena murabahah adalah jual beli dengan harga pertama disertai tambahan keuntungan dan hak milik jual beli yang tidak sah ditetapkan dengan nilai barang atau dengan barang yang semisal bukan dengan harga, karena tidak benarnya penamaan.

6. Hal Yang Wajib Dijelaskan Dalam Murabahah