Pengertian Lansia Karakteristik dan Tipe Lansia

32 Jadi dengan istilah lain bahwa wajib adalah adanya keharusan untuk melaksanakannya dan berdosa jika ditinggalkan. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Al Baqarah2:43 yang berbunyi         Artinya: “Dan dirikanlah shalat, dan keluarkanlah zakat, dan tunduklahrukuk bersama-sama orang- orang yang pada rukuk.” Dan dalam Surat Al Ankabut29:45 yang berbunyi :                          Artinya: “Bacalah Al-Qur‟an yang telah diwahyukan kepadamu dan dirikanlah sembahyang tetaplah mendirikan sembahyang. Sesungguhnya sembahyang itu mencegah kamu dari pekerti-pekerti buruk dan perbuatan yang munkar. Dan menyebut Allah shalat, sungguh lebih besar dari segala sesuatu. Dan Allah mengetahi apa yang kamu kerjakan”. Selanjutnya dalil dari Hadist yang bersumber dari Abdilah bin Umar sebagai berikut : “Islam itu dibina atas lima perkara : bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, menegakan sembahyang, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji, dan berpuasa bulan Ramadhan”. HR. Muslim. 49

D. Lansia

1. Pengertian Lansia

Usia lanjut merupakan usia yang mendekati akhir siklus kehidupan manusia di dunia. Usia tahap ini dimulai dengan usia 60 tahunan sampai 49 Ibid. 33 dengan akhir kehidupan. 50 Menurut Pasal 1 ayat 2, 3, 4 UU No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. 51

2. Karakteristik dan Tipe Lansia

a. Karakteristik Lansia Menurut Budi Anna Keliat, lansia memiliki karakteristik sebagai berikut : 1 Berusia lebih dari 60 tahun sesuai dengan Pasal 1 ayat 2 UU No. 13 tentang Kesehatan. 2 Kebutuhan dan masalah yang bervareasi dari rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif. 3 Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi. 52 b. Tipe Lansia Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental sosial dan ekonominya. Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut : 1 Tipe arif bijaksana Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah 50 Aliah. B. Purwakania Hasan, Psikilogi Perkembangan Islami: Menyingkap Rentang Kehidupan Manusia dari Prakelahiran hingga Pascakematia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008, h. 117. 51 R.Siti Maryam, dkk., Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika, 2008, h. 32. 52 Ibid. h. 33. 34 hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi panutan. 53 2 Tipe Mandiri Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, slektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman dan memenuhi undangan. 3 Tipe tidak puas Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik dan banyak menuntut. 4 Tipe pasrah Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama dan melakukan pekerjaan apa saja. 5 Tipe bingung Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh tak acuh. 54 Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen kebergantungan, tipe defensif bertahan, tipe militan dan serius, tipe pemarahfrustrasi kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu, serta tipe putus asa benci pada diri sendiri. Sedangkan bila dilihat dari tingkat kemandiriannya yang dinilai berdasrkan kemampuan untuk melakukan aktifitas sehari-hari indeks kemandirian Katz, para lansia dapat digolongkan menjadi beberapa tipe, yaitu lansia mandiri sepenuhnya, lansia mandiri dengan bantuan 53 Ibid. h. 34. 54 Ibid. 35 langsung keluarganya, lansia mandiri dengan bantuan secara tidak langsung, lansia dengan bantuan badan sosial, lansia di panti wreda, lansia yang dirawat di rumah sakit dan lansia dengan gangguan mental. 55 55 Ibid. 36

BAB III GAMBARAN UMUM BALAI PERLINDUNGAN SOSIAL DINAS SOSIAL

PROVINSI BANTEN

A. Sejarah Berdirinya

Tahun 1983 berdasarkan Keputusan Mentri Sosial RI No.06Huk1979 tanggal 28 Februari 1979 didirikan Sasana Tresna Wreda STW “Cipocok Jaya” berlokasi di Kelurahan Cipocok Jaya Kabupaten Serang, yang merupakan Unit Pelaksana Teknis UPT Departemen Sosial dengan sasaran pelayanan Lanjut Usia Terlantar. Pada tahun 1994 berdasrkan Surat Keputusan Mentri Sosial RI No.14 Tahun 1994 tanggal 23 April 1994 Sasana Tresna Wreda STW “Cipocok Jaya” Serang. Seiring dengan diberlakukannya Otonomi Daerah OTDA dan terbentuknya Provinsi Banten disertai penyerahan aset Departemen Sosial, maka berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Banten No. 40 Tahun 2002 tanggal 13 Desem ber 2002, Panti Sosial Tresna Wreda PSTW “Cipocok Jaya” Serang berganti nomenklatur menjadi “Balai Perlindungan Sosial” yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD Dinas Sosial dan Tenaga Kerja dengan sasaran pelayanan meliputi Lanjut Usia terlantar, Wanita Korban Tindak Kekerasan, Tuna Grahita, dan Balita terlantar. Sehubungan dengan berubahnya Sususnan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial dan Tenaga Kerja berubah menjadi Dinas Sosial sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2008 nama “Balai Perlindungan Sosial”