Proses Revitalisasi Benteng Vredeburg Yogyakarta
C. Proses Revitalisasi Benteng Vredeburg Yogyakarta
Pelaksanaan revitalisasi harus melalui beberapa tahapan, masing-masing tahapan harus memberikan upaya untuk mengembalikan atau menghidupkan kawasan dalam konteks perkotaan. Dengan demikian konservasi bangunan dan kawasan bersejarah merupakan tempat yang dapat difungsikan kembali menjadi kawasan yang mempunyai nilai sosial ekonomi tinggi.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya, yang dimaksud dengan pemugaran adalah upaya pengembalian kondisi fisik benda cagar budaya, bangunan cagar budaya dan struktur cagar budaya yang rusak sesuai dengan keaslian bahan, bentuk tata letak, dan tehnik pengerjaan
revitalisasi untuk memperpanjang usianya. 17
16 Ibid.
17 Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya 17 Undang-Undang Republik Indonesia No.11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya
digunakan untuk fungsi-fungsi yang lebih sesuai. 18
Tahapan yang terdapat dalam tahapan revitalisasi yaitu:
1. Intervensi fisik, intervensi fisik mengawali kegiatan fisik revitalisasi dan dilakukan secara bertahap, meliputi perbaikan dan peningkatan kualitas dan kondisi fisik bangunan, tata hijau, sistem penghubung, sistem tanda/reklame dan ruang terbuka kawasan; Secara fisik pemugaran gedung benteng vredeburg dimulai pada bulan Agustus 1981. Dananya diambil dari dana Banpres yang dikeluarkan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 017/B/Tahun 1980 tentang bantuan untuk Yayasan Budaya Nusantara Yogyakarta. Berdasarkan peraturan perundangan tersebut, dibentuklah panitia pemugaran yang diangkat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Dr. Daoed Joesoef. Sebagai ketua dalam kegiatan pemugaran tersebut adalah Ki Soeratman. Waktu itu Ki Soeratman menjabat tiga jabatan yaitu sebagai Ketua Yayasan Budaya Nusantara, Ketua Panitia Pemugaran Benteng Vredeburg, dan Pemimpin Proyek Pemugaran Benteng Vredeburg. Sebagai pelaksanaan pekerjaan berdasarkan Surat Keputusan Pemberian Pekerjaan yang dikeluarkan oleh Pemimpin Proyek adalah CV. Biro
18 Wibawa Samodra., Pembangunan Berkelanjutan : Konsep dan Kasus. (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1991). hlm. 17.
Oktober 1981 sampai dengan Agustus 1982. 19
Sebagai berikut:
Gambar 1.
Pemugaran Pintu Gerbang Utama Sumber: Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 1980
19 Wawancara dengan Agus Sulistya tanggal 15 Desember 2011
Gambar 2.
Pemugaran Gedung Tengah Selatan Sumber: Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 1980
Gambar 3.
Pemugaran Gedung Tengah Utara Sumber: Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 1980 Pemugaran Gedung Tengah Utara Sumber: Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 1980
Vredeburg Yogyakarta. 20
Berupa: Jalan masuk dari arah barat dan parit pertahanan sisi barat, Jalan masuk dari arah timur dan parit pertahanan sisi timur, Bangunan Gerbang Utama sebelah barat, Bangunan Gerbang Sebelah Timur, Bangunan Gerbang Sebelah Selatan, Bangunan Kantor Administrasi, Ruang Pameran Tetap, Ruang Pameran Temporer, Ruang Audio Visual dan Perpustakaan, Ruang Auditorium, Guest House, Storage Koleksi, Perkantoran Tata Usaha, Ruang Pameran Tetap Minirama I dan II, Anjungan Barat Laut dan Barat Daya serta Anjungan Tenggara, Tanah Lapang (Open Space Depan Gerbang Timur).
3. Revitalisasi sosial/institusional, keberhasilan revitalisasi sebuah kawasan akan terukur bila mampu menciptakan lingkungan yang menarik; Dalam perkembanganya, berdasarkan petunjuk dan pengarahan dari Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Prof. Dr. Nugroho Notosusanto pada tanggal 5 November 1984 fungsi dari pemugaran Benteng Vredeburg lebih diperjelas. Pemugaran Benteng Vredeburg tidak dimaksudkan untuk melestarikan simbol keperkasaan Belanda, namun diarahkan untuk dimanfaatkan bagi fungsi baru yang dapat memberikan informasi dan aspirasi perjuangan nasional bagi generasi mendatang. Kompleks Benteng Vredeburg diarahkan akan mengemban kesatuan fungsi yang jelas untuk
20 Wawancara dengan Agus Sulistya tanggal 15 Desember 2011 20 Wawancara dengan Agus Sulistya tanggal 15 Desember 2011
duanya di Indonesia. 21
Sebagai realisasi dari gagasan tersebut maka sejak tahun anggaran 1985/1986 pemugaran benteng vredeburg diarahkan untuk fungsi baru yaitu sebagai museum khusus yang memberikan informasi dan aspirasi perjuangan nasional, khususnya perjuangan kemerdekaan yang terjadi di Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebelum dilakukan pemugaran, beberapa kali telah dilakukan penelitian baik dari segi arkeologis maupun arsitektur dan pemugaran. Beberapa periode penggalian dan pemugaran yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Tahap Penggalian (ekskavasi)
a) Penggalian parit sebelah barat pintu gerbang sektor barat Benteng Vredeburg, dilaksanakan pada tahun 1980/1981.
b) Penggalian dan pengecekan pondasi tembok keliling benteng sektor timur laut dan tenggara, dilakukan pada tahun 1981/1982.
c) Penggalian bekas terowongan dan sisa pondasi kantor, dilaksanakan pada tahun 1983/1984.
21 Wawancara dengan Agus Sulistya tanggal 15 Desember 2011 21 Wawancara dengan Agus Sulistya tanggal 15 Desember 2011
b) Pemugaran bangunan pintu gerbang belakang dan tembok keliling sector timur dan timur laut pada tahun 1981/1982.
c) Pemugaran tembok keliling dan lingkungan sekitarnya serta penggalian pondasi bekas kantor dan terowongan benteng vredeburg pada tahun 1982/1983.
d) Rehabilitasi tembok keliling benteng sector barat dan barat laut tahun 1983/1984.
e) Pemugaran bangunan rumah tahanan atau penjara pada tahun 1984/1985.
f) Pemugaran bangunan perumahan perwira utara I dan II, perumahan perwira selatan I dan II, dan pendukungnya serta pembuatan landscape pertamanan pada tahun 1985/1986. Pada tahun anggaran itu pula dilakukan pemugaran terhadap bangunan rumah tahanan.
g) Pemugaran bangunan pintu gerbang sisi barat dan gedung perkantoran atau bangunan pengapit selatan dan barak prajurit barat lantai atas pada tahun 1986/1987.
h) Pemugaran bangunan barak prajurit barat lantai bawah dan lingkungannya dan penggalian lantai kamar utara sisi barat benteng vredeburg pada tahun anggaran 1988/1989.
selatan pada tahun anggaran 1989/1990. j) Pemugaran bangunan gudang senjata berat dan ringan pada tahun anggaran 1990/1991. k) Pemugaran bangunan pelayanan umum pada tahun anggaran 1991/1992. l) Pemugaran gedung socetoit, pavilion dan gedung mesiu, garasi dan dapur
pada tahun anggaran 1993/1994. 22
Awal dari pelaksanaan pemugaran Benteng Vredeburg dari tahap penggalian sampai dengan pemugaran yang dimulai tahun 1981 sampai tahun 1994 seperti diatas dilakukan oleh Yayasan Budaya Nusantara dengan Akta Notaris RM. Soeryanto Partaningrat No.81 Tanggal 15 September 1979 dalam Berita Negara No. 90 Tanggal
9 November 1979. 23 Dalam Akta tersebut Benteng Vredeburg Yogyakarta akan
dijadikan “Pusat Informasi dan Pengembangan Budaya Nusantara”. Kemudian pengurus yayasan menghadap Presiden, dalam pertemuan tersebut Presiden
memberikan arahan “Bahwa Pemugaran Benteng Vredeburg bukan berarti Memugar Kemegahan Bangunan Kolonial, namun sebaliknya Pemugaran tersebut
mencerminkan perjuangan dan kemampuan Bangsa Indonesia dalam merebut dan mengisi Kemerdekaan” 24
22 Budiharja, “Laporan Pemugaran Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 1980-1994 ”
23 Wawancara dengan Suseno tanggal 14 Januari 2012
24 Wawancara dengan Suseno tanggal 14 Januari 2012 24 Wawancara dengan Suseno tanggal 14 Januari 2012
Suratman. 25 Bila bangunan yang mewakili nilai-nilai sejarah, semacam benteng ini tidak diperhatikan atau bahkan digusur untuk pembangunan yang bernuansa modern, tanpa memperhatikan tata ruang kota dan segi historis keberadaan benteng, maka lenyaplah sebagian dari sejarah kota yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas
tersendiri bagi “Kota Budaya Yogyakarta”. 26 Generasi yang akan datang tidak akan
dapat lagi melihat sejarah daerah yang tercermin dalam lingkungan benteng. Hal ini dikarenakan karena setiap kota berwajah tunggal (monotone) tanpa memiliki identitas.
Keberadaan benteng ini akan mencerminkan kisah sejarah, tata cara hidup, budaya dan peradapan masyarakatnya. Jadi hal yang paling baik dilakukan untuk
mempertahankan keberadaan benteng ini adalah melakukan konservasi. 27 Konservasi dapat dilakukan dengan cara adaptasi atau revitalisasi fungsi, karena benteng Vredeburg memenuhi syarat sebagai bangunan yang mewakili suatu
25 Wawancara dengan Suseno tanggal 14 Januari 2012
26 Tashadi., Proposal Buku Panduan dan Petunjuk Teknis Pengelolaan Museum Perjuangan dan Bekas Benteng Vredeburg Yogyakarta., (Yogyakarta: Tidak
diterbitkan, 1988).
27 Ibid.
yang ada di Yogyakarta (kelangkaan), sebagai saksi sejarah penaklukan Keraton (peranan sejarah), keberadaan benteng dapat memperkuat identitas sosial Kota Yogyakarta sebagai Kota Budaya dapat memperkuat kawasan disekitarnya, dan benteng ini juga memiliki keistimewaan-keistimewaan lain. Sehingga keberadaanya perlu dipertahankan tetapi fungsinya harus diadaptasi dengan kondisi jaman sekarang misalnya digunakan sebagai sasana budaya atau tempat wisata.
Diharapkan agar kepemilikan benteng diserahkan kepada pemerintah atau keraton sebagai penjaga sasana budaya untuk mengurusnya. Dalam mewujudkan hal ini maka dibutuhkan kerjasama dari berbagai pihak baik pemerintah sebagai pemegang kekuasaan sebagai penjaga sasana budaya, investor sebagai pelaksana, maupun masyarakat kota, untuk memelihara, melestarikan dan mengembangkan kawasan benteng menjadi lebih baik. Dengan terintegrasinya keempat unsur ini maka
upaya revitalisasi fungsi benteng sebagai sasana budaya pasti akan tercapai. 28 Upaya revitalisasi pada benteng tidak dilihat dari segi estetika semata, tetapi harus dilihat sebagai sebuah warisan budaya yang dalam bentuk fisik telah mencerminkan sejarah perkembangan masyarakat dan menjadi simbol kesinambungan yang jauh lebih panjang dari pada masa hidup satu generasi atau akan menumbuhkan ikatan yang erat antara masa kini dan masa lampau dan menciptakan harga diri sebagai suatu bangsa. Dalam proses revitalisasi harus diperhatikan juga
28 Darsiti Soeratman., Kehidupan Dunia Keraton Yogyakarta, (Yogyakarta: Tamansiswa, 1989), Hlm. 36.
perluasan lapangan kerja. Agar disamping memberikan pemasukan bagi daerah juga bisa digunakan untuk memperbaiki kualitas benteng. Contohya: sebagai sasana budaya maka didalam benteng ditempatkan barang-barang peninggalan kuno dan setiap pengunjung yang datang ditarik kontribusi atau bisa juga memanfaatkan ruang kosong ditengah (halaman benteng) sebagai tempat seminar atau pertemuan-
pertemuan yang semuanya ini bisa mendatangkan pendapatan yang tidak sedikit. 29 Budaya sebagai bagian dari kehidupan masyarakat perlu mendapat tempat dalam pelaksanaan revitalisasi. Sentuhan budaya akan dapat memberikan arah dan tujuan baik pelestarian fisik maupun non fisik. Baik secara tata ruang kotanya maupun arsitektur bangunannya harus benar-benar mendapat prioritas utama untuk dipertahankan dari segala macam penghancuran maupun perusakan. Perlu diingat bahwa permasalahan pada kawasan atau lingkungan bersejarah itu bukan saja hanya persoalan arsitektur. Kebudayaan pada dasarnya merupakan segala macam bentuk gejala kemanusiaan, baik yang mengacu pada sikap, konsepsi, ideologi, perilaku, kebiasaan, karya kreatif, dan sebagainya. Hal ini yang perlu dipahami di dalam melakukan revitalisasi, kecenderungan dan karakteristik wilayah dan kawasan kota
besejarah harus dipahami sebagai bekal awal untuk melangkah. 30
29 Untung. 1991.“Studi Tentang Perencanan Pengembangan Benteng Vredeburg Sebagai Museum Di Daeah Istimewa Yogyakarta ”. Skripsi Akademi Pariwisata
Indonesia Yogyakarta.
30 Ibid.
diselesaikan dengan waktu singkat, karena budaya menyangkut semua aspek kehidupan manusia. Faktanya sangat kompleks selain memiliki kekhasan dan terkadang memiliki ciri yang sangat universal baik fisik dan perilaku budayanya.
Memang, dalam pengertian kebudayaan juga termasuk tradisi, dan “tradisi”dapat diterjemahkan dengan pewarisan atau penerusan norma-norma, adat istiadat, kaidah-
kaidah, harta-harta. Itulah sebabnya mengapa kebudayaan merupakan ceritera tentang perubahan-perubahan: riwayat manusia yang selalu memberi yang selalu memberi
wujud baru kepada pola-pola kebudayan yang sudah ada. 31
Dengan adanya arus globalisasi dunia dihadapkan pada arus budaya tunggal yang evolusinya bergulir begitu kuat, hingga bahkan dapat menggeser tatanan budaya lokal hampir di seluruh belahan dunia. Benteng Vredeburg beberapa kali mengalami perubahan fungsi, sampai yang terakhir difungsikan sebagai Museum Benteng Yogyakarta, oleh karena itu bentuk bangunan juga mengalami beberapa pemugaran untuk disesuaikan dengan fungsinya. Pada bagian luar bentuk tetap masih
dipertahankan dan hanya pada bagian dalam saja yang mengalami pemugaran. 32
Sebagai benteng pertahanan Belanda dahulu digunakan untuk melindungi tempat kediaman penguasa Belanda dari serangan meriam Keraton Yogyakarta. Sebagai benteng pertahanan maka Benteng Vredeburg dikelilingi oleh parit dan juga menara pengawas di keempat sudut penjuru. Sebagai Museum Perjuangan Yogyakarta
31 Van Peursen., Strategi Kebudayaan. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1976),
Hlm 32.
32 Ibid.
perjuangan rakyat Indonesia dalam melawan penjajah Belanda hingga pada masa
Orde Baru. 33 Budaya harus dilihat sebagai fenomena pilihan hidup yang terdapat dalam sebuah kawasan bersejarah yang tentu saja selalu eksis dan berkembang. Cara melihatnya pun harus dalam konteks ruang dan waktu. Kawasan bersejarah telah menjadi milik kolektif masyarakat yang mendiami kawasan tersebut, baik dalam perilaku dan konfigurasi unik dalam cita rasa yang khas serta gaya yang dipunyainya. Penentuan atau pemilihan setting kawasan yang akan direvitalisasi harus benar-benar siap respek dijadikan objek pelestarian. Tempat atau lokasi yang akan dijadikan objek revitalisasi harus mempunyai peninggalan fisik arsitektural baik bangunan, lingkungan maupun budaya masyarakatnya, fenomena budaya lingkungan dan masyarakat setempat harus menjadi nilai penting dalam proses pelaksanaan
revitalisasi. 34 Dengan adanya pengembangan Museum Bekas Benteng Vredeburg maka
akan dapat diperoleh berbagai manfaat baik bagi masyarakat setempat, pengunjung maupun bagi pemerintah daerah setempat khususnya Yogyakarta. Adapun manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah sebagai berikut:
1. Dapat diketahui model atau motif bangunan jaman dahulu atau belanda yang mempunyai kekhasan tersendiri.
2. Dapat diketahui sejarah berdirinya organisasi-organisasi yang ada di Yogyakarta yaitu: taman siswa, muhamadiyah dan sebagainya.
3. Dapat diketahui semangat bangsa Indonesia terutama Yogyakarta di dalam menghadapi penjajah, baik Belanda maupun Jepang.
33 Wawancara dengan Suseno tanggal 1 Februari 2012.
34 Widayati N., Penyertaan Peran Serta Masyarakat Dalam Progam Revitalisasi , (Yogyakarta: Gadjah mada university prees, 2000). hlm. 54.
bangsa Indonesia.
5. Dapat diketahui berbagai latar belakang kota Yogyakarta yaitu sebagai kota budaya, kota pelajar atau pendidikan maupun kota perjuangan. 35
Dengan keberadaan Benteng Vredeburg yang dikembangkan sebagai museum perjuangan kepahlawanan nasional, maka akan dapat memperkaya khasanah dunia kepariwisataan di Yogyakarta. Lebih penting lagi adalah Museum bekas benteng vredeburg merupakan salah satu obyek wisata yang berada di kawasan malioboro yang merupakan pusat kota Yogyakarta dengan segala aktifitas wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Keberadaan museum bekas benteng vredeburg akan mendukung keberadaan obyek-obyek lain yang letaknya berdekatan seperti kraton Yogyakarta, Monumen Serangan Umum maupun Istana Keprisidenan Gedung Agung. Obyek wisata ini adalah merupakan obyek wisata yang strategis dengan dukungan obyek-obyek wisata lain dan transpotasi yang mudah dijangkau dengan dukungan kawasan malioboro sebagai kawasan wisata yang menyediakan barang- barang cinderamata yang diperlukan wisatawan maupun jasa yang menyediaklan jasa makanan minuman serta jasa akomodasi sebagai tempat menginap selama wisatawan mengadakan perjalanan wisata. Oleh karena itu koleksi di museum Benteng Vredeburg akan mendukung bagi wisatawan yang akan berkunjung ke obyek wisata tersebut. Daerah Istimewa Yogyakarta sebagai daerah tujuan wisata ke dua setelah Bali memiliki cukup potensi yang dapat diandalkan, baik untuk konsumen wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, sehingga perlu adanya pengembangan
35 Skipsi Untung “Studi Tentang Perencanan Pengembangan Benteng Vredeburg Sebagai Museum Di Daeah Istimewa Yogyakarta ”., Loc.cit.
PEMANFAATAN BENTENG VREDEBURG SEBAGAI