Metode Tafsir Ibn Katsîr Corak Tafsir Ibn Katsîr

berhati-hati dan menjaga diri apabila dia merujukkan riwayat tafsir kepada kitab kodifikasi, sekalipun menguasai periwayatan. Hal ini tidak masalah karena memang penekanan penulisan tafsir ma’tsûr pada masa muta’akhkhirûn adalah pada selektifitas atau perhatian dan kepedulian pada nilai riwayat. Dikategorikan dalam sumber riwayah karena dalam tafsir ma’tsûr sumber tersebut dikenal sebagai sumber riwayah, dan dulu, masa mutaqaddimûn, penafsiran dengan diriwayatkan sebagaimana diriwayatkannya hadis oleh para periwayatnya secara tahammul dan ‘ada’. b. Sumber Dirayah Ijtihad Ibn Katsîr Ketika Menjelaskan Yang dimaksud sumber dirayah adalah pendapat yang telah dikutip oleh Ibn Katsîr dalam penafsirannya. Sumber ini selain dari kitab-kitab kodifikasi pada sumber riwayah, juga kitab-kitab tafsir dan bidang selainnya dari para ulama’ muta’akhkhirûn sebelum atau seangkatan dengannya. Terdapat pula pada sumber ini karya ulama’ mutaqaddimûn. Hal ini merupakan bukti keterbukaan Ibn Katsîr terhadap karya-karya dari ulama’ muta’akhkhirûn yang berorientasi ra’y. maksudnya, dia tidak membatasi diri pada kutipan karya Tafsir ma’tsûr saja, namun juga memasukkan pendapat para ulama’ tafsir yang lahir dari pengaruh perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dalam Islam.

2. Metode Tafsir Ibn Katsîr

Al-Farmawi, membagi metode tafsir yang selama ini dipakai ulama’ menjadi empat metode, yaitu: 1. Metode tahliliy; 2. Metode ijmaliy; 3. Metode muqaran; dan 4. Maudhu’iy. 34 Dari pembagian di atas, Tafsir Ibn Katsîr menunjuk kepada metode tahliliy, suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat al- Qur’ân dan seluruh aspeknya. Mufassir mengikuti susunan ayat sesuai mushhaf tartib mushhafi, mengemukakan arti kosakata, penjelasan arti global ayat, mengemukakan munasabah dan membahas sabab an-nuzul, disertai Sunnah Rasul, pendapat sahabat, tabi’un dan pendapat penafsir itu sendiri dengan diwarnai oleh latar belakang pendidikannya, dan sering pula bercampur baur dengan pembahasan kebahasaan dan lainnya yang dipandang dapat membantu memahami nash al-Qur’ân tersebut. 35

3. Corak Tafsir Ibn Katsîr

Sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan sebelumnya, bahwa Tafsîr Ibn Katsîr bercorak mat’sûr, karena dikategorikan dalam sumber riwayah yang mempunyai pengertian bersumber pada: al-Qur’ân, Sunnah, pendapat sahabat dan pendapat tabi’in. Kategorisasi ini hanyalah menunjukkan dominasi sumber- sumber tersebut, tanpa menafikan sumber-sumber lain. Sumber-sumber lain dalam Tafsîr Ibn Katsîr, diantaranya berkaitan dengan nusansa tafsir tersebut. Sumber-sumber yang dimaksud adalah Isrâ’iliyyât dan ra’y. Isrâ’iliyyât perlu dipertegas sebagai salah satu sumber karena terdapat bukti adanya pemakaiannya, baik pada masa sahabat, ulama’ mutaqaddimân dan 34 ‘Abd Al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhû’I, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996, cet. Ke-2, h. 10-11. 35 al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhû’I, h. 12. muta’âkhkhirân, sebagai sumber tafsir. Juga, Isrâ’iliyyât nampak dijadikan sumber tafsir oleh Ibn Katsîr, kendatipun tidak dimasukkan dalam strata sumber- sumber tafsir yang ditulis pada muqaddimah. Ra’y atau ijtihad sebagai sumber tafsir telah dipakai di kalangan sahabat, tabi’in, dan ulama’ berikutnya. Kemudian, ra’y mempunyai peran besar dalam sebuah penafsiran, apa pun coraknya. 36 Tafsir Ibnu Katsîr disepakati oleh para ahli termasuk dalam kategori tafsir bi al-ma’tsur. Kategori atau corak ma’tsur, yaitu penafsiran ayat dengan ayat; penafsiran ayat dengan hadîs Nabi saw, yang menjelaskan makna sebagian ayat yang dirasa sulit; atau penafsiran dengan hasil ijtihad para sahabat; atau penafsiran ayat dengan hasil ijtihad para tabi’un. 37 Para ahli yang menetapkan corak ma’tsur, antara lain Manna’ Khalil al- Qaththan, az-Zarqanî, adz-Dzahabî, al-Farmawi, Hasbi ash-Shiddieq ŷ, dan Shubhi ash-Shalih. 38 Penetapan ini karena yang mendominasi dalam Tafsir Ibn Katsîr adalah penafsiran dengan unsur-unsur atsar, sebagaimana definisi di atas. Penetapan dari penilaian para ulama’ ini, menjadikan sumber ma’tsur bagi tafsir tersebut. Adapun unsur atsar yang mendominasi sumber tafsir ini, yaitu: a. Penafsiran al-Qur’ân dengan al-Qur’ân; b. Sunnah Hadîs; c. Pendapat sahabat; d. Pendapat Tabi’un. 36 Maswan, Kajian Diskriptif Tafsir Ibn Katsîr, h. 89. 37 al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhû’I, h. 13. 38 ash-Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-Qur’ânTafsir, h. 250.

4. Karakteristik Tafsir Ibn Katsîr