Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
pendirian universitas dari Mendiknas dan juga belum terdaftar di Kopertis Wilayah Sumatera Utara karena tidak memenuhi persyaratan yang berlaku.
B. Analisa Kasus
1. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum
Di dalam Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umum tertanggal 11 Juli 2005 No. Reg. Perkara: PDM-675MDNEp.272005, perbuatan Terdakwa didakwa
dengan 2 dakwaan yang dirumuskan secara alternatif, yaitu:
Pertama:
Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana sebagaimana dalam Pasal 67 ayat 1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional jo
Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP yang berbunyi: Pasal 67 ayat 1:
“Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan yang memberikan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi danatau vokasi tanpa hak
dipidana dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun danatau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah.”
Pasal 55 ayat 1 Ke-1 KUHP: “1 dipidana sebagai pelaku tindak pidana:
1. mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut
serta melakukan perbuatan;”
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Atau Kedua:
Perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana sebagaimana dalam Pasal 68 ayat 1 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi:
Pasal 68 ayat 1: “Setiap orang yang membantu memberikan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar
akademik, profesi, danatau vokasi dari satuan pendidikan yang tidak memenuhi persyaratan dipidana dengan pidana penjara paling lama lima tahun danatau
pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 lima ratus juta rupiah.”
2. Fakta Hukum Di Persidangan
Fakta hukum di persidangan diperoleh dari proses pembuktian antara lain dari keterangan saksi, keterangan terdakwa dan adanya barang-barang bukti yang
dibawa di depan persidangan. b
Keterangan saksi 1
Saksi Sonang Butarbutar: a
Bahwa benar saksi dihadirkan dalam persidangan sehubungan dengan tindak pidana yang telah dilakukan para Terdakwa yaitu menerbitkan atau
membuat ijazah palsu atas nama saksi; b
Bahwa benar kejadiannya adalah di Hotel Danau Toba Medan lantai 9 kamar 917 Jalan Imam Bonjol Medan yaitu bermula dari adanya informasi
dari masyarakat bahwa Terdakwa beserta rekan-rekannya dapat mengeluarkanmenerbitkan ijazah S-1 maupun S-2 tanpa dengan
mengikuti perkuliahan;
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
c Bahwa benar selanjutnya saksi melaporkan hal itu kepada pimpinan saksi
yaitu Kapoltabes Medan; d
Bahwa benar saksi diperintahkan oleh atasan untuk menyelidiki kebenaran dari informasi tersebut, yang selanjutnya saksi menyarumenyamar sebagai
orang yang membutuhkan ijazah tersebut, dengan memerintahkan kepada saksi Narman Sinaga untuk menghubungi para Terdakwa, apakah benar
para Terdakwa dapat mengeluarkan ijazah atas nama saksi tanpa melalui perkuliahan;
e Bahwa benar kemudian Saksi Narman Sinaga menghubungi pihak
Universitas Generasi Muda UGM Medan, dimana saksi Narman Sinaga berjumpa dengan Amiran Sihite, dan dari Amiran Sihite diperoleh
informasi bahwa benar UGM Medan dapat mengeluarkan ijazah S-2 tanpa melalui perkuliahan, akan tetapi harus membayar unag sejumlah Rp.
20.000.000,00 dua puluh juta rupiah beserta syarat-syarat yang lain seperti fotokopi ijazah, pas foto dan lain-lain, yang mana mengenai uang
dapat dibayar sebagian yaitu sebesar Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah;
f Bahwa benar setelah semua persyaratan saksi lengkapi melalui saksi
Narman Sinaga yaitu dengan memberi uang panjar sebesar Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah, beserta syarat-syarat lainnya,
kemudian diperoleh informasi bahwa pada tanggal 28 Mei 2005 akan dilakukan Meja Hijau dan Wisuda terhadap diri saksi, lalu pada tanggal
tersebut sekira pukul 19.00 WIB, saksi beserta tim dari Poltabes Medan
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
menuju tempat tersebut serta setelah diperoleh bukti-bukti yang antara lain berupa ijazah S-2 atas nama Saksi, dan lalu Saksi beserta Tim dari
Poltabes Medan melakukan penangkapan terhadap Terdakwa beserta teman-temannya;
g Bahwa benar setelah saksi sampai di Hotel Danau Toba saksi melihat
dekorasi telah dibuat yaitu adanya bendera merah putih, bendera pataka, baju toga, medali, palu dan hal itu telah dipersiapkan;
h Bahwa benar setelah ijazah tersebut diperoleh, dimana ijazah telah siap,
dan ditandatangani oleh Rektor dan Dekan, sementara saksi tidak ada melakukan perkuliahan, maka saksi berkesimpulan bahwa ijazah tersebut
adalah palsu; 2
Saksi Narman Sinaga: a
Bahwa benar pada hari Rabu tanggal 23 Mei 2005 sekira pukul 09.00 WIB, saksi ada diminta oleh saksi Sonang Butarbutar bersama Jon
Napitupulu pergi ke Hotel Emerald Garden Jalan Putri Hijau Medan untuk menyerahkan uang pembuatan ijazah S-2 atas nama Saksi Sonang
Butarbutar; b
Bahwa benar setelah sampai di tempat tersebut saksi bertemu dengan Drs. Togu Jainal Tolopan Sihite sebagai Tata Usaha UGM Medan dan Jaendar
H. Simamora selanjutnya Jon Napitupulu langsung berbicara dengan Drs. Togu Jainal Tolopan Sihite serta menyerahkan uang sebesar Rp.
10.000.000,00 sepuluh juta rupiah kepada Drs. Togu Jainal Tolopan Sihite beserta syarat-syarat lainnya untuk pembuatan ijazah dimaksud;
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
c Bahwa benar saksi ada menyerahkan berupa fotokopi ijazah S-1 atas nama
saksi Sonang Butarbutar dan juga pas foto saksi Sonang Butarbutar; d
Bahwa benar uang sebesar Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah tersebut merupakan panjar dan sisanya akan dilunasi setelah pelaksanaan
wisuda selesai, dan ijazah telah diterima; 3
Saksi Relivin Subur Bangun: a
Bahwa benar pada tanggal 28 Mei 2005 pukul 17.30 WIB saksi berada di Kamar Hotel Danau Toba Medan untuk keperluan Sidang Meja Hijau dan
pelaksanaan wisuda atas nama saksi Sonang Butarbutar; b
Bahwa benar saksi diajak oleh Rektor UGM Medan yaitu Prof. Drs. Djanter Siahaan, SH dimana saksi juga mengajar di UGM Medan tersebut;
c Bahwa benar UGM Medan belum berhak mengeluarkan ijazah S-2, akan
tetapi telah pernah diajukan namun realisasinya belum ada karena belum memenuhi syarat untuk itu;
d Bahwa benar pada saat dilakukan penangkapan tersebut ada 11 sebelas
orang termasuk saksi, namun setelah dilakukan pemeriksaan kemudian beberapa orang dipulangkan termasuk saksi;
4 Saksi Husni Husin, MS:
a Bahwa benar saksi dihadirkan di persidangan sehubungan dengan dugaan
tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa beserta rekan-rekannya yaitu pemalsuan ijazah S-2 atas nama Saksi Sonang Butarbutar;
b Bahwa benar bermula dari saksi diperintahkan oleh Terdakwa, Prof. Drs.
Djanter Siahaan, SH untuk menyusun contoh Tesis Pasca Sarjana atas
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
nama saksi Sonang Butarbutar yang kemudian setelah selesai pada tanggal 27 Mei 2005 sekira pukul 21.00 WIB, kemudian saksi menyerahkan
contoh Tesis tersebut kepada Prof. Drs. Djanter Siahaan, SH; c
Bahwa benar oleh karena saksi saat itu atas undangan Prof. Drs. Djanter Siahaan, SH dan saksi salah satu yang akan menguji saksi Sonang
Butarbutar yang selanjutnya polisi datang ketempat itu dan menahan para Terdakwa;
d Bahwa benar UGM Medan belum berhak mengeluarkan ijazah S-2, akan
tetapi telah pernah diajukan namun realisasinya belum ada karena belum memenuhi syarat untuk itu;
e Bahwa benar saksi mengetahuinya karena pada saat itu saksi yang
mempelajari syarat-syarat pendirian universitas tersebut dan setelah itu saksi menyerahkannya kepada Prof. Drs. Djanter Siahaan, SH;
f Bahwa benar saksi mengetahui bahwa apabila seseorang akan
mendapatkan S-2 harus mengikuti kuliah selama 4 empat semester, kemudian setelah dinyatakan lulus maka mahasiswa tersebut menyusun
tesis dilanjutkan meja hijau, setelah dinyatakan lulus mahasiswa tersebut diwisuda, barulah berhak mendapat gelar S-2;
g Bahwa benar pada saat dilakukan penangkapan ada 11 sebelas orang
termasuk saksi, namun setelah dilakukan pemeriksaan kemudian beberapa orang dipulangkan termasuk saksi;
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
5 Saksi Dra. Manis Sembiring, MS:
a Bahwa benar saksi dihadirkan dalam persidangan sehubungan dengan
dugaan tindak pidana yang dilakukan oleh Terdakwa beserta rekan- rekannya yaitu pemalsuan ijazah S-2 atas nama saksi Sonang Butarbutar;
b Bahwa benar bermula dari adanya undangan dari Rektor UGM Medan
terhadap saksi yang ditunjuk sebagai salah seorang penguji atas tesis yaitu atas nama saksi Sonang Butarbutar yang kemudian ketika saksi datang ke
Hotel Danau Toba tempat akan diadakannya ujian terhadap saksi Sonang Butarbutar, lalu polisi datang ketempat itu dan menahan Terdakwa beserta
rekan-rekanya; c
Bahwa benar saksi hadir atas undangan Rektor UGM Medan Prof.Drs. Djanter Siahaan, SH;
d Bahwa benar UGM Medan belum berhak mengeluarkan ijazah S-2 akan
tetapi telah pernah diajukan namun realisasinya belum ada karena belum memenuhi syarat untuk itu;
6 Saksi Ahli Hafni Oemry:
a Bahwa benar sesuai dengan jabatan saksi di Koordinator Perguruan Tinggi
Swasta Kopertis Wilayah I Sumut-NAD yaitu sebagai Kepala Bagian Administrasi Akreditasi dan Kelembagaan Kopertis Wilayah I, sehingga
saksi mengetahui persyaratan untuk mendirikan universitas, disamping itu saksi juga mengetahui universitas yang telah mendapat izin dari Dikti atau
belum;
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
b Bahwa benar UGM Medan belum terdaftar sebagai PTS pada Kopertis
Wilayah I Sumut-NAD, akan tetapi UGM Medan telah pernah mengajukannya namun karena belum memenuhi syarat sehingga belum
diberi izin oleh Dikti; c
Bahwa benar saksi mengetahui hal tersebut, karena ketika mengajukan izin tersebut ke Dikti, tembusan dari UGM Medan ada ke Kopertis Wilayah I
Sumut-NAD; d
Bahwa benar syarat-syarat untuk mendirikan universitas antara lain ialah mempunyai organisasi perguruan tinggi yang mengacu pada Peraturan
Pemerintah No. 60 tahun 1999, mempunyai dosen tetap untuk S-1 minimal 2 dua orang, S-2 4 empat orang untuk setiap program studi S-1,
mempunyai laboratorium dasar, mempunyai mahasiswa universitas minimal 1000 seribu orang, mempunyai ruang perpustakaan 1 satu
judul per mata kuliah dan berjumlah 10 dari jumlah mahasiswa, kurikulum mengacu pada SK Mendiknas 232U2000 dan SK Mendiknas
No. 045U2002, serta persyaratan lainnya; e
Bahwa benar pemberian ijazah S-2 terhadap saksi korban Sonang Butarbutar adalah ilegal dan menyalahi aturan yang berlaku;
f Bahwa benar tidak ada lagi istilah ijazah lokal, serta pembelian ijazah S-2
terhadap saksi Sonang Butarbutar dengan alasan hanya ijazah lokal tidak sesuai dengan aturan yang berlaku;
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
b Keterangan Terdakwa
1 Bahwa benar terdakwa diajukan di persidangan sehubungan dengan dugaan
tindak pidana yang Terdakwa lakukan atas pemberian ijazah S-2 atas nama saksi Sonang Butarbutar;
2 Bahwa benar pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2005 sekira pukul 19.00 WIB
dilantai 9 Hotel Danau Toba Medan dan pada saat dilakukan penangkapan ada sebanyak 11 sebelas orang yang saat ini dinyatakan sebagai Terdakwa
adalah 5 lima orang termasuk Terdakwa; 3
Bahwa benar pada tahun 1986 Terdakwa mendirikan UGM Medan, dan saat ini UGM Medan tersebut belum terdaftar di Kopertis Wilayah I maupun dari
Mendiknas, namun hal itu telah pernah Terdakwa ajukan akan tetapi izin dari Mendiknas belum keluar;
4 Bahwa benar menurut Terdakwa pemberian ijazah S-2 atas nama Sonang
Butarbutar tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku, karena ijazah yang diberikan adalah ijazah lokal bukan ijazah negara;
5 Bahwa benar Terdakwa menandatangani ijazah S-2 atas nama Sonang
Butarbutar, dengan pertimbangan yang bersangkutan mengaku sebagai Administrasi Adm. yang telah berpengalaman selama 15 lima belas
tahun di Pekanbaru sehingga diharapkan yang bersangkutan dapat sebagai tenaga pengajar di UGM Medan, tetapi ternyata yang bersangkutan adalah
anggota Poltabes;
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
c Barang bukti:
Dalam persidangan ini, Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan barang bukti berupa: 1 satu helai bendera merah putih, 1 satu helai spanduk ujian meja
hijau, 4 empat buah baju toga, 2 dua buah medali, 4 empat buah topi, 1 satu buah palu, 1 satu helai bendera pataka UGM Medan, 1 satu helai taplak meja
hijau, 1 satu lembar ijazah S-2 atas nama Sonang Butarbutar, 1 satu buah buku register, 1 satu buah stempel rektor UGM Medan, 1 satu buah bantalan
stempel;
3. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum
Berdasarkan hasil pemeriksaan di persidangan, Jaksa Penuntut Umum menuntut Terdakwa sebagai berikut:
a Menyatakan Terdakwa Prof. Drs. Djanter Siahaan, SH telah terbukti bersalah
melakukan tindak pidana secara bersama-sama melakukan pemberian ijazah tanpa hak, melanggar Pasal 67 ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP sebagaimana dalam dakwaan pertama;
b Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Prof. Drs. Djanter Siahaan, SH
dengan pidana penjara masing-masing selama 6 enam bulan dikurangi selama Terdakwa dalam tahanan dan denda sebesar Rp. 1.000.000,00 satu
juta rupiah, subsidair 1 satu bulan kurungan; c
Menetapkan barang bukti berupa: 1 satu helai bendera merah putih, 1 satu helai spanduk ujian meja hijau, 4 empat buah baju toga, 2 dua buah medali,
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
4 empat buah topi, 1 satu buah palu, 1 satu helai bendera pataka UGM Medan, 1 satu helai taplak meja hijau, 1 satu lembar ijazah S-2 atas nama
Sonang Butarbutar, 1 satu buah buku register, 1 satu buah stempel rektor UGM Medan, 1 satu buah bantalan stempel, dirampas untuk dimusnahkan;
d Menetapkan agar Terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 500,00 lima
ratus rupiah.
4. Pertimbangan Hukum Majelis Hakim
Untuk menyatakan seseorang telah melakukan suatu tindak pidana, majelis hakim mempertimbangkan bahwa perbuatan orang tersebut haruslah memenuhi
seluruh unsur-unsur dari Pasal yang didakwakan kepadanya. Oleh karena Terdakwa oleh Penuntut Umum telah didakwa dengan surat dakwaan yang
disusun secara alternatif. Maka majelis hakim mempertimbangkan terlebih dahulu sesuai dengan urutan dakwaan yang terberat yaitu dakwaan pertama, sebagaimana
diatur dan diancam dalam Pasal 67 ayat 1 UU NO. 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP yang mengandung
unsur-unsur sebagai berikut: 1
perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan; 2
orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan;
3 memberikan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi danatau
vokasi; 4
tanpa hak.
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Ad. 1 unsur perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan Dalam pertimbangannya majelis hakim menghubungkan dengan fakta-fakta
hukum yang terungkap di persidangan menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan “perseorangan” dalam hal ini menunjuk pada subjek hukum adalah orang
yang diajukan oleh penuntut umum dalam perkara ini yaitu Prof. Drs. Djanter Siahaan,SH. Berdasarkan fakta dipersidangan bahwa unsur subyektif telah
terpenuhi. Dengan demikian sesungguhnya majelis hakim menyatakan bahwa Prof. Drs. Djanter Siahaan, SH memenuhi unsur untuk diajukan sebagai
“perseorangan” dalam sidang pengadilan.
Ad. 2 unsur sebagai orang yang melakukan, yang menyuruh melakukan atau turut melakukan perbuatan
Unsur ini pun menurut majelis hakim telah terpenuhi pada diri Terdakwa, dimana berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan baik dari
keterangan saksi-saksi, keterangan ahli, maupun keterangan Terdakwa bahwa Terdakwa Prof. Drs. Djanter Siahaan,SH secara bersama-sama maupun bertindak
sendiri-sendiri dengan Dr. Jasmen Maruli Tua Sinaga, Drs. Halomoan Simarmata, Drs. Togu Jainal Tolopan Sihite dan Drs. Jaendar Simamora berkas perkara
terpisah pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2005 sekira pukul 17.30 WIB di kamar 917 Hotel Danau Toba Jl. Imam Bonjol Medan telah memberikan ijazah secara
tanpa hak karena belum mendapat izin dari Menteri Pendidikan Nasional, dan juga belum terdaftar di Koordinator Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah
Sumut-NAD.
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Unsur ini terpenuhi berdasarkan fakta di persidangan bahwa Terdakwa dalam hal ini telah menandatangani ijazah S-2 atas nama Sonang Butarbutar
tersebut di atas selaku Rektor Universitas Generasi Muda Medan, sedangkan teman Terdakwa Dr. Jasmen Maruli Tua Sinaga juga menandatangani ijazah
tersebut selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Generasi Muda Medan, Drs. Togu Jainal Tolopan Sihite dan Drs. Jaendar Simamora bertugas mencari orang
yang ingin mempunyai ijazah S-2 tanpa melalui proses perkuliahan dan dengan cukup membayar sejumlah Rp. 20.000.000,00 dua puluh juta rupiah, dan
Halomoan Simarmata bertugas sebagai penulis ijazah.
Ad. 3 unsur memberikan ijazah, sertifikat kompetensi, gelar akademik, profesi danatau vokasi
Dalam hal ini, pertimbangan mejelis hakim berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan bahwa Terdakwa telah menandatangani ijazah tersebut,
kemudian teman Terdakwa Dr. Jasmen Maruli Tua Sinaga juga menandatangani ijazah tersebut, kemudian teman Terdakwa Drs. Togu Jainal Tolopan Sihite dan
Drs. Jaendar Simamora bertugas mencari orang yang ingin mempunyai ijazah S-2 tanpa melalui proses perkuliahan dengan cukup membayar sejumlah uang senilai
Rp. 20.000.000,00 dua puluh juta rupiah sedangkan teman Terdakwa Drs. Halomoan Simarmata bertugas sebagai penulis ijazah, dengan demikian menurut
majelis hakim, unsur tersebut telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut hukum.
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Ad. 4 unsur tanpa hak Dalam pertimbangannya, majelis hakim berpendapat bahwa unsur ini telah
terbukti secara sah dan meyakinkan berdasarkan fakta-fakta di persidangan bahwa Universitas Generasi Muda Medan yang dipimpim oleh Terdakwa tidak berhak
memberikan ijazah karena belum mendapat izin pendirian universitas dari Menteri Pendidikan Nasional dan juga belum terdaftar di Kopertis Wilayah Sumut-NAD
karena tidak memenuhi persyaratan yang berlaku. Sedangkan telah terbukti di persidangan, bahwa Terdakwa bersama teman-
temannya pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2005 sekira pukul 17.30 WIB di kamar 917 Hotel Danau Toba Jl. Imam Bonjol Medan telah memberikanmengeluarkan
ijazah atas nama Sonang Butarbutar yang bukan mahasiswa Universitas Generasi Muda Medan dan tidak pernah mengikuti perkuliahan di Universitas Generasi
Muda Medan. Berdasarkan pertimbangan majelis hakim, oleh karena semua unsur-unsur
tindak pidana dalam pasal 67 ayat 1 Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional jo. Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP telah
terpenuhi atas diri Terdakwa, maka kepada Terdakwa haruslah dinyatakan telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Dakwaan Pertama oleh Penuntut Umum, sehingga oleh karena itu Terdakwa haruslah dihukum yang setimpal sesuai dengan
perbuatannya;
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Kemudian majelis hakim menimbang bahwa oleh karena dalam dakwaan pertama telah dinyatakan terbukti bersalah dan dihukum, maka untuk dakwaan
selebihnya menurut majelis tidak perlu dibuktikan dan dipertimbangkan lagi. Selanjutnya, dari kenyataan yang diperoleh selama persidangan dalam
perkara ini, menurut pertimbangan majelis hakim tidak ditemukan hal-hal yang dapat melepaskan terdakwa dari pertanggungjawaban pidana, baik sebagai alasan
“pembenar” maupun alasan “pemaaf” oleh karenanya majelis hakim berkesimpulan bahwa perbuatan yang dilakukan terdakwa harus
dipertanggungjawabkan kepadanya. Dan oleh karena Terdakwa mampu bertanggung jawab, maka para Terdakwa harus dinyatakan bersalah atas tindak
pidana yang didakwakan dan berdasarkan Pasal 193 ayat 1 KUHAP terhadap diri Terdakwa haruslah dijatuhi pidana.
Bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap diri Terdakwa, Majelis hakim menimbang perlu dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang memberatkan dan
hal-hal yang meringankan yakni: a
Hal-hal yang memberatkan: bahwa perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat.
b Hal-hal yang meringankan: bahwa terdakwa belum pernah dihukum.
Selanjutnya majelis hakim menimbang bahwa dengan terbuktinya Terdakwa tersebut dihukum, maka sesuai dengan ketentuan Pasal 222 KUHAP,
maka kepada Terdakwa haruslah dibebankan untuk membayar biaya perkara yang timbul dan besarnya akan ditentukan dalam amar putusan.
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
5. Amar Putusan
Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 1932Pid.B2005PN.Mdn tertanggal 30 Nopember 2005 dengan Majelis Hakim yang terdiri dari I Wayan
Padang Pudjawan, SH Ketua, Ulibasa Hutagalung, SH anggota, dan Abdul Bari A. Rahim, SH anggota dengan mengingat Pasal 67 ayat 1 Undang-undang
No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional jo. Pasal 55 ayat 1 ke- 1 KUHP, serta peraturan-peraturan lain yang berkaitan dengan perkara ini;
Menetapkan barang bukti berupa: satu helai bendera merah putih dikembalikan kepada Terdakwa, satu helai spanduk ujian meja hijau, empat buah
baju toga, dua buah medali, empat buah topi, satu buah palu, satu helai bendera pataka Universitas Generasi Muda Medan, satu helai taplak meja hijau, satu
MENGADILI Menyatakan Terdakwa Prof. Drs. Djanter Siahaan, SH telah terbukti secara
sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana memberikan ijazah tanpa hak yang dilakukan secara bersama-sama;
Menghukum Terdakwa dengan pidana penjara selama 6 enam bulan dan denda sebesar Rp. 1.000.000,00 satu juta rupiah, bila denda tidak dibayar diganti
dengan 1 satu bulan kurungan; Menetapkan pidana penjara tersebut di atas, tidak perlu dijalankan
Terdakwa kecuali di kemudian hari ada perintah lain berdasarkan Putusan Hakim Terdakwa telah dipersalahkan melakukan tindak pidana sebelum berakhir masa
percobaan selama 10 sepuluh bulan;
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
lembar ijazah S-2 atas nama Sonang Butarbutar, satu buah bantalan stempel, semuanya dirampas untuk dimusnahkan;
Membebankan biaya perkara kepada Terdakwa sebesar Rp. 2.500,00 dua ribu lima ratus rupiah.
6. Analisa Hukum Penulis
Berdasarkan kasus posisi diatas, dapat diambil fakta hukum yang menjadi bahan hukum untuk menganalisa kasus tersebut lebih lanjut, yaitu antara lain:
4 Bahwa Universitas Generasi Muda Medan yang didirikan oleh Prof. Drs.
Djanter Siahaan,SH sejak tahun 1986 hingga kasus ini sampai di pengadilan tidak memiliki izin pendirian universitas.
5 Sonang Butarbutar tidak pernah terdaftar sebagai mahasiswa Pascasarjana
Universitas Generasi Muda Medan. Langkah pertama dalam menganalisa kasus tindak pidana memberikan
ijazah tanpa hak ini adalah dengan menilai apakah unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan oleh Jaksa Penuntut Umum terpenuhi pada diri Terdakwa, sehingga
Terdakwa dapat dipersalahkan dan dapat dihukum. Dalam Surat Dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum, merumuskan 2 dakwaan
alternatif, dimana apabila terpenuhi unsur-unsur pada dakwaan pertama primer, maka tidak perlu lagi mempertimbangkan dakwaan kedua.
Dakwaan pertama pada diri Terdakwa adalah bahwa perbuatan Terdakwa diatur dan diancam pidana sebagaimana dalam Pasal 67 ayat 1 Undang-undang
No. 20 tahun 2003 Tentang Sisdiknas jo Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP.
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Langkah pertama majelis hakim dengan melakukan penelusuran terhadap apakah unsur-unsur yang terkandung dalam dakwaan primer itu terpenuhi atau
sebaliknya pada dasarnya dapat dipandang sebagai suatu langkah standar. Majelis hakim menyusun urut-urutan unsur-unsur yang terkandung dalam tindak pidana
yang dituduhkan, dan dengan urut-urutan tersebut majelis melakukan suatu proses yang disebut dengan subsumptie, yaitu mencocokkan atau memasukkan fakta
yang ditemukan ke dalam unsur-unsur yang ada. Apabila faktanya sesuai dengan unsur dalam norma hukum, hakim akan menyatakan terbukti secara sah dan
meyakinkan serta sebaliknya jikalau unsur itu tidak terbukti.
63
Kewajiban hakim dalam memberi putusan yang selalu diawali dengan kalimat keramat “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” itu
pada dasarnya dimulai dan sangat ditentukan kualitas terutama keberhasilannya pada dan serta oleh langkah subsumptie tersebut. Oleh karena itu sebsumptie
tidaklah sekedar merupakan kegiatan mencocokkan atau memasukkan fakta begitu saja. Dalam melakukan subsumptie, hakim haruslah memiliki pemahaman
yang memadai terhadap konsep hukum yang dituangkan ke dalam norma hukum yang unsur-unsurnya ditelusuri melalui subsumptie.
64
63
Putu Winata Dwikora, Peradilan Dagelan, Indonesia Corruption Watch ICW, Jakarta, 2003, h. 45
64
Ibid.
Pasal 197 ayat 1 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP yang antara lain menentukan:
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Pertimbangan yang disusun secara ringkas mengenai fakta dan keadaan beserta alat pembuktian yang diperoleh dari pemeriksaan di sidang yang menjadi
dasar penentuan kesalahan terdakwa. Pernyataan kesalahan terdakwa, pernyataan telah terpenuhi semua unsur dalam
rumusan tindak pidana disertai dengan kualifikasinya dan pemidanaan atau tindakan yang dijatuhkan.
Pasal tersebut mewajibkan hakim untuk memberikan pertimbangan atau argumentasi pertama mengenai urutan unsur-unsur tindak pidana yang ditelusuri
dan dibuktikan subsumptie, dan kedua tentang terbukti atau tidak terbuktinya unsur-unsur yang dituduhkan.
Ayat 2 Pasal 197 KUHAP menentukan bahwa tidak adanya pertimbangan atau argumentasi termasuk pelanggaran terhadap Pasal 197 ayat 1 yang
mengakibatkan putusan batal demi hukum. Dalam putusan terhadap Prof. Drs. Djanter Siahaan, SH dalam kasus tindak
pidana memberikan ijazah tanpa hak, majelis hakim melakukan proses subsumptie terhadap unsur-unsur dakwaan primer jaksa penuntut umum.
Hal yang menarik untuk dianalisa dalam kasus ini yaitu masalah penyitaan barang bukti untuk diajukan di persidangan. Dalam kasus posisi disebut bahwa
Sonang Butarbutar mau membeli ijazah dari universitas yang didirikan oleh Terdakwa dengan persyaratan harus menyerahkan uang sejumlah Rp.
20.000.000,00 dua puluh juta rupiah. Dimana dalam kasus ini, telah diakui oleh Sonang Butarbutar telah memberikan Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah
sebagai panjar kepada Drs. Togu Jainal Tolopan Sihite selaku pegawai
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
Universitas Generasi Muda Medan, dan hal ini pun telah diakui pula oleh Drs. Togu Jainal Tolopan Sihite dalam pemeriksaan saksi di persidangan. Yang
menjadi pertanyaan adalah: kenapa uang tersebut uang panjar sejumlah Rp. 10.000.000,00 tidak disita oleh penyidik untuk dijadikan sebagai barang bukti
dalam kasus ini. Hal ini tentu penting artinya, untuk membuktikan bahwa telah terjadi
penjualan ijazah oleh Terdakwa. Dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana KUHAP, Pasal 1
butir 6 disebutkan bahwa: “Penyitaan adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud dan tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan,
penuntutan dan peradilan.” Dalam hal benda-benda apa saja yang dapat disita, KUHAP menjelaskan
yaitu antara lain: 1
Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebahagian diduga diperoleh dari tindak pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana
Pasal 39 ayat 1 butir a ; 2
Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk mempersiapkannya Pasal 39 ayat 1 butir b;
3 Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan tindak
pidana Pasal 39 ayat 1 butir c;
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
4 Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan delik Pasal 39 ayat
1 butir d; 5
Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan Pasal 39 ayat 1 butir e;
Dengan demikian, seharusnya selain dari barang bukti yang telah diajukan di persidangan, yakni berupa: satu helai bendera merah putih, satu helai spanduk
ujian meja hijau, empat buah baju toga, dua buah medali, empat buah topi, satu buah palu, satu helai bendera pataka Universitas Generasi Muda Medan, satu helai
taplak meja hijau, satu lembar ijazah S-2 atas nama Sonang Butarbutar, satu buah buku register, satu buah stempel rektor Universitas Generasi Muda Medan, satu
buah bantalan stempel, juga turut pula uang panjar sebesar Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah yang telah diterima Drs. Togu Jainal Tolopan Sihite untuk
biaya pembuatan ijazah tanpa hak. Hal ini berkaitan dengan butir ke-5 Pasal di atas, bahwa uang tersebut mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana
yang dilakukan. Hal ini akan kelihatan ganjil jika melihat putusan terhadap Terdakwa
sebagaimana yang telah dicantumkan di atas, dimana selain pidana penjara selama enam bulan yang tidak perlu dijalani karena adanya masa percobaan, juga
terhadap Terdakwa dikenakan pidana denda sebesar Rp. 1.000.000,00 satu juta rupiah. Jika uang panjar tersebut tidak disita dari Terdakwa, maka denda sebesar
Rp. 1.000.000,00 satu juta rupiah tidak akan memiliki efek jera sebagaimana seharusnya sesuai dengan tujuan pemidanaan. Hal mana disebabkan karena
ditangan Terdakwa ada uang sejumlah Rp. 10.000.000,00 sepuluh juta rupiah
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
atau sepuluh kali lipat dari denda yang diberikan, hasil dari tindak pidana yang dilakukan.
Jika penyitaan dihubungkan dengan perampasan sebagai pidana tambahan, maka harus diperhatikan Pasal 39 KUHP yang menentukan bahwa yang dapat
dirampas ialah: 6
Barang-barang kepunyaan terpidana yang diperoleh karena kejahatan; 7
Barang-barang kepunyaan terpidana yang dengan sengaja telah dipakai untuk melakukan kejahatan.
Dengan ditetapkannya uang panjar tersebut sebagai barang bukti, terlepas dari fakta bahwa uang tersebut sebagai usaha Sonang Butarbutar untuk
meyakinkan penyamarannya, maka terhadap barang bukti tersebut dapat dirampas menurut ketentuan Pasal di atas. Dengan demikian pidana denda yang diberikan
kepada Terdakwa dapat lebih efektif. Hal lain yang perlu pula menjadi perhatian adalah putusan pengadilan
terhadap Terdakwa Prof. Drs. Djanter Siahaan, SH. Putusan ini menurut penulis dapat melukai perasaan hukum masyarakat karena ringannya pemidanaan. Selain
itu pula dianggap tidak efektif dalam upaya menanggulangi tindak pidana memberikan ijazah tanpa hak dengan hukum pidana.
Menurut penulis, putusan pidana penjara selama enam bulan bisa dikatakan pidana penjara singkat dan denda sebesar Rp. 1.000.000,00 satu juta
rupiah dan satu bulan kurungan bila denda tidak dibayar, tidak menimbulkan efek jera kepada terdakwa. Dimana bila dibandingkan sangat jauh dengan pidana yang
ditetapkan dalam Pasal 67 ayat 1 yakni pidana penjara paling lama sepuluh
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
tahun danatau pidana denda paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 satu miliar rupiah. Ditambah pula bahwa pidana penjara tersebut tidak perlu dijalankan
terdakwa dengan adanya masa percobaan selama sepuluh bulan. Hal ini kembali memberi bobot tersendiri, bahwa perlu ada perbaikan formulasi ketentuan pidana
dalam UU Sisdiknas dengan memberi batas pidana minimum yang relevan dan rasional sebagai pedoman bagi pertimbangan hakim.
Dalam bukunya M. Yahya Harahap mengemukakan sebagai berikut: “Memang benar, hakim dalam menjatuhkan berat ringannya hukuman
pidana yang akan dikenakan kepada terdakwa adalah bebas. Undang- undang memberi kebebasan kepada hakim untuk menjatuhkan pidana
antara hukuman “minimum” dan “maksimum” yang diancamkan dalam pasal pidana yang bersangkutan, sesuai dengan apa yang diatur dalam Pasal
12 KUHP. Namun demikian, titik tolak hakim menjatuhkan putusan pemidanaan, harus didasarkan pada ancaman yang disebutkan dalam pasal
pidana yang didakwakan. Terserah pada penilaiannya seberapa beratkah hukum pidana yang pantas dijatuhkan kepada Terdakwa sesuai dengan
berat ringannya kesalahan terdakwa dalam perbuatan tindak pidana yang dilakukannya. Sebagaimana yang dapat dilihat dalam berbagai putusan
Mahkamah Agung, antara lain putusan tanggal 17 Januari 1983 No. 553KPid1982, yang menegaskan bahwa “mengenai hukuman adalah
wewenang judex factie yang tidak tunduk pada kasasi, kecuali apabila judex factie menjatuhkan hukuman yang tidak diatur oleh undang-undang, atau
kurang memberikan pertimbangan tentang hal-hal yang memberatkan dan meringankan hukuman.”
65
Kalau melihat dari segi tujuan pemidanaan, seharusnya putusan pengadilan yang mengandung pemidanaan memberi efek jera bagi pelaku tindak pidana dan
membuat orang lain enggan untuk melakukan tindak pidana tersebut. Namun kemudian putusan ini malah berpotensi menjadi pertimbangan bagi orang yang
ingin melakukan tindak pidana yang sama, dalam hal ini yang seharusnya
65
M. Yahya Harahap, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Edisi Kedua, Sinar Grafika, Jakarta, 2002, h.333
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
mengurungkan niatnya, menjadi malah terpacu untuk melakukan tindak pidana yang sama, karena seandainya pun ketahuan dan diadili oleh majelis hakim
dengan tipe yang sama, maka akan dipidana dengan pidana penjara singkat enam bulan, itupun tidak perlu dijalani karena adanya masa percobaan sepuluh bulan.
Juga pidana denda yang tidak lebih besar dari keuntungan yang didapat dari tindak pidana dimana keuntungan tersebut berupa uang panjar yang tidak disita.
Berkaitan dengan pidana denda ini, Utrecht sebagaimana yang dikutip M. Hamdan, mengemukakan bahwa: “ilmu hukum pidana modern telah berpendapat
bahwa dalam hal-hal tertentu satu pidana denda yang berat adalah lebih baik dan lebih bermanfaat daripada satu hukuman penjara jangka pendek atau satu
hukuman kurungan jangka pendek Utrecht dengan mengutip pendapat Jonkers.
66
Dalam putusan ini pula, dapat dilihat dan dirasakan betapa perlunya ada sanksi administratif, berupa penutupan penyelenggaraanoperasional lembaga
pendidikan seperti Universitas Generasi Muda Medan. Dimana dalam kasus ini berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan bahwa tindak pidana
bukan hanya diakibatkan karena terdakwa memberikan ijazah kepada orang yang tidak berhak karena tidak mengikuti perkuliahan, dsb. Tetapi juga karena
lembaga pendidikan yang memberikan ijazah tersebut tidak mempunyai izin Dari pendapat ini, penulis berasumsi dalam kaitannya dengan kasus ini,
walaupun pidana penjara dirasakan kurang efektif untuk memperbaiki dan memberi efek jera pada pelaku, sebaiknya dapat dialihkan dengan memberi
pidana denda yang berat namun masih rasional.
66
M. Hamdan, Politik Hukum Pidana, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1997, h. 139.
Khairu Rizki : Analisa Kasustindak Pidana Memberikan Ijazah Tanpa Hak Studi Putusan PN Medan Reg. NO. 1932Pid.B2005PN.MDN, 2008.
USU Repository © 2009
penyelenggaraan pendidikan. Jadi sebagai suatu korporasi, lembaga pendidikan tersebut atau yang sejenis dapat dibebani pertanggungjawaban demikian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
B. Kesimpulan