Tipe Gempa Bumi Penyebab terjadinya Gempa Bumi

penyebabnya, baik bersumber dari alam maupun dari bantuan manusia artificial earthquakes. Selain disebabkan oleh sudden slip, getaran pada bumi juga bisa disebabkan oleh gejala lain yang sifatnya lebih halus atau berupa getaran kecil-kecil yang sulit dirasakan manusia. Getaran tersebut misalnya yang disebabkan oleh lalu- lintas, mobil, kereta api, tiupan angin pada pohon dan lain-lain. Getaran seperti ini dikelompokan sebagai mikroseismisitas getaran sangat kecil Geodesi-ITB, 2008.

2.3.1. Tipe Gempa Bumi

a. Gempa bumi vulkanik gunung api. Gempa bumi ini terjadi akibat adanya aktivitas magma, yang biasa terjadi sebelum gunung api meletus. Apabila keaktifannya semakin tinggi maka akan menyebabkan timbulnya ledakan yang juga akan menimbulkan terjadinya gempa bumi. Gempa bumi tersebut hanya terasa di sekitar gunung api tersebut Geodesi-ITB, 2008. b. Gempa bumi tektonik. Gempa bumi ini disebabkan oleh adanya aktivitas tektonik, yaitu pergeseran lempeng lempeng tektonik secara mendadak yang mempunyai kekuatan dari yang sangat kecil hingga yang sangat besar. Gempa bumi ini banyak menimbulkan kerusakan atau bencana alam di bumi, getaran gempa bumi yang kuat mampu menjalar keseluruh bagian bumi.

2.3.2. Penyebab terjadinya Gempa Bumi

Kebanyakan gempa bumi disebabkan dari pelepasan energi yang dihasilkan oleh tekanan yang dilakukan oleh lempengan yang bergerak. Semakin lama tekanan itu kian membesar dan akhirnya mencapai pada keadaan dimana tekanan tersebut Universitas Sumatera Utara tidak dapat ditahan lagi oleh pinggiran lempengan. Pada saat itu lah gempa bumi akan terjadi Geodesi-ITB, 2008. Gempa bumi biasanya terjadi di perbatasan lempengan lempengan tersebut. Gempa bumi yang paling parah biasanya terjadi di perbatasan lempengan kompresional dan translasional. Gempa bumi fokus dalam kemungkinan besar terjadi karena materi lapisan litosfer yang terjepit kedalam mengalami transisi fase pada kedalaman lebih dari 600 km Geodesi-ITB, 2008. 2.4. Manajemen Penanggulangan Bencana Pusat Penelitian Siaga Bencana IPB 2008, menyebutkan bahwa dalam manajemen penanggulangan bencana juga dikenal adanya dua mekanisme, yaitu: a. Mekanisme internal, yaitu pola penanggulangan bencana yang dilakukan unsur-unsur masyarakat di lokasi bencana, baik berupa keluarga, organisasi sosial, dan masyarakat lokal. b. Mekanisme eksternal, yaitu penanggulangan bencana dengan melibatkan unsur-unsur di luar unsur-unsur yang terlibat dalam mekanisme internal. Apabila diperhatikan, penanggulangan bencana saat ini umumnya menggunakan pendekatan konvensional dan dilakukan dengan mekanisme eksternal. Fase-fase dalam merespon adanya keadaan krisis dan berbagai masalah kesehatan setelah terjadinya suatu bencana meliputi fase-fase seperti dalam ‘Siklus Manajemen Disaster’. Siklus ini diawali dengan kegiatan yang dilakukan sebelum Universitas Sumatera Utara terjadinya bencana yang meliputi kegiatan dalam rangka pencegahan, mitigasi mengurangi dampak dari bencana dan kesiapsiagaan preparedness. Saat bencana terjadi dilakukan kegiatan tanggap darurat emergency response dan setelah itu dilakukan kegiatan rehabilitasi dan selanjutnya adalah kegiatan rekonstruksi. Adapun siklus manajemen bencana dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 2.1. Siklus Manajemen Bencana Sumber : WHO-WPR 2003 Bencana disaster merupakan fenomena yang terjadi karena komponen- komponen pemicu trigger, ancaman hazard, dan kerentanan vulnerability bekerja bersama secara sistematis, sehingga menyebabkan terjadinya risiko risk pada komunitas. Bencana terjadi apabila komunitas mempunyai tingkat kemampuan yang lebih rendah dibanding dengan tingkat ancaman yang mungkin terjadi padanya. Universitas Sumatera Utara Ancaman menjadi bencana apabila komunitas rentan, atau memiliki kapasitas lebih rendah dari tingkat bahaya tersebut, atau bahkan menjadi salah satu sumber ancaman tersebut. Tentu sebaiknya tidak dipisah-pisahkan keberadaannya, sehingga bencana itu terjadi dan upaya-upaya peredaman risiko itu dilakukan. Bencana terjadi apabila masyarakat dan sistem sosial yang lebih tinggi yang bekerja padanya tidak mempunyai kapasitas untuk mengelola ancaman yang terjadi padanya. Ancaman, pemicu dan kerentanan, masing-masing tidak hanya bersifat tunggal, tetapi dapat hadir secara jamak, baik seri maupun paralel, sehingga disebut bencana kompleks. Bencana dalam kenyataan keseharian menyebabkan: 1 Berubahnya pola-pola kehidupan dari kondisi normal 2 Merugikan harta benda jiwa manusia, 3 Merusak struktur sosial komunitas 4 Memunculkan lonjakan kebutuhan pribadi komunitas. Oleh karena itu bencana cenderung terjadi pada komunitas yang rentan, dan akan membuat komunitas semakin rentan. Kerentanan komunitas diawali oleh kondisi lingkungan fisik, sosial dan ekonomi yang tidak aman yang melekat padanya. Kondisi tidak aman tersebut terjadi oleh tekanan dinamis internal maupun eksternal, misalnya di komunitas institusi lokal berkembang dan ketrampilan tepat guna tidak dimiliki. Universitas Sumatera Utara

2.5. Mengurangi Risiko Bencana