Ho = Tidak ada pengaruh antara komunikasi antarbudaya terhadap hubungan yang harmonis antara siswa Pribumi dan siswa Tionghoa.
Ha = Ada pengaruh antara komunikasi antarbudaya terhadap hubungan yang harmonis antar siswa Pribumi dan siswa Tionghoa.
d Untuk menguji hipotesis digunakan kriteria sebagai berikut :
Jika probabilitas atau signifikansi 0,05 H ditolak dan H
1
diterima. Jika probabilitas atau signifikansi 0,05 H
diterima dan H
1
ditolak. Angka probabilitas dari hasil perhitungan adalah 0,01. Oleh karena itu nilai
probabilitasnya 0,05, maka dapat diambil keputusan bahwa H ditolak dan H
1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi antabudaya dan hubungan yang harmonis antara siswa Pribumi dan
siswa Tionghoa di SMA Harapan Mandiri.
4.5 Pembahasan
Pada bagian ini peneliti akan mendeskripsikan hasil penelitian dan membahas hasil penelitian mengenai komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis antara
siswa Pribumi dan siswa Tionghoa Cina di SMA Harapan Mandiri Medan. Peneliti mengumpulkan data-data melalui angket atau kuesioner dan juga studi pustaka.
Penyebaran angket dilakukan pada para siswa yang sudah lebih dari 1 tahun bersekolah di SMA Harapan Mandiri Medan. Penyebaran angket dilakukan selama 5 hari,
terhitung dari tanggal 08 April 2013 sampai dengan 12 April 2013. Berdasarkan penelitian di lapangan peneliti melihat bahwa siswa-siswa Pribumi
dan Tionghoa di SMA Harapan Mandiri Medan sangat berinteraksi dan bersosialisasi terhadap lingkungannya. Masalah yang ingin diteliti di sini adalah keadaan komunikasi
antarbudaya dan kaitannya dengan hubungan yang harmonis, serta pengaruh antara komunikasi antarbudaya dengan hubungan yang harmonis.
Siswa-siswa SMA Harapan Mandiri adalah siswa-siswa yang berasal dari beragam suku, beragam kebudayaan, dan juga beragam latar belakang. Mereka
dipersatukan di SMA Harapan Mandiri ini dengan tujuan yang sama yaitu menuntut ilmu. Namun di SMA Harapan Mandiri ini tidak hanya mengajarkan ilmu yang
bermanfaat untuk siswa-siswanya, tetapi juga membentuk kepribadian mereka menjadi pribadi yang terbuka dan peka terhadap lingkungannya.
SMA Harapan Mandiri adalah sekolah pembauran antara siswa Pribumi dan siswa Tionghoa. Walau SMA ini selalu mendapat siswa Pribumi lebih banyak dari
Universitas Sumatera Utara
siswa Tionghoanya dari tahun ke tahun, namun dimata masyarakat luar SMA ini tetap dikenal sebagai SMA Tionghoa atau sekolah Cina. Hal ini dikarenakan sebutan itu
sudah melekat dengan SMA Harapan Mandiri ini. Lagi pula hal itu tidak sepenuhnya salah bila kita melihat yayasan SMA Harapan Mandiri ini masih dipegang oleh etnis
Tionghoa. Penelitian yang dilakukan guna melihat hubungan yang harmonis antara siswa
Pribumi dan siswa Tionghoa ini melibatkan 82 orang siswa sebagai sampel dan beberapa guru juga wakil kepala sekolah yang berhasil diwawancarai guna menambah
kelengkapan dan keakuratan data. Data yang diambil dari kuesioner juga wawancara ini telah dijelaskan pada Bab sebelumnya. Disini peneliti ingin membahas tentang masalah
yang diteliti dan kaitannya dengan tujuan penelitian, serta teori yang digunakan dan hubungannya dengan hasil penelitian.
Tujuan penelitian adalah mencari tahu keadaan komunikasi antarbudaya serta menjelaskan pengaruhnya. Keadaan komunikasi antarbudaya di SMA Harapan Mandiri
ini berdasarkan hasil penelitian-penelitian pada Bab-Bab sebelumnya kita dapat mengambil kesimpulan bahwa keadaan komunikasi antarbudaya terjalin cukup
harmonis di SMA Harapan Mandiri ini. Peneliti juga mengajukan pertanyaan mengenai kesetaraan dengan sebuah contoh mengenai cara mereka memilih sebuah kelompok
belajar bila diminta oleh gurunya, apakah mereka akan memilih dari etnis yang sama dengan mereka saja atau akan memilih kelompok berdasarkan kemampuan.
Kebanyakan mereka menjawab akan memilih kelompok berdasarkan kemampuannya, bukan melihat latar belakang etnisnya. “Berbeda ataupun sama tidak masalah karena
yang terpenting dalam team itu adalah kekompakan dan bisa diajak kerjasama” Sumber : K. 20R. 02. Dari salah satu jawaban kuesioner ini kita bisa melihat bahwa
siswa-siswa SMA Harapan Mandiri ini memilih kelompok bukan melihat dari etnisnya, tetapi berdasarkan kemampuan mereka. “Pastinya saya akan memilih orang-orang yang
berasal dari beragam etnis, karena setiap pribadi dari masing-masing etnis akan mempunyai kelebihan masing-masing. Sehingga dapat diperoleh hasil kerja yang
maksimal dari gabungan karakteristik diberbagai etnis” Sumber : K.20R.05. “Saya tidak memandang dari sudut etnisnya, melainkan kemampuan orang yang bisa
diandalkan dalam bidang tersebut. Baik sama ataupun berbeda etnis saya akan terima” Sumber : K.20R.16. Dari keseluruhan jawaban-jawaban diatas kita dapat mengambil
kesimpulan bahwa siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di SMA Harapan Mandiri ini rata-rata sudah mampu untuk berpikir secara dewasa, terlihat dari cara mereka memilih
Universitas Sumatera Utara
teman satu tim. Mereka memilih teman dalam tim berdasarkan kemampuan, bukan berdasarkan etnis ataupun kedekatan terhadap seseorang.
Dalam penelitian ini peneliti mengambil 5 komponen komunikasi yang efektif Joseph de Vito 2012 untuk mendapatkan hubungan yang harmonis, yaitu openese,
supportiveness, positiviness, empathy, dan equality. Openese dalam penelitian ini diartikan sebagai keterbukaan. Hubungan yang
harmonis dapat terjalin apabila antara setiap anggota di dalam kelompok tersebut mampu untuk membuka diri, dan tidak memandang bahwa diri merekalah yang paling
benar dalam sebuah kelompok tersebut. Komunikasi di sini menjadi yang terpenting, karena komunikasi adalah alat perekat sebuah hubungan. Bila mereka tidak saling
berkomunikasi bagaimana mereka bisa menjalin sebuah hubungan. Supportiveness dalam penelitian ini membahas tentang memberikan dukungan.
Dukungan di sini termasuk dalam komponen hubungan yang harmonis karena memberi dukungan dapat meningkatkan semangat seseorang sehingga dia lebih termotivasi
untuk mencapai tujuannya. Oleh karena itu apabila kita sering memberikan dukungan kepada orang yang sedang membutuhkan dukungan, tentunya dia akan senang, maka
terjalinlah hubungan yang harmonis. Positiviness dalam penelitian ini diartikan tentang berpikir positif atau
berprasangka baik terhadap seseorang dalam hal ini yang berbeda etnis. Untuk terjalinnya suatu hubungan yang harmonis dengan teman dari etnis yang berbeda, kita
harus selalu berprasangka baik terhadapnya. Kita tidak boleh menilai seseorang berdasarkan dari etnis mana dia berasal, karena hal ini akan menyebabkan timbulnya
stereotip. Kita harus bisa selalu berpikir positif terhadapnya agar hubungan kita selalu dapat harmonis.
Empathy dalam penelitian ini adalah rasa empati atau ikut merasakan yang orang lain rasakan dan hati kita tergerak untuk ingin menolongnya. Hubungan akan semakin
harmonis apabila kita dapat merasakan penderitaan orang lain dan berusaha untuk menolongnya. Rasa empati ini dapat membentuk kita menjadi orang yang peduli
terhadap lingkungan dan juga sesama. Equality dalam penelitian ini adalah kesetaraan. Kesetaraan di sini sangat penting
dalam menjalin suatu hubungan yang harmonis karena kesetaraan adalah cara kita memandang etnis kita dan etnis lain adalah sama, tanpa memandang dia adalah etnis
pendatang ataupun melihat latar belakang etnisnya.
Universitas Sumatera Utara
Setelah menganalisa setiap data dari kuesioner maka dilanjutkan dengan menguji hipotesa yaitu pengukuran tingkat hubungan diantara variabel yang linear dengan
menggunakan rumus koefisiensi korelasi Rank Spearman r
s
. Koefisien korelasi Spearman’s r
s
dari perhitungan SPSS 20, maka diperoleh koefisien korelasi Spearman’s r
s
sebesar 0,468. Artinya hubungan antara komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis antara siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di SMA Harapan
Mandiri Medan terdapat hubungan yang cukup berarti atau sedang. Dalam pengujian hipotesis angka probabilitas dari hasil perhitungan adalah 0,01.
Oleh karena itu nilai probabilitasnya 0,05, maka dapat diambil keputusan bahwa H ditolak dan H
1
diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis pada siswa-siswa Pribumi dan
Tionghoa di SMA Harapan Mandiri Medan. Kemudian selanjutnya adalah mencari besarnya “Pengaruh komunikasi
antarbudaya dan hubungan yang harmonis pada siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di SMA Harapan Mandiri Medan”, adalah :
KD = r
2
x 100
= 0.468
2
x100 = 0,22 x 100
= 22 Pengaruh komunikasi antarbudaya dan hubungan yang harmonis pada siswa-
siswa Pribumi dan Tionghoa SMA Harapan Mandiri adalah sebesar 22. Hasil yang didapat ini menunjukan pengaruh yang cukup berarti. Sisanya 78 dipengaruhi oleh
faktor lain di luar komunikasi antarbudaya. Atau secara sederhana dapat diatikan bahwa hubungan yang harmonis pada siswa-siswa Pribumi dan Tionghoa di SMA Harapan
Mandiri Medan dipengaruhi 22 dari komunikasi antarbudaya.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN