xxv Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri atas
dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari “kondisi keuangan” perusahaan untuk suatu periode-periode dengan neraca yang telah dibuat.
Rasio-rasio ini disebut rasio rasio neraca balance sheet ratio, karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca.
Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja perusahaan selama periode waktu tertentu, biasanya dalam setahun. Rasio-rasio ini disebut
sebagai rasio laporan laba rugi income statement ratio atau rasio laba rugineraca income statementbalance sheet ratio.
Secara umum rasio-rasio keuangan dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis kelompok rasio keuangan antara lain:
a. Rasio Likuditas
Rasio likuiditas biasa digunakan dalam melakukan analisis kredit karena likuiditas berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban
jangka pendeknya. Pihak-pihak yang berkepentingan dalam menilai tingkat likuiditas perusahaan adalah kreditor-kreditor jangka pendek seperti pemasok dan
bankir. Rasio likuiditas menurut Van Horne dan Wachowicz 2005 : 206 adalah “rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka
pendeknya”. Untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya perusahaan memerlukan
sejumlah kas yang cukup sebagaimana yang dikemukakan oleh Wild, Subramanyam dan Halsey 2005 : 9 “Likuiditas liquiditty merupakan
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dalam jangka pendek untuk memenuhi kewajibannya. Likuiditas bergantung pada arus kas perusahaan dan
komponen aktiva lancar dan kewajiban lancarnya”. Menurut Syamsuddin 2000 : 41 “likuiditas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan
perusahaan, tetapi juga berkenaan dengan kemampuannya untuk mengubah aktiva
Universitas Sumatera Utara
xxvi lancar tertentu menjadi uang kas”. Perusahaan harus mengubah aktiva lancar
tertentu menjadi kas untuk membayar kewajiban lancarnya, misalnya perusahaan perlu menagih piutang atau menjual persediaannya sehingga perusahaan
memperoleh kas. Rasio likuiditas dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Masing-masing rasio
likuiditas mencerminkan perspektif yang berbeda dalam mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Rasio likuiditas
tersebut menurut Tampubolon 2005 : 36 “antara lain current ratio, quick ratio, absolute liquidity ratio”. Menurut Darsono dan Ashari 2005 : 52-53 “rasio
likuiditas meliputi rasio lancar, quick test ratio, net working capital, defensive interval ratio”.
Menurut Van Horne dan Wachowicz “acid test ratio memberikan ukuran yang mendalam tentang likuiditas daripada rasio lancar”. Current ratio menunjukkan
hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar suatu perusahaan. Meskipun quick test ratio atau acid test ratio memberikan gambaran yang lebih
baik dalam mengukur tingkat likuiditas dibandingkan current ratio karena hanya terdiri dari kas, surat-surat berharga, dan piutang usaha, tetapi acid test ratio
memiliki kelemahan dalam mengukur tingkat likuiditas. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Syamsuddin 2000 : 46
Acid test ratio ini akan memberikan gambaran likuiditas yang lebih tepat hanya apabila inventory sulit untuk dijual dengan segera tanpa menurunkan
nilainya. Dengan perkataan lain, apabila inventory dapat dijual dengan segera tanpa menurunkan nilainya, maka penggunaan current ratio lebih disukai
sebagai pengukuran tingkat likuiditas perusahaan secara menyeluruh overall liquidity of the firm.
Universitas Sumatera Utara
xxvii Rasio likuiditas yang menjadi fokus penelitian ini adalah rasio lancar. Rasio
lancar menurut Simamora 2000 : 524 “menunjukkan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva lancarnya”. Pihak yang
paling berkepentingan terhadap rasio lancar adalah kreditor jangka pendek seperti pemasok. Jumlah kas dan jumlah persediaan dan piutang yang akan dikonversi
menjadi kas merupakan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan untuk membayar kewajiban kepada kreditor jangka pendek. Rumus untuk menghitung
rasio lancar menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey 2005 : 4
Rasio lancar =
Lancar Kewajiban
Lancar Aktiva
Rumus tersebut menunjukkan hubungan antara aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Semakin besar aktiva lancar, maka rasio semakin tinggi rasio
lancarnya. Apabila dinyatakan bahwa rasio lancar suatu perusahaan adalah sebsesar 2, artinya setiap satu rupiah kewajiban lancar akan dijamin oleh dua
rupiah aktiva lancar. Menurut Syamsuddin 2000 : 44 “tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang
berapa tingkat current ratio yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat current ratio ini juga sangat
tergantung pada jenis usaha dari masing-masing perusahaan perusahaan”. Untuk mengetahui apakah rasio lancar perusahaan baik, hasil perhitungan rasio lancar
harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya atau dengan industri sejenis. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menganalisis rasio lancar
menurut Simamora 2005 : 525 antara lain “1 praktik yang berlaku dalam
Universitas Sumatera Utara
xxviii industri, 2 lamanya siklus operasi dalam perusahaan, dan 3 bauran aktiva
lancar perusahaan”. Rasio lancar yang tinggi belum tentu menunjukkan bahwa kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban lancarnya juga tinggi. Dalam menganalisis rasio lancar perlu diperhatikan apakah yang menyebabkan rasio
lancar tersebut tinggi. Jika yang menyebabkan rasio lancar tersebut tinggi adalah piutang atau persediaan, maka untuk memenuhi kewajiban lancarnya perusahaan
harus terlebih dahulu melakukan penagihan atas piutang atau menjual persediaan agar diperoleh kas untuk membayar kewajiban lancar tersebut. Kreditor harus
menanggung risiko bahwa kemungkinan perusahaan tidak dapat membayar kewajiban lancarnya karena perusahaan tidak mampu menagih piutangnya atau
tidak dapat menjual persediaannya. Bagi kreditor jangka pendek semakin tinggi rasio lancar, maka semakin besar
kemungkinan bahwa perusahaan mampu untuk membayar kewajiban jangka pendeknya. Bagi kreditor jangka panjang rasio lancar yang rendah dapat
menyebabkan perusahaan dipaksa pailit. Oleh karena perusahaan perlu menjaga tingkat likuiditas agar tidak terlalu tinggi ataupun terlalu rendah.
b. Rasio Leverage