memenuhi permintaan klien. Berdasarkan pada teori locus of control, bahwa perilaku auditor dalam situasi konflik akan dipengaruhi oleh karakteristik locus of controlnya. Individu dengan
internal locus of control akan lebih mungkin berperilaku etis dalam situasi konflik audit
dibandingkan dengan individu dengan eksternal locus of control. Jones dan Kavanagh 1996 melakukan eksperimen untuk menguji pengaruh variabel
locus of control terhadap keinginan berperilaku tidak etis yang ditunjukkan dengan
memperbesar laporan jumlah biaya perjalanan. Pada eksperimen pertama hasilnya mendukung hipotesis yang diajukan yaitu individu dengan eksternal locus of control
cenderung memperbesar biaya perjalanan. Namun pada eksperimen kedua, hasilnya tidak ada pengaruh yang signifikan atas locus of control terhadap kecenderungan perilaku tidak etis.
Trevino 1986 seperti yang dikutip oleh Muawanah dan Indriantoro 2001 menyatakan bahwa variabel perbedaan individual atau variabel personalitas seperti locus of
control dapat berinteraksi dengan kesadaran etis untuk mempengaruhi perilaku dalam dilema
etis. Jadi hubungan antara locus of control dengan perilaku auditor bisa tergantung pada kesadaran etis auditor.
G. Kesadaran etis
Etika ethics mengacu pada sistem atau kode perilaku berdasarkan tugas dan kewajiban moral yang mengindikasikan bagaimana seorang individu harus bertindak atau
berperilaku dalam masyarakat Messsier Williams et. al, 2005. Apabila seorang auditor melakukan tindakan-tindakan yang tidak etis, maka hal tersebut akan merusak kepercayaan
masyarakat terhadap profesi auditor itu Khomsiyah dan Indriantoro, 1998. Kode etik profesi akuntan disusun dengan tujuan dapat menjadi pedoman bagi profesi
akuntan untuk menempatkan objektivitas nilai-nilai dalam profesi akuntansi untuk menjaga
profesionalisme anggotanya. Dalam rerangka kode etik akuntan, salah satu prinsip etika yang mendasari etika seorang auditor adalah independensi. Independensi merupakan batu penjuru
dalam struktur philosofi profesi akuntan. Nilai dari pengauditan tergantung besarnya persepsi publik terhadap independensi auditor, sehingga tidak mengherankan jika independensi
merupakan hal utama dalam kode etik profesi akuntan. Independensi merupakan salah satu nilai etis yang dijabarkan secara tertulis bagi seorang auditor sebagai panduan agar dapat
selalu berperilaku etis. Etika berkaitan erat dengan independensi dan integritas moral diri seorang akuntan.
Etika melibatkan suatu sistem prinsip-prinsip moral dan ketaatan terhadap peraturan-peraturan tentang profesi akuntan dengan para kliennya, rekan seprofesinya dan masyarakat.
Banyak penelitian yang telah mengulas tentang etika dari sudut pandang yang berbeda, Rest dalam Muawanah dan Indriantoro 2001, menyatakan bahwa pemahaman
kesadaran moral merupakan bagian dari kapasitas keseluruhan individual untuk mererangka dan memecahkan masalah-masalah etika. Trevino dalam Muawanah dan Indriantoro 2001,
menyatakan bahwa tahapan pengembangan kesadaran moral individual menentukan bagaimana seorang individu berpikir tentang dilema etis, proses memutuskan apa yang benar
dan apa yang salah. Pertimbangan moral berkembang dari waktu ke waktu dan merupakan suatu fungsi
dari usia, pendidikan, dan kompleksitas pengalaman. Lawrence Kohlberg telah mengusulkan bahwa pengembangan moral memiliki enam tahapan yang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan
alasan moral yaitu sebagai berikut Messsier Williams et. al, 2005: a. Prekonvensional
Pada tingkat prekonvensional, individu dipautkan dengan dirinya sendiri. Aturan ditentukan secara eksternal pada individu.
Tahapannya terdiri dari: 1 Tindakan individu dipertimbangkan dalam hal konsekuensi fisiknya, seperti
penghindaran hukuman. 2 Individu memerhatikan kebutuhan orang lain, tetapi pemenuhan kebutuhan individu
merupakan motivasi dasar untuk bertindak. b. Konvensional
Pada tingkat konvensional, individu mampu untuk melihat situasi dari sudut pandang orang lain seperti keluarga, kelompok sejawat, atau bangsa. Tahapannya terdiri dari:
1 Individu berupaya untuk menyesuaikan diri dengan norma kelompok. Pandangan orang lain terhadap situasi juga dipertimbangkan, dan konflik diselesaikan melalui
penggunaan norma ini. 2 Individu dipersoalkan tentang perintah dalam masyarakat dan peraturan sebagai
pedoman dalam situasi konflik. c. Pascakonvensional
Pada tahap pascakonvensional, hukum dan peraturan masyarakat dipertanyakan dan ditentukan kembali dalam hal prinsip moral universal. Tahapannya terdiri dari:
1 Individu memandang kontrak sosial dan kewajiban mutual sebagai sesuatu yang penting. Perbedaan dalam situasi konflik diselesaikan dengan adil dan dengan
pertimbangan kepentingan setiap orang. 2 Individual mendasarkan tindakan pada prinsip moral dan etika universal seperti
keadilan, persamaan dan martabat yang diterapkan ke seluruh individu dan kelompok. Kesadaran etis memainkan peran kunci dalam semua area profesi akuntansi. Akuntan
secara terus menerus berhadapan dengan dilema etika yang melibatkan pilihan antara nilai- nilai yang bertentangan. Auditor akan menjumpai masalah ketika harus melaporkan temuan-
temuan yang mungkin tidak menguntungkan dalam penilaian kinerja manajemen atau obyek audit yang dilakukannya. Akuntan berhadapan dengan konflik etika yang harus secara terus
menerus melakukan trade off antara kerugian dan manfaat pada dirinya sendiri, pada pihak lain dan pada masyarakat secara keseluruhan. Tidak jarang dalam setiap terjadi konflik
kepentingan, etika sering tergolong elemen non value added dimata klien, bahkan sering juga berbenturan dengan kepentingan klien, sehingga etika dapat menjadi luntur pada saat harus
mengambil keputusan. Karena pertimbangan profesional berlandaskan pada nilai dan keyakinan individu, kesadaran moral memainkan peran penting dalam pengambilan
keputusan akhir Muawanah dan Indriantoro, 2001. Untuk kalangan profesional, di mana pengaturan etika dibuat untuk menghasilkan
kinerja etis yang memadai maka kemudian asosiasi profesi merumuskan suatu kode etik. Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi eksistensi profesi dan
sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas kinerja yang paling baik bagi masyarakat
Ludigdo 2006. Sedangkan Rand dalam Ludigdo 2006 berpendapat keberadaan etika profesi dapat dijadikan panduan bagi kalangan profesi dalam menghadapi suatu dilema.
Apabila para akuntan tersebut melanggar kode etik profesi tersebut maka dapat diberikan sanksi psikologik yaitu diasingkan dari pergaulan lingkungan profesi yang bersangkutan.
Semua profesi mempunyai suatu standar kode etik masing-masing sesuai dengan ciri- ciri dari profesi yang telah disebutkan. Sedangkan akuntan sebagai suatu profesi, terikat pada
ketentuan organisasi Institut Akuntan Publik Indonesia IAPI. Seorang akuntan profesional harus menaati peraturan dan kode etiknya dalam setiap
perilakunya. Karena hal tersebut dapat berpengaruh pada kualitas jasa yang mereka berikan.
Sedangkan kepercayaan masyarakat akan profesionalisme seorang akuntan publik sangat bergantung pada kualitas jasa yang mereka berikan kepada masyarakat.
Para akuntan dapat dijatuhi sanksi apabila melakukan pelanggaran terhadap kode etik berupa : 1 Peringatan Tertulis, 2 Teguran tertulis, 3 Skorsing sementara dan 4
Pemecatan.
H. Perilaku Auditor dalam Situasi Konflik Audit