xxviii industri, 2 lamanya siklus operasi dalam perusahaan, dan 3 bauran aktiva
lancar perusahaan”. Rasio lancar yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya juga tinggi. Dalam menganalisis rasio lancar perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio
lancar tersebut tinggi. Jika yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya perusahaan
harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut. Kreditor harus
menanggung risiko bahwa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban lancarnya karena perusahaan tidak mampu menagih piutangnya atau
tidak dapat menjual persediaannya. Bagi kreditor jangka pendek semakin tinggi rasio lancar, maka semakin besar
kemungkinan bahwa perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Bagi kreditor jangka panjang rasio lancar yang rendah dapat
menyebabkan perusahaan dipaksa pailit. Oleh karena perusahaan perlu menjaga tingkat likuiditas agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
b. Rasio Leverage
Perusahaan memperoleh sumber pendanaan dari dua sumber yaitu kreditor dan pemegang saham. Rasio leverage menunjukkan berapa besar perusahaan didanai
oleh kreditor dan pemegang saham. Rasio leverage rasio utang menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 209 adalah “rasio yang menunjukkan sejauh mana
Universitas Sumatera Utara
xxix perusahaan dibiayai oleh utang”. Rasio leverage disebut juga rasio solvabilitas.
Menurut Darsono dan Ashari 2005 : 54 rasio leverage atau rasio solvabilitas adalah “rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jika perusahaan tersebut dilikuidasi”. Pihak yang paling berkepentingan terhadap rasio leverage perusahaan adalah
kreditur dan pemegang saham. Semakin besar jumlah pendanaan yang berasal dari kreditor, semakin tinggi risiko perusahaan tidak dapat membayar seluruh
kewajiban dan bunganya. Bagi pemegang saham, semakin tinggi rasio leverage, semakin rendah tingkat pengembalian yang akan diterima pemegang saham
karena perusahaan harus melakukan pembayaran bunga sebelum laba dapat dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen.
Rasio leverage menurut Brigham dan Houston 2006 : 101 memiliki tiga implikasi penting sebagai berikut:
1 dengan memperoleh dana melalui utang, para pemegang saham dapat mempertahankan kendali mereka atas perusahaan tersebut dengan
sekaligus membatasi investasi yang mereka berikan, 2 kreditor akan melihat pada ekuitas, atau dana yang diperoleh sendiri,
sebagai suatu batasan keamanan sehingga semakin tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh pemegang saham, maka semakin kecil
risiko yang harus dihadapi kreditor,
3 jika perusahaan mendapatkan hasil dari investasi yang didanai dengan dana hasil pinjaman lebih besar daripada bunga yang dibayarkan, maka
pengembalian dari modal pemilik akan diperbesar, atau “diungkit” leveraged.
Menurut Tampubolon 2005 : 37 “pada dasarnya rasio leverage yang lazim digunakan adalah debt to net worth, coverage interest charges, total assets to net
worth, fixed assets to net worth, current assets to net worth, inventory to net worth, receivable to net worth, liquid assets to net worth”. Ada dua rasio leverage
Universitas Sumatera Utara
xxx menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 209 yaitu “rasio utang terhadap
ekuitas debt to equity dan rasio utang terhadap total aktiva debt to total assets ratio”.
Rasio leverage yang menjadi fokus penelitian ini adalah debt ratio DR atau debt to total assets ratio. Menurut Syamsuddin 2000 : 71 debt ratio merupakan
“pengukuran jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang atau modal yang berasal dari kreditur”.
Menurut Darsono dan Ashari 2005 : 54 “Rasio ini menekankan pada pentingnya pendanaan hutang dengan jalan menunjukkan persentase aktiva
perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi kondisi pengurangan aktiva
akibat kerugian tanpa mengurangi pembayaran bunga kepada kreditor”. Rumus untuk menghitung debt ratio menurut Brigham dan Houston 2006 : 103
Rasio Hutang =
Aktiva Total
Utang Total
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara total utang dengan total aktiva. Semakin tinggi total utang, maka akan semakin tinggi pula debt ratio, sebaliknya
semakin tinggi total aktiva, maka akan semakin rendah debt ratio. Apabila debt ratio perusahaan sebesar 0,4 atau 40 persen berarti sebesar 40 persen aktiva
perusahaan tersebut didanai oleh utang dan sisanya sebesar 60 persen aktiva perusahaan didanai oleh pemegang saham. Apabila perusahaan akan dilikuidasi,
perusahaan dapat menjual aktivanya dan kreditor akan menerima pembayaran
minimal sebesar 40 persen sebelum kreditor mengalami kerugian.
Universitas Sumatera Utara
xxxi Hasil perhitungan rasio leverage harus dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya atau rata-rata industri sejenis untuk mengetahui bagaimana perusahaan memanajemen pendanaannya. Menurut Darsono dan Ashari 2005 :
54 “Untuk menilai rasio ini faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah stabilitas laba perusahaan. Pada perusahaan yang memiliki catatan laba yang
stabil, peningkatan dalam hutang lebih bisa ditoleransi daripada perusahaan yang memiliki catatan laba yang tidak stabil”.
c. Rasio Aktivitas