Kawasan Dan Lingkungan Benteng Vredeburg

B. Kawasan Dan Lingkungan Benteng Vredeburg

1. Kawasan

Kawasan dapat memberikan pemaknaan kembali pada daerah dengan mempertahankan historis budaya masyarakat. Pengendalian kawasan menjadi sangat penting agar perkembangan dan pembangunan di masa mendatang tidak merusak lingkungannya. Hilangnya vitalitas awal dalam suatu kawasan historis budaya umumnya ditandai dengan kurang terkendalinya perkembangan dan pembangunan

5 Kautsary., op cit., hlm. 14 5 Kautsary., op cit., hlm. 14

Kawasan merupakan suatu wilayah yang di dalamnya terdapat kawasan bersejarah yang dahulu hidup dan vital dan mampu mempertahankan eksistensinya. Ironisnya dalam proses perkembangan sebuah kota, berbagai indikasi penurunan kualitas fisik justru dapat dengan mudah diamati pada kawasan bersejarah tersebut. Kawasan yang mempunyai nilai sejarah tinggi perlu adanya mekanisme untuk pemeliharaan dan kontrol terus menerus agar kualitas yang terdapat di dalam lingkungan tersebut dapat secara produktif dikembangkan ke masa depan. Ada beberapa tingkatan dalam revitalisasi kawasan, yaitu berdasar fungsi, letak serta kekunoan dan kesejarahan kawasannya. Kawasan - kawasan revitalisasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Ditinjau dari fungsi kawasan: Revitalisasi kawasan perniagaan, Revitalisasi kawasan perumahan, Revitalisasi kawasan perindustrian, Revitalisasi perkantoran pemerintah, Revitalisasi kawasan olah raga dan fasilitas sosial dan Revitalisasi kawasan khusus.

b. Ditinjau dari letak kawasan: Revitalisasi kawasan pegunungan/per-bukitan, Revitalisasi kawasan tepian air (sungai, laut, danau), Revitalisasi kawasan perairan/rawa dan Revitalisasi kawasan khusus lainnya.

6 Hartono, S. Handinoto, “Alun-alun dan Revitalisasi Identifikasi Kota Tuban. Dimensi Teknik Arsitektur”, Makalah, Jakarta 2000. Hlm 1-11.

Revitalisasi kawasan baru. 7

Peran masyarakat akan sangat berpengaruh dalam proses revitalisasi, hal ini menjadi bagian penting dalam pendekatan dan pelaksanaannya. Faktor sosial- ekonomi mempunyai peran penting, tetapi aspek budaya akan lebih berperan dalam pendekatan sejarah lokalnya. Kearifan lokal sebaiknya lebih dominan di dalam proses revitalisasi dalam konteks arsitektur perkotaan. Revitalisasi dengan mengajak masyarakat ikut berpartisipasi baik dalam perencanaannya maupun pelaksanaannya merupakan langkah interaktif demi mencapai keberhasilan program revitalisasi kawasan tersebut. Dengan adanya peran serta masyarakat dapat menjadikan kawasan tersebut kawasan yang hidup dan tertata dengan baik karena masyarakat memiliki dan mampu memeliharanya. Sebagai konsekuensinya pasti membutuhkan waktu yang panjang, karena revitalisasi harus ditumbuhkan dengan akar yang kuat agar mampu berkembang secara berkelanjutan, sepanjang masa.

Revitalisasi dalam pelaksanaannya sering menghadapi persoalan yang terdapat di masyarakat, seperti ketidak serasian pendapat antara pihak pemerintah dan pihak pemilik bangunan. Hal ini lebih disebabkan karena pihak pemilik bangunan sering tidak mempunyai dana untuk pemeliharaan bangunan, sementara pihak pemerintah belum mampu untuk memberikan subsidi kepada para pemilik bangunan. Di lapangan seringkali didapati ketidak sesuaian antara harapan dan keinginan

7 Ernawi., Kearifan Lokal Dalam Perspektif Penataan Ruang. Makalah dalam

Seminar Nasional Kearifan Lokal Dalam Perencanaan dan Perancangan Lingkungan Binaan . Malang. 2009. hlm. 4

pemahaman akan kearifan lokal yang dapat dijadikan aset pemerintah setempat menjadikan sebuah hambatan. Mempertahankan budaya dalam sebuah kawasan dengan segala kearifannya yang akan direvetalisasi belum tentu dapat diterima dengan baik oleh masyarakat. Untuk itu ada beberapa hal yang perlu ditegaskan adalah: pertama, hanya sebagian kelompok masyarakat yang bisa memahami gagasan konservasi yang sementara ini memang masih elitis, terutama sekali mereka yang pernah mengenyam pendidikan barat; kedua, adanya kecenderungan dari pihak institusi terkait untuk melihat tapak dan bangunan sebagai suatu barang komoditas; dan ketiga, kondisi bangunan dan lingkungan yang relatif mudah rusak mengingat

faktor iklim dan kondisi geografis lingkungan. 8

Untuk itu perlu diperhatikan ada beberapa hal di antaranya bahwa:

a. Pelaksanaan revitalisasi memerlukan adanya keterlibatan masyarakat yang bukan hanya sekedar ikut serta untuk mendukung aspek formalitas perlunya partisipasi masyarakat.

b. Keterlibatan masyarakat ini terkait erat karena revitalisasi berarti adanya kegiatan baru dalam suatu kawasan, sehingga keterlibatan tersebut didukung oleh pemahaman yang mendalam tentang revitalisasi dan konservasi.

c. Sosialisasi tentang pentingnya revitalisasi perlu diupayakan untuk mengubah dan menumbuhkan kemauan publik dan swasta untuk melakukan investasi pada

8 Ibid.

terpelihara dan bahkan berkembang sepanjang masa. 9

Sebagai contoh, penduduk lokal dan berbagai organisasi untuk revitalisasi, menyeleksi sumber daya budaya untuk revitalisasi dan menetapkan tiga buah kriteria dasar:

a. Sumber daya tersebut harus menunjukkan hubungan yang penting antara pelestarian dan kebangaan masyarakat setempat.

b. Sumber daya tersebut harus potensial menjadi katalisator usaha revitalisasi dan pembangunan.

c. Sumber daya tersebut harus memiliki dukungan masyarakat dan politik. 10

Setelah ditelusuri, kawasan lama biasanya mempunyai banyak potensi antara lain:

a. Kehidupan masyarakatnya masih tradisionil baik dari segi spiritualnya maupun kulturalnya.

b. Masyarakat setempat biasanya mempunyai mata pencaharian berupa kerajinan tangan sesuai dengan daerahnya masing-masing.

c. Mempunyai kesenian rakyat.

d. Mempunyai lahan atau bangunan yang spesifik yang dapat dijadikan objek wisata.

9 Hartono, S. Handinoto., op.cit. hlm. 14

10 Ernawi., op cit. hlm. 6

Apa yang telah dijelaskan di atas masih perlu ada satu pendekatan lagi, yaitu bagaimana budaya lokal yang melekat pada lingkungan atau kawasan bersejarah tersebut dapat diungkapkan dengan baik dan jelas. Aspek perilaku masyarakat memang sangat menentukan, demikian juga aspek kondisi geografisnya bila kawasan perkotaan ataupun perdesaan akan dijadikan objek pelestarian yang terkait dengan revitalisasi.

Semuanya ini dapat dilakukan tanpa merubah ciri khas dari tempat di sekitar kawasan atau lingkungan bersejarah itu sendiri. Kalau hal ini berhasil dilakukan, maka revitalisasi kawasan bersejarah akan berhasil dalam pelaksanaannya. Bagaimanapun juga warisan budaya masa lalu telah dihadirkan pada kawasan dalam bentuk fisik, maka identitas fisik itu perlu dipertahankan dan dijaga sebagai bagian dari pelestarian budaya bangsa.

Sebenarnya penggunaan informasi ini sebagai salah satu cara untuk dapat menginformasikan hal-hal yang dapat didokumentasikan dalam melihat budaya apa yang terdapat di kawasan atau lingkungan tersebut. Tinggalan fisik arsitektural apa yang dapat memberikan jaminan untuk melindungi bangunan tersebut yang dapat diperlihatkan secara fisik bagi masyarakat yang ingin mendapatkan informasi tentang sejarah fisik kawasan itu. Untuk itu perlu ada:

11 Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 3 Januari 2012.

dokumentasi digital dan dapat diwujudkan dalam website, sehingga mudah diakses

b. Berbagai gagasan revitalisasi disosialisasikan melalui website dan pemasangan hasil cetaknya di tempat-tempat strategis.

c. Membuat forum dalam bentuk blokger agar masyarakat dan semua pihak dapat menyampaikan pendapatnya secara langsung dan berdiskusi tentang revitalisasi secara terbuka.

d. Pameran secara regular tentang pengembangan upaya revitalisasi melalui produk- produk teknologi informasi di lokasi atau di luar lokasi dapat dilakukan untuk menjaring gagasan dan kemitraan.

e. Melalui upaya ini dapat dirumuskan pula beragam insentif yang akan diberikan kepada pihak-pihak yang melaksanakan program pelestarian dan revitalisasi. 12

Kedua kegiatan ini perlu mendapat perhatian dalam pelaksanaannya, konsep yang ditata dalam sebuah pemikiran dalam hal ini pelestarian dan revitalisasi, ternyata membutuhkan kecermatan dalam implementasi di lapangan. Ada beberapa hal yang dapat dipakai sebagai dasar dalam memadukan kedua kegiatan tersebut, di antaranya:

12 Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 3 Januari 2012 12 Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 3 Januari 2012

b. Keuntungan ekonomi, yaitu dapat meningkatkan taraf hidup, mengurangi pengangguran lokal, omset penjualan, naiknya harga sewa, pajak pendapatan oleh pemerintah daerah.

c. Keuntungan sosial, timbul karena meningkatnya nilai ekonomi dan menumbuhkan rasa percaya diri pada masyarakat.

Ketiga keuntungan tersebut harus dapat memberikan kontribusi pemahaman bagi masyarakat yang kawasan atau lingkungannya akan di revitalisasi. 13 Pendekatan ini membutuhkan waktu yang lama selain penataan fisik kawasannya, sehingga keuntungan sosial juga harus dapat mempertahankan budaya masyarakat setempat yang akan ditata untuk masa mendatang. Budaya masyarakat harus berjalan dan dipertahankan agar masyarakat merasa ikut memiliki warisan budayanya. Meningkatnya daya dukung sosial masyarakat sekitar dalam tataran ekonomi harus dapat memberikan jaminan. Perjalanan masa depan kawasan secara fisik harus terjaga sedemikian rupa dalam menghadapi perkembangan, sehingga sejarah fisik masa lalu lingkungan dan kawasan tersebut dapat langgeng dan terjaga dengan baik.

13 Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 3 Januari 2012 13 Wawancara dengan Sri Ediningsih tanggal 3 Januari 2012

2. Lingkungan

Lingkungan yang ada disekitar benteng merupakan kawasan loji berada disebelah timur Vredeburg, tepatnya sekitar wilayah Shopping sampai hampir perempatan Gondomanan. Sejumlah fasilitas pendukung masih bisa dinikmati keindahannya, misalnya gereja Protestansche Kerk sekarang menjadi Gereja Kristen Marga Mulya, berlokasi di utara Gedung Agung dan Gereja Fransiskus Xaverius Kidul Loji (bangunan lama) berada di sebelah selatan. Sedangkan sebelah timur

kompleks Taman Pintar. 14

Kawasan loji lainnya yang menarik adalah Loji Setan. Gedung yang tidak diketahui tahun pembuatannya ini, pada awalnya disebut Loji Marlborough yang pernah disinggahi Gubernur Jendral Raffles. Pernah berfungsi sebagai Kantor

Komite Nasional Indonesia gedung tersebut menjadi Gedung DPRD. 15

Buletin Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta tahun 2009. Koleksi Benteng Vredeburg Yogyakarta

15 Ibid.

Gedung Agung atau yang dulunya disebut sebagai Loji Kebon. Letak Loji Kebon ini berada di depan Gedung Vredeburg. Halaman Loji Kebon sangat luas dan dihiasi arca-arca yang dikumpulkan oleh para pejabat Belanda dari penjuru kota Jogja. Bangunan ini terdiri atas enam bangunan utama, yaitu Gedung Agung (gedung utama), Wisma Negara, Wisma Indraphrasta, Wisma Sawojajar, Wisma Bumiretawu,

dan Wisma Saptapratala. Gedung utama yang disebut dengan Ruang Garuda. 16