Kejayaan Umat Islam Masa Kenabian

b. Kejayaan Umat Islam Masa Kenabian

Kelahiran Nabi Muhammad saw., pada 570 M. merupakan titik terang sejarah peradaban gemilang kemanusiaan secara keseluruhan. Dilahirkan di Makkah sebuah

kota, bukan sekedar desa kecil sesuai dengan nama yang disandangkan al-Qur’an kepada kota ini Ummu al-Qurâ, 35 dalam firman-Nya,

Demikianlah Kami wahyukan kepadamu al-Qur'an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya. (QS. asy-Syûra (42) :7)

dan demi kota (Mekah) ini yang aman. (QS. At-Tîn (95) : 3)

Secara geografis, politis, dan kebudayaan, Makkah sebagai sebuah kota sahara sudah mempunyai hubungan dengan dunia luar. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

kesamaan kisah yang tersebar dimasyarakat Makkah dengan tempat-tempat lainnya. 36

34 Nasaruddin Umar, Argumen Kesetaraan Jender, Perspektif al-Qur ’ an, Jakarta, Paramadina, 2001, cet. II, h. 104

35 As-Sayyid Abi al-Hasan ‘Ali al-Hasani an-Nadawi, as-Sîrah an-Nabawiyah, Jiddah, Dâr as-Surûq, 1977, cet. 1, h. 58

36 Ahmad Amin, Fajru al-Islâm, Cairo, Syirkah ath-Thabâ‘ah al-Fanniyah, 1975, cet. 11, h. 68

Ini juga dapat dipahami dari tuduhan kaum musyrik terhadap Nabi, bahwa al-Qur’an

adalah dongengan belaka,

Dan mereka berkata: "Dongengan-dongengan orang-orang dahulu, dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang." (QS. Al-Furqân (25) : 5)

Penduduk kota ini menggantungkan hidup kepada perniagaan dan telah menggunakan mata uang Byzantium Romawi dan mata uang Parsi Sasaniyah, disamping menggantungkan hidup kepada pengembalaan dan sedikit pertanian. 37

Masyarakat jahiliyah merupakan sifat dari penduduk kota ini, jahil yang dimaksud tentunya bukan jahil kebalikan dari pengetahuan, akan tetapi lebih pada keterbelakangan akidah dan pemikiran, keterbelakangan akan syariat dan hukum, keterbelakangan dalam adat istiadat dan hubungan sosial, serta keterbelakangan

politik dan kepemimpinan 38 . Hal ini dapat kita pahami dari kata-kata jahiliyyah yang kesemuanya kita dapatkan dalam al-Qur’an pada surah-surah periode Madinah. Al-

Qur’an menyebutkannya dalam empat tempat, pada setiap penyebutan menunjukkan kepada pengertian yang berbeda. 39

Ketika Muhammad saw., mendeklarasikan dakwahnya diatas bukit Shafa,

37 As-Sayyid Abi al-Hasan ‘Ali al-Hasani an-Nadawi, Op. Cit. h. 63 38 Shalah ‘Abdu al-Fattâh al-Khâlidi, at-Tafsîr al-Maudlû ’ î, Baina an-Nazhariyah wa ath- Thatbîq , Yordan, Dâr an-Nafâis, 1997, cet. 1, h. 172

Sesungguhnya aku adalah pemberi peringatan dari Zat Yang siksa-Nya sangat pedih

Seruan ini merupakan pemisah, antara masa lalu yang suram ke masa depan yang cerah, antara kegelapan jahiliyah menuju kebenderangan Islam. Rintangan dan halangan dengan segenap kekuatan jahiliyah, segera menghadang pencerahan ini. Nabi menghadapi hambatan yang bukan saja bersifat mental, tetapi juga bersifat fisik.

Beliau di ejek, dihina, di cemooh, dan di sakiti. Untuk menyelamatkan iman sejumlah Muslimin Makkah, pada tahun kelima dari tugas kenabian, mereka hijrah ke Ethiopia ( Habasyah). Beliau mengahapi semua cobaan dengan segala ketegaran, beliau pernah melontarkan kalimat terkenal ini kepada pamannya,

Wahai pamanda, sungguh!? Sekiranya mereka memberiku matahari di tangan kananku, bulan di tangan kiriku, agar aku meninggalkan urusan ini, sekali-kali aku tiada akan meninggalkannya sampai Allah memenangkanku atau aku mati karenanya.

Dengan penuh keyakinan sejak gerakan dakwah dimulai, akan pertolongan Allah untuk memuliakan agama ini dan memberikan kejayaan kepada penganutnya,

40 Ahamad Ibn Ali Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fathu al-Bâri, Beirut, Dâru al-Kutup al-‘Ilmiyah, 1997, cet. 2, Juz 8, h. 7420, No. 4770

41 Abu al-Fidâ’ ‘Imâdu al-Dîn Ibn Katsîr, al-Bidâyah wa an-Nihâyah, Cairo, Dâr al-Fikr al- ‘Arabi, 1990, cet 1 jilid 2, h. 52 41 Abu al-Fidâ’ ‘Imâdu al-Dîn Ibn Katsîr, al-Bidâyah wa an-Nihâyah, Cairo, Dâr al-Fikr al- ‘Arabi, 1990, cet 1 jilid 2, h. 52

Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik. Sesungguhnya Kami memelihara kamu daripada (kejahatan) orang-orang yang memperolok-olokkan (kamu). (QS. Al-Hijr (15) : 94-95)

Setelah tiga belas tahun dari dimulainya dakwah di Makkah, dengan segala macam rintangan dan siksaan, Allah mengizinkan Rasul dan kaum muslimin

berhijrah. Pada malam berhijrah meninggalkan Makkah menuju Yastrib yang kemudian berubah dengan nama Madinah, rumah beliau juga sempat di kepung oleh jawara-jawara beringas utusan setiap suku.

Hijrah Rasulullah memberi makna penting dan hikmah besar bagi perkembangan penyiaran Islam. Hal ini dicapai sebagai hasil perubahan peranan taktik dan strategi, ketika beliau masih di Makkah dengan ketika sudah di Madinah. Ketika berada di Makkah beliau hanya berperan sebagai Rasul penyampai wahyu dengan menyeru individu perindividu. Isi pesan yang disampaikan pada umumnya adalah masalah-masalah akhirat, eskatologik, tentang harapan memperoleh balasan kenikmatan bagi yang beriman dan berbuat baik, dan ancaman siksa bagi yang tidak beriman dan berbuat jahat. Jalan penyiaran Islam di Makkah sangat lamban. Dari jumlah sedikit orang-orang Makkah yang memeluk Islam, hanya beberapa orang saja Hijrah Rasulullah memberi makna penting dan hikmah besar bagi perkembangan penyiaran Islam. Hal ini dicapai sebagai hasil perubahan peranan taktik dan strategi, ketika beliau masih di Makkah dengan ketika sudah di Madinah. Ketika berada di Makkah beliau hanya berperan sebagai Rasul penyampai wahyu dengan menyeru individu perindividu. Isi pesan yang disampaikan pada umumnya adalah masalah-masalah akhirat, eskatologik, tentang harapan memperoleh balasan kenikmatan bagi yang beriman dan berbuat baik, dan ancaman siksa bagi yang tidak beriman dan berbuat jahat. Jalan penyiaran Islam di Makkah sangat lamban. Dari jumlah sedikit orang-orang Makkah yang memeluk Islam, hanya beberapa orang saja

Berbeda dengan ketika di Makkah, setibanya di Madinah, peranan Nabi tidak hanya sebagai seorang penyeru semata, tetapi juga sebagai seorang pemimpin masyarakat dan sekaligus kepala negara. Maka secara bersamaan dalam fungsi sebagai Rasul Allah, beliau tidak lagi menyeru perindividu tetapi perkolompok. Sasaran yang ingin dicapai adalah terbentuknya satu masyarakat bernegara.

Semenjak Rasul dan kaum muslimin menetap di Madinah, sejak itulah

dimulai masa awal kejayaan Islam dan umatnya. Kaum muslimin mempunyai negara, dan untuk agama ini ada pembelanya. 43 Pertempuran bersenjata antara kebenaran dan

kebatilan tidak dapat dihindari. Kemenangan kaum musliman dalam Perang Badar

yang terjadi pada 17 Ramadhan 2 H, 45 pelajaran pada Perang Uhud 7 Syawal 3 H, dan Perang Ahzâb pada akhir Syawal hingga Dzul Qa’dah 5 H, yang mana seluruh

politeis Arab bersatu menyerang Madinah. Mengakibatkan kaum muslimin tidak tidur kecuali dengan menyanding senjata, disebabkan rasa kwatir yang sangat, sebagaimana digambarkan al-Qur’an,

42 Nourouzzaman Shiddiqi, Jeram-Jeram Peradaban Muslim, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1996, cet. 1, h. 84

43 Muhammad as-Sayyid Muhammad Yusuf, at-Tamkîn lil al-Ummah al-Islamiyah, fi Dlau ’ i al-Qur ’ ân al-Karîm , Cairo, Dâr as-Salâm, 1997, cet. 1. h. 14

44 Shafiyu ar-Rahmân al-Mubârakfûri, al-Ra ħ îqi al-Makhtûm, bahstun fî as-Sîrah an- Nabawiyyah , Cairo, Dâr at-Tauzî’ wa an-Nasyr al-Islâmi, 1996, 190. Tidak disebutkan secara rinci

pertempuran-pertempuran yang terjadi, hanya menyebutkan yang paling menentukan dalam sejarah

45 Ibid, h. 255 45 Ibid, h. 255

purbasangka. Di situlah diuji orang-orang mukmin dan digoncangkan (hatinya) dengan goncangan yang sangat. (QS. Al-Aħzâb (33) : 10-11)

Sehingga sempat terlontar keluhan dari mereka, kapan tiba saatnya kita hidup dalam kedamaian, tidak ada yang kita takuti kecuali Allah swt ? Seorang sahabat ra., juga bertanya ; Wahai Rasulullah, akankah kita begini terus, dalam ketakutan ? Kapan ada saat aman, yang kita dapat meletakkan senjata sebentar ? Rasulullah menjawab ;

Bersabarlah kalian sebentar, hingga ada diantara kalian yang duduk diatas singgasana agung, yang disitu tiada gemerincing senjata. Kemudian Allah menurunkan firman- Nya,

Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang

Janji Allah benar adanya, pasukan ahzab kafirin dikalahkan-Nya, tanpa ada pertempuran yang berarti dengan kaum muslimin,

Dan Allah menghalau orang-orang yang kafir itu yang keadaan mereka penuh kejengkelan, mereka juga tidak memperoleh keuntungan apapun. Dan Allah menghindarkan orang-orang mu'min dari peperangan. Dan adalah Allah Maha

Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. Al-Aħzâb (33) : 25)

Setelah tercerai-berainya pasukan musyrik Arab, dimulailah babak baru dari kejayaan umat Islam, seperti yang ditegaskan oleh Nabi saw., pasca Khandaq, sekarang kita yang akan menyerang mereka, sedang mereka tidak akan mampu lagi

untuk menyerang kita. 47 Dakwah Islamiyah menemukan jati dirinya yang tidak saja terkungkung

dalam Jazirah Arab, akan tetapi Islam yang universal. Nabi mengirimkan Surat Dakwah Islamiyah kepada raja-raja dan para penguasa. Kaisar Romawi di barat,

Persia di timur dan pemimpin-pemimpin lainnya. 48 Manusia berbondong-bondong memeluk agama Allah ini. Makkah al-

Mukarramah tempat kelahiran Islam juga telah dibebaskan dari kungkungan

46 Abu al-Hasan Ali Ibn Ahmad al-Wâhidi, Asbâbu an-Nuzûl , Cairo, al-Mutanabbi, tth, h. 186

47 Ahamad Ibn Ali Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fathu al-Bâri, Op. Cit. Juz, 7. h. 505, No. 4109- 4110

48 As-Sayyid Abi al-Hasan ‘Ali al-Hasani an-Nadawi, Op. Cit. h. 233-234 48 As-Sayyid Abi al-Hasan ‘Ali al-Hasani an-Nadawi, Op. Cit. h. 233-234

berhala-berhala yang mengelilinginya sambil berucap,

"Yang benar telah datang dan yang bathil telah lenyap". Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap.(QS. Al-Isrâ’ (17) : 81)

"Kebenaran telah datang dan yang batil itu tidak akan memulai dan tidak (pula) akan mengulangi"(QS. Saba’ (34) : 49) 50

Allah swt., menurunkan pengesahan kesempurnaan agama Islam, dengan berfirman pada saat Haji Wada’

Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku- cukupkan kepada kalian ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagi kalian. (QS. Al-Mâidah (5) : 3)

Kejayaan Umat Islam masa kenabian tidak dicapai dalam sekejap mata, ia dicapai dengan kerja keras dan penuh pengorbanan. Hal ini dapat dilihat dengan jelas ketika Nabi dan Kaum Muslimin hijrah ke Madinah, yang merupakan babak baru dari cikal kejayaan. Ada tiga langkah awal yang dikerjakan oleh Nabi setiba di Madinah sebagai pilar-pilar perjuangannya, antara lain adalah : Pertama, mendirikan masjid sebagai pusat kegiatan dakwah dan sentra pengembangan kebudayaan, pusat

49 Shafiyu ar-Rahmân al-Mubârakfûri, Op. Cit. h. 377 50 Ahamad Ibn Ali Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fathu al-Bâri, Op. Cit. Juz, 8. h. 5100, No. 4720 49 Shafiyu ar-Rahmân al-Mubârakfûri, Op. Cit. h. 377 50 Ahamad Ibn Ali Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fathu al-Bâri, Op. Cit. Juz, 8. h. 5100, No. 4720

Bertasbih kepada Allah di masjid-masjid yang telah diperintahkan untuk dimuliakan dan disebut nama-Nya di dalamnya, pada waktu pagi dan waktu petang, laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang. (QS. An-Nûr (33) : 36-37)

Maka setiba di Quba, Nabi meminta agar dibangun sebuah masjid. Dalam pelaksanaan pembangunan masjid beliau memberikan teladan kebersamaan dengan turut mengangkut tanah. Ketika kemudian beliau diminta berdiam di dalam kota Madinah, masjid juga yang pertama kali dibangun. Tindakan ini mengandung makna bahwa pembinaan moral dan ketaqwaan adalah yang pertama harus dilakukan.

Kedua, Mempersaudarakan sesama Muslim, antara Anshâr dan Muhajirin berdasarkan tali ikatan agama tanpa ada perbedaan derajat baik karena darah maupun karena suku. Rasa persaudaraan haruslah ibarat sesosok tubuh yang jika ada satu anggota tubuh terkena penyakit maka seluruh tubuh merasakannya,

Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka .(QS. al-Fath (48) : 29)

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh. (QS. Ash-Shaff (61) : 4)

Ketiga, Membangun sebuah masyarakat bernegara yang didukung oleh seluruh penduduk Madinah dan sekitarnya tanpa memandang asal keturunan dan

agama yang dianut. Masyarakat bernegara ini diikat dalam tali kepentingan dan cita- cita bersama, yang harus ditegakkan, dibangun, dan dibela bersama-sama. Setiap

warga negara dituntut untuk mentaati kesepakatan yang dibuat bersama ini. Kesepakatan tersebut terekam dalam satu piagam yang dikenal dengan Shuhuf

Madinah 51 atau Piagam Madinah. Piagam Madinah memperlihatkan secara jelas pendukungnya adalah masyarakat majemuk, baik ditinjau dari asal keturunan, budaya

maupun agama. Di dalamnya terdapat Arab Muslim, Yahudi dan Arab Non Muslim. 52 Negara yang dibangun oleh Nabi berdasarkan Piagam Madinah, yang semula

hanya berbentuk sebuah negara kota dalam waktu singkat tidak sampai satu dekade telah berkembang menjadi satu negara yang batas wilayahnya mencakup seluruh Jazirah Arab. Penduduk Jazirah Arab yang sebelumnya tidak diperhitungkan, tidak tercatat dalam sejarah, terlahir kemudian menjadi pelaku-pelaku sejarah dengan prestasi-prestasi gemilang. Mereka yang dahulu dalam kejahiliyyahan dan kegelapan kini menjadi pembawa obor penerang dunia. Memang hal ini adalah prestasi luar

51 Bunyi Piagam berikut pembahasannya dapat dijumpai dalam terbitan desertasi , Ahmad Sukardja, Piagam Madinah dan Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta, Universitas Indonesia, 1995, h.

47-57 52 Nourouzzaman Shiddiqi, Op. Cit. h. 85 47-57 52 Nourouzzaman Shiddiqi, Op. Cit. h. 85

bukan karena wahyu dan kenabian. Namun bagaimanapun, setiap Nabi adalah sebuah teladan utuh dari Yang Maha Pencipta. Nabi yang juga dari golongan manusia diutus untuk kita adalah untuk dicontoh dan diteladani, sebagai jalan keberhasilan dan kejayaan kini dan di sini, bahagia nanti dan disana, Allah menegaskan keberadaan mereka,

Sesungguhnya pada mereka itu (Ibrahim dan Nabi lainnya) ada teladan yang baik bagi kalian; (yaitu) bagi orang yang mengharap (pahala) Allah dan (keselamatan pada) Hari kemudian. Dan barangsiapa yang berpaling, maka sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Kaya lagi terpuji. (QS. Al- Mumtahanah (60) : 6)

Kepemimpinan Rasulullah dalam mempersatukan kabilah-kabilah yang terpecah-pecah, bangsa yang tanpa prestasi budaya, menjadi suatu masyarakat yang beriman dan bertaqwa serta berprestasi cemerlang layak untuk dikaji. Kepemimpinan beliau selain karena tuntunan, bantuan dan perlindungan Allah swt., ada beberapa kunci sukses dan kerja keras yang dapat di kemukakan dan wajib di teladani oleh

umatnya, agar juga meraih kejayaan. 54 Kunci-kunci meraih kejayaan tersebut antara lain adalah sebagai berikut ; Pertama, akhlaq Nabi yang terpuji tanpa cela. Sejak

53 Muhammad Farij Wajdi, Min Ma ‘ âlimi al-Islâm , Cairo, al-Hai’ah al-‘Ammah li al-Kitâb, 2000, h. 69

54 Nourouzzaman Shiddiqi, Op. Cit. h. 102 54 Nourouzzaman Shiddiqi, Op. Cit. h. 102

bersanding penuh daya vitalitas, jujur dan berakhlaq mulia tidak mementingkan diri sendiri ataupun sukunya. Sejak muda Muhammad saw., telah mendapat julukan al- Amîn, karena kejujurannya. Bahkan ketika beliau mengumandangkan dakwahnya diatas Bukit Shafa semua pembesar Quraisy termasuk Abu Lahab bersaksi kalau Nabi selalu benar dalam perkataan dan perbuatan. Namun setelah beliau memberitakan

kerasulannya, Abu Lahab malah mendengki dan merintangi dakwah Nabi saw. 55

Kedua, Karakter Rasulullah saw tahan uji, tangguh, ulet, sederhana dan bersemangat baja. Meskipun sejak dilahirkan sudah dalam keadaan yatim dan terlahir dari kalangan suku yang terkemuka sekaligus cucu dari pimpinan suku, namun beliau tidak hidup dalam keadaan manja atau menggantungkan hidup pada belas kasih orang

lain. Nabi pernah menggembala kambing untuk menyambung hidup 56 . Pengalaman hidup penuh perjuangan telah membuat diri beliau matang dan mengenal liku-liku

kehidupan seluruh lapisan masyarakat. Perjalanan hidup beliau dengan detail dapat di lihat dari buku-buku sirah, perjalanan hidup yang penuh dengan pendidikan sama persis dengan pendahulunya Ismail as., yang mendapat pendidikan sejak dini, hingga terbentuk pribadi yang selalu siap untuk menjalankan perintah Allah, meski harus

55 Ahamad Ibn Ali Ibn Hajar al-‘Asqalani, Fathu al-Bâri, Beirut, Dâru al-Kutup al-‘Ilmiyah, 1997, cet. 2, Juz 8, h. 7420, No. 4770. Shafiyu ar-Rahmân al-Mubârakfûri, al-Ra ħ îqi al-Makhtûm, h.

69. 56 Seluruh Nabi pernah menjadi gembala kambing, hal ini sebagai media latihan kesabaran

dan keuletan, Sebagaimana di riwayatkan al-Bukhari ﺔﻜ ﻣ ﻞﻫﻻ ﻂﯾراﺮﻗ ﻲﻠﻋ ﺎﻋرأ ﺖﻨﻛ , ﻢﻌﻧ لﺎﻘﻓ ؟ ﺖﻧأ : ﻪﺑﺎﺤﺻأ لﺎﻘﻓ , ﻢﻨﻐﻟا ﻲﻋر ﻻا ﺎﯿﺒﻧ ﷲا ﺚﻌﺑ ﺎﻣ Abu Abdullah Ibn Ismail al-Bukhâri, Shaîh al-Bukhâri, ttp. Dâr al-Fikr, 1994, Jilid 2, juz 3, h. 65, No. 2262. Lihat juga, Sa‘îd Muhammad Shâleh Shawâbi, al-Mu ‘ în ar-Râ ’ iq min Sîrati Khairi al-Khalâiq, Cairo, Mathba’ah al-Fajru al-Jadîd, 1992, cet. 1, h. 12.

menyerahkan nyawa. 57

Ketiga, sistim dakwah Nabi yang menggunakan metode imbauan dengan hikmah dan kebijaksanaan, sesuai dengan tuntunan Allah dalam firman-Nya,

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. (QS. An-Naħl (16) : 125)

Dalam menyeru manusia agar beriman, berbuat yang patut dan mencegah

kemungkaran sedikitpun tidak ada unsur pemaksaan. Allah sendiri memerintahkan,

Tidak ada paksaan untuk memasuki agama Islam, sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat (QS. al-Baqarah (2):256)

Ketika Nabi telah memegang kekuasaan, penduduk Makkah yang congkak sudah ditaklukkan, beliau tidak mengambil tindakan balasan apapun terhadap orang- orang yang pernah mengejek, mencemooh dan menyakitinya. Beliau mengedepankan pintu maaf dengan menutup dendam, kerelaan kaum musyrik untuk menerima Islam sudah merupakan kegembiraan tiada tara, akhlaq ini sesuai dengan tuntunan al- Qur’an,

57 Lihat kisah kepatuhan Ismail as., yang masih muda belia kepada perintah Allah swt, meski harus menyerahkan leher di sembelih. Al-Qur’an ash-Shaffât (37) : 101-107

Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. (QS. Âli ‘Imrân (3) : 159)

Dakwah yang komunikatif serta tanpa paksaan terlihat juga dalam kebijaksanaan Nabi memberikan sebagian harta berupa hadiah, yang diambilkan dari

harta zakat kepada pemuka-pemuka kabilah yang masih dalam taraf muallaf 58 termasuk Abu Sofyan Ibn Harb sebagai pimpinan Quraisy.

Keempat, tujuan perjuangan Nabi yang jelas ke arah menegakkan keadilan dan kebenaran serta menghancurkan kebatilan, tanpa pamrih kepada harta, kekuasaan dan kemuliaan duniawi. Selaku kepala negara yang mempunyai kekuasaan luas, beliau tidak menggunakan kesempatan ini untuk menumpuk kekayaan, baik untuk dirinya, maupun untuk anggota keluarga. Lihatlah ketika beliau memberikan pilihan kepada Ummahâtu al-Mukminin untuk memilih antara harta atau kehidupan akhirat,

ﺎﺣﺍﺮﺳ ﻦﹸﻜﺣﺮﺳﹸﺃﻭ ﻦﹸﻜﻌﺘﻣﹸﺃ ﻦﻴﹶﻟﺎﻌﺘﹶﻓ ﺎﻬﺘﻨﻳِﺯﻭ ﺎﻴﻧﺪﻟﺍ ﹶﺓﺎﻴﺤﹾﻟﺍ ﹶﻥﺩِﺮﺗ ﻦﺘﻨﹸﻛ ﹾﻥِﺇ ﻚِﺟﺍﻭﺯﻻ ﹾﻞﹸﻗ ﻲِﺒﻨﻟﺍ ﺎﻬﻳﹶﺃﺎﻳ () ﺎﻤﻴِﻈﻋ ﺍﺮﺟﹶﺃ ﻦﹸﻜﻨِﻣ ِﺕﺎﻨِﺴﺤﻤﹾﻠ ِﻟ ﺪﻋﹶﺃ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﱠﻥِﺈﹶﻓ ﹶﺓﺮِﺧﻻﺍ ﺭﺍﺪﻟﺍﻭ ﻪﹶﻟﻮﺳﺭﻭ ﻪﱠﻠﻟﺍ ﹶﻥﺩِﺮﺗ ﻦﺘﻨﹸﻛ ﹾﻥِﺇﻭ () ﻼﻴِﻤﺟ ٢٩ - ٢٨ : ﺏﺍﺰﺣﻷﺍ

58 As-Sayyid Abi al-Hasan ‘Ali al-Hasani an-Nadawi, Op. Cit. h. 297

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu: "Jika kamu sekalian mengingini kehidupan dunia dan perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu

mut`ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang baik. Dan jika kamu sekalian menghendaki (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya serta (kesenangan) di negeri akhirat, maka sesungguhnya Allah menyediakan bagi siapa yang berbuat baik di antaramu pahala yang besar. (QS. al-Aħzâb : 28-29)

Hal ini adalah bagian dari sikap konsekuen dan konsiten Nabi dan keluarganya dalam melaksanakan tugas menegakkan keadilan dan kebenaran serta menghancurkan kebatilan.

Kelima, Nabi selalu mengedepankan prinsip persamaan dan kebersamaan dalam bergaul dan bersikap terhadap semua orang. Selalu bersikap lemah lembut dan

ketika memerintah, beliau sekaligus memberi contoh. Dalam setiap peperangan dimasa hayatnya, Nabi selalu ikut terjun ke medan tempur memimpin pasukan, kecuali perang Mu’tah dan Tabuk di perbatasan Jazirah Arab dengan Syiria yang terjadi pada masa akhir hayat beliau.

Keenam, Mendahulukan kepentingan dan keselamatan kaum muslimin. Ketika sikap permusuhan orang-orang Quraisy Jahili sudah sampai pada membahayakan keselamatan, Nabi memerintahkan sebagian kaum Muslimin berhijrah ke Habasyah demi keselamatan iman dan fisik mereka, sedangkan Nabi sendiri beserta beberapa orang sahabat lain tetap tinggal di Makkah menghadapi segala macam cobaan. Padahal dengan berhijrahnya sebagian sahabat ke Habasyah

berarti orang yang akan melindungi beliau, ketika terjadi situasi yang gawat menjadi berkurang. Resiko ini beliau abaikan, demi keselamatan para pengikut.

Ketujuh, memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat serta Ketujuh, memberikan kebebasan berkreasi dan berpendapat serta

bagi dirinya oleh Allah swt., maka wewenangnya selaku pemimpin umat dan negara ada sebagian yang didelegasikan kepada pembantunya. Pembicaraan Nabi dan

Mu‘adz Ibn Jabal 59 ketika menerima jabatan sebagai gubernur Yaman menjadi bukti akan hal ini. Nabi bahkan memanjatkan syukur kehadirat Ilahi atas jawaban Mu‘adz

bahwa dia akan berijtihad untuk menetapkan hukum atas peristiwa yang belum di peroleh ketetapan hukumnya dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. 60

Kedelapan, Kepemimpinan Nabi Muhammad saw., adalah kepemimpinan yang kharismatis dan demokratis. Kekuatan kharisma yang beliau perolah tidak di bangun melalui jalan pengkultusan atau menempuh upaya-upaya tertentu. Kewibawaan yang dimilikinya bukanlah kewibawaan semu, akan tetapi murni terlahir dari kebenaran dan kemurnian misi yang diembannya. Kepatuhan orang kepadanya adalah karena suruhan dan larangannya obyektif dan rasional. Beliau menunjukkan satunya kata dengan perbuatan, apapun perintah atau larangan yang

diminta. Tidak ada hak istimewa bagi beliau, kecuali tentang jumlah isteri, yang kesemuanya adalah demi kepentingan Dakwah Islamiyah.

Nabi sangat demokratif dalam kepemimpinannya. Ini dapat kita lihat dalam ketekunan beliau mendidik para sahabat untuk dipersiapkan sebagai pengganti

59 Muadz Ibn Jabal al-Anshari adalah seorang sahabat, lahir pada tahun 20 SH. Masuk Islam ketika berumur delapan belas tahun. Ikut Bai’at Aqabah, ikut perang Badar, Uhud dan seluruh perang

bersama Rasul saw. Sesudah perang Tabuk , Nabi mengutusnya ke Yaman sebagai Qadhi dan pembimbing keagamaan, kembali dari Yaman pada Masa Khalifah Abu Bakr ra., wafat pada tahun 18

H. IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta, Djambatan, 1992, h. 662-664 60 Global Islamic Software Company, Mausû ‘ ah al-Hadits asy-Syarîf, 1997, at-Tirmdzi, no.

1229, an-Nasâ’I no. 5304. Sunan at-Tirmidzi, Dâr al-fikr, 1983. Sunan an-Nasâ ’ I, Dâr al-Basyâir al- Islâmiyah.

meneruskan kepemimpinan bagi umat Islam dalam urusan keduniaan dan membuka

peluang lebar bagi mereka mengembangkan diri tanpa kekwatiran tersaingi. Dari sinilah dapat dilahirkan tokoh-tokoh berprestasi dalam segala bidang, politik, militer, sosial, ekonomi, hukum dan sebagainya. Karena itu Sejarah Umat Islam tidak terhenti setelah beliau wafat, bahkan terus berlanjut dan mencapai prestasi-prestasi

peradaban yang cemerlang. 61 Untuk itu beliau juga tidak mewasiatkan salah seorang sahabat dan keluarga menjadi pengganti kepemimpinan negara. Kesemuanya

diserahkan kepada kehendak rakyat untuk memilihnya sendiri. Dengan penampilan utuh sebagai pribadi dan anggota masyarakat seperti diatas Muhammad saw., tidak memerlukan waktu panjang mengubah kondisi masyarakat dari keterbelengguan oleh ikatan sempit kabilah dan kesukuan, menuju kepada masyarakat yang damai di bawah persatuan Islam yang tidak mengenal

perbedaan, kecuali dengan ketaatan kepada Allah semata. 62 Perubahan dari masyarakat egoistis tidak mempunyai perhatian kepada

kalangan papa, mementingkan kecukupan jasmani belaka, menuju masyarakat yang penuh kasih dan perhatian, mempunyai tujuan hidup tinggi yang tidak tekungkung dalam kehidupan yang sebentar ini. Kehidupan akhirat yang kekal adalah dasar gerakan peduli kasih terhadap kemanusiaan keseluruhan, yang tidak segan mengorbankan jiwa untuk kelanggengan kemaslahatan,

61 Nourouzzaman Shiddiqi, Op. Cit. h. 107 62 al-Qur’an, al-Hujarât (49): 11,13)

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mu'min, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar. (QS. At-Taubah (9) : 111)

Dengan tetap menjaga keseimbangan antara kebahagiaan kehidupan dunia dan akhirat, karena pengembangan rohani dan intelektual untuk menciptakan kebudayaan dan peradaban yang bermakna, sulit terlaksana tanpa terpenuhi sarana

hidup yang wajar dan asasi. 63 Jalinan antara antara salat dan kecergasan mencari harta, mengingat Allah, dan peluang untuk memperoleh kejayaan sangat jelas

digambarkan oleh al-Qur’an,

Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. (QS. Al-Jum’ah (62) : 10)

Hanya dalam waktu yang relatif sangat singkat, Muhammad saw., berhasil membalik keadaan masyarakat dari kegelapan ke arah kecemerlangan pengetahuan

63 Ahmad Syafii Maarif, Membumikan Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995, cet. I, h. 26 63 Ahmad Syafii Maarif, Membumikan Islam, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 1995, cet. I, h. 26

masyarakat berpendidikan, akademisi dengan perundangan universal untuk kemaslahatan bersama menuju kejayaan.