tajam pada tahun 2005 yakni sebesar 0,741 dari PDB, dimana pada tahun 2006 dan 2007 masing- masing adalah 0,9 dan 1,2 dari PDB.
4.4 Kebijakan Ekonomi Makro dan Keuangan
Dari sisi fiskal, pemerintah menerapkan APBN yang cukup baik yaitu dengan sedikit ekspansif walau masih sangat berhati-hati. Hal ini terlihat dari defisit RAPBN
tahun 2009 sebesar Rp 99,6 triliun atau 1,9 persen dari PDB Kompas 15 Agustus 2008, walau defisit APBN masih dapat ditolerir sampai angka 3 berdasarkan
golden rule . Pada tahun 2009 anggaran yang digunakan untuk belanja modal tercatat sebesar Rp 90,7 triliun lebih besar dari belanja barang sebesar Rp 76,4 triliun
Kompas 15 Agustus 2008. Total belanja pemerintah pada tahun 2009 meningkat menjadi sebesar Rp1.022,6 triliun yang diharapkan lebih berperan dalam
menstimulus ekonomi untuk mencapai target pertumbuhan di atas 6,5. Pemerintah juga pada tahun 2009 berencana untuk memberikan empat macam insentif fiskal
yaitu i Pembebasan atau pengurangan Pajak Penghasilan PPh Badan dalam jumlah dan waktu tertentu kepada investor yang merupakan industri pionir. ii Keringanan
Pajak Bumi dan Bangunan PBB, khususnya untuk bidang usaha tertentu pada wilayah atau kawasan tertentu. iii Pembebasan atau penangguhan Pajak
Pertambahan Nilai PPN atas impor barang modal atau mesin serta peralatan untuk keperluan produksi yang belum dapat diproduksi di dalam negeri selama jangka
waktu tertentu. iv Pemerintah mengubah perlakuan PPN atas sebagian barang kena
Universitas Sumatera Utara
pajak yang bersifat strategis dari yang semula ”dibebaskan” menjadi tidak dipungut atau ditanggung pemerintah.
Kondisi infrastruktur ekonomi Indonesia berada pada titik yang nadir. Kalau pada masa orde baru, kondisi infrastruktur Indonesia mengalami titik puncak, seiring
dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi infrastruktur yang ada sudah tidak lagi memadai. Belum lagi kondisi infrastruktur yang kualitasnya menurun seiring
berjalannya waktu.
4.5 Kebijakan Fiskal Analisis Kebijakan Fiskal
Kebijakan fiskal secara umum diarahkan pada empat sasaran utama a.
Menciptakan Stimulus Fiskal
Guna menciptakan stimulus fiskal dengan sasaran penerimaan manfaat yang
lebih tepat, pemerintah telah mengeluarkan peraturan-peraturan administratif dan menciptakan mekanisme penyaluran dana secara transparan.
b. Memperkuat Basis Penerimaan
Upaya memperkuat basis penerimaan ditempuh melalui perbaikan administrasi dan struktur pajak, ekstensifikasi penerimaan pajak dan bukan pajak, seperti
penjualan saham BUMN, penjualan asset BPPN. c.
Mendukung Program Rekapitalisasi Perbankan Upaya untuk menunjang program rekapitalisasi dan penyehatan perbankan
dilakukan dengan memasukkan biaya restruktursiasi perbankan ke dalam APBN.
Universitas Sumatera Utara
d. Mempertahankan Prinsip Pembiayaan Defisit Pemerintah tetap mempertahankan prinsip untuk tidak menggunakan
pembiayaan defisit anggaran dari bank sentral dan bank-bank di dalam negeri tetap pemerintah tetap mengupayakan pinjaman dari luar negeri, yang
diperboleh dari lembaga keuangan internasional seperti bank Dunia, ADB, dan OECF serta sejumlah negara sahabat secara bilateral, terutama dalam
kerangka CGI. Sampai dengan akhir 2003, arah perkembangan defisit anggaran dapat
dikatakan on track dan apabila kestabilan sosial, politik dan keamanan dapat dijaga, sasaran defisit untuk 2004-2007 dapat tercapai. Dengan APBN yang kurang lebih
seimbang, diharapkan memenuhi salah satu syarat utama dari keuangan negara yang sustainable.
Kebijakan belanja rutin didasarkan atas prinsip efesiensi tanpa mengurangi kualitas pelayanan kepada masyarakat, sedangkan kebijakan belanja pembangunan
didasarkan atas prinsip lebih mengutamakan belanja pembangunan untuk sektor- sektor strategis dan mempunyai dampak pengganda yang besar bagi perekonomian
nasional.
4.6 Kebijakan Bidang