PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE QUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD N SAPEN 03 KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

(1)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE QUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD N SAPEN 03 KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

TAHUN PELAJARAN 2009/2010

SKRIPSI

Disusun oleh: AJI WASITO

X7108611

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE QUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD N SAPEN 03 KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO

(Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sapen 03 Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo

Tahun Pelajaran 2009/ 2010)

Oleh : AJI WASITO NIM : X7108611

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan Ilmu Pendidikan

PROGRAM STUDI S1 PGSD KUALIFIKASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA TAHUN 2010


(3)

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul :

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE QUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD N SAPEN 03 KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sapen 03 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/ 2010)

Oleh :

Nama : Aji Wasito

NIM : X7108611

Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada Hari :

Tanggal :

Persetujuan Pembimbing Pembimbing I

Dra. JENNY I.S POERWANTI, M.Pd

NIP. 19630125 198703 2 001

Pembimbing II

Dr. PEDUK RINTAYATI, M.

Pd

NIP. 19540224 198203 2 001


(4)

commit to user

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul :

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE QUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD N SAPEN 03 KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sapen 03 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/ 2010)

Oleh :

Nama : Aji Wasito

NIM : X7108611

Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari :

Tanggal :

Tim Penguji :

Nama Terang : Tanda Tangan

Ketua : Drs. Kartono, M. Pd ……….

Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd ……….

Anggota I : Dra. Jenny I.S Poerwanti, M. Pd ……….

Anggota II : Dr. Peduk Rintayati, M. Pd ……….

Disahkan Oleh :

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta Dekan


(5)

commit to user

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd NIP. 19600727 198702 1 001

ABSTRAK

AJI WASITO, PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF

PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE QUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD N SAPEN 03, KECAMATAN MOJOLABAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2009/2010. SKRIPSI, SURAKARTA : FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET, JULI 2010.

Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah : untuk meningkatkan kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA melalui metode quantum pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03,kecamatan Mojolaban, kabupaten sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sebanyak 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumen, wawancara. Teknik analisis data menggunakan tehnik analisis model interaktif yang terdiri dari tiga buah komponen yaitu reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Ada peningkatan kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA melalui metode quantum. Hal ini ditunjukkan dari nilai rata- rata tes kognitif sebelum tindakan 61,38 dan siswa belajar tuntas 55,55%, pada siklus I nilai rata- rata tes kognitif 62,22 dan siswa belajar tuntas 72,22%, pada siklus II nilai rata-rata tes kognitif 73,05 dan siswa belajar tuntas 100%.


(6)

commit to user ABSTRACT

AJI WASITO, IMPROVING THE COGNITIVE ABILITY IN NATURAL

SCIENCE LEARNING THROUGH THE QUANTUM LEARNING METHOD OF THE STUDENTS IN GRADE IV OF STATE PRIMARY SCHOOL OF SAPEN 03 IN MOJOLABAN SUB-DISTRICT, SUKOHARJO REGENCY, IN THE ACADEMIC YEAR OF 2009/2010. SKRIPSI: THE FACULTY OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION, SEBELAS MARET UNIVERSITY, SURAKARTA, JULY 2010.

The objective of this research is to improve the cognitive ability in Natural Science through the Quantum learning method of the students in Grade IV of State Primary School of Sapen 03 in Mojolaban Sub-district, Sukoharjo Regency in the academic year of 2009/2010.

This research is a classroom action one with two cycles. Each cycle consisted of four phases, namely: planning, implementation, observation, and reflection. The subject of the research was all of the students in grade IV of State Primary School of Sapen 03 in Mojolaban Sub-district, Sukoharjo Regency in the academic year of 2009/2010. Its data were gathered through observation, document analysis (content analysis), and in-depth interview. The data were then analyzed by using an interactive model of analysis comprising three components, namely: data reduction, data display, and conclusion drawing or verification.

The result of the research shows that there is an improvement of cognitive ability in Natural Science of the students in grade IV of State Primary School of Sapen 03 in Mojolaban Sub-district, Sukoharjo Regency in the academic year of 2009/2010, who were taught with the Quantum learning method. This is indicated by their cognitive tests. Prior to the treatment, the average score of their cognitive test is 61.38, and the percentage of the students completing the learning is


(7)

commit to user

55.55%. Following the treatment of cycle I, the average score improves to 62.22 and the percentage of students completing the learning is 72.22%. After the treatment of cycle II, the average score improves to 73.05, and the percentage of the students completing the learning is 100%.

MOTTO

Nilai seseorang itu ditentukan dari keberaniannya memikul tanggung jawab, mencintai hidup dan pekerjaannya.

(Kahlil Gibran)

Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek bagi yang

bahagia. Tapi bagi yang selalu mengasihi, waktu adalah keabadian.

(Henry Van Dyke)

Hakekat hidup di dunia agar tidak bingung berpeganglah pada empat usaha; pertama contohlah apa yang baik, kedua tirulah kehendak yang baik, ketiga indahkanlah apa yang nyata, keempat pilihlah apa yang membawa keberhasilan,

itulah bekal hidup


(8)

commit to user

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan segenap hati yang paling dalam, Aji Wasito mempersembahkan skripsi ini kepada :

1. Ayahku Suripto, BA dan Ibuku Tri murni Wiji Lestari yang saya cintai yang telah memberikan motivasi, bimbingan dan kasih sayang dengan tulus ikhlas serta mendukungku, menuntunku di setiap langkahku. 2. Rekan-rekan guru SD N Sapen 03. 3. Rekan-rekan S1 PGSD.

4. Almamaterku.


(9)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian tindakan kelas dengan lancar.

Skripsi yang berjudul “Peningkatan kemampuan kognitif pada pembelajaraan IPA melalui metode quantum pada siswa kelas IV SD N Sapen 03 kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010” ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa penelitian tindakan kelas ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan skripsi ini, untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sangat tulus kepada semua pihak, khususnya kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Rusdiana Indianto, M. Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Drs. Kartono, M. Pd selaku Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 4. Dra. Jenny I.S Poerwanti, M. Pd selaku pembimbing I yang dengan

sabar memberikan motivasi serta bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.


(10)

commit to user

5. Dr. Peduk Rintayati, M. Pd selaku pembimbing II yang dengan sabar membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Hj. Dwi Atmini, S. Pd selaku Kepala SD Negeri Sapen 03

Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang telah memberi motivasi dan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian. 7. Rekan-rekan di SD Negeri Sapen 03 yang telah membantu dalam

penyusunan skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberi bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, karena keterbatasan dan pengetahuan yang ada dan tentu hasilnya juga masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Harapan penulis semoga skripsi penelitian tindakan kelas ini dapat memberi manfaat kepada penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Semoga amal kebaikan semua pihak mendapat pahala dari Allah SWT. Amin.

Surakarta, Juli 2010 Penulis

Aji Wasito


(11)

commit to user

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ……… HALAMAN PENGESAHAN ………. HALAMAN PERSETUJUAN ………. LEMBAR PENGESAHAN ………... HALAMAN ABSTRAK ……….. HALAMAN ABSTRAK ……….. HALAMAN MOTTO……… HALAMAN PERSEMBAHAN ……….. KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ……… DAFTAR TABEL……….. DAFTAR GAMBAR ……… DAFTAR LAMPIRAN ……….

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ……….. B. Rumusan Masalah……….. C. Tujuan Penelitian ……….. D. Manfaat Penelitian ………...

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka ……….. 1. Kemampuan Kognitif ………

…..

2. Pengertian Metode Quantum ………...

xi i ii iii iv v vi vii viii ix xi xiii xiv xv 1 5 5 6 8 8 13 24 24 27


(12)

commit to user

B. Penelitian yang Relevan………. C. Kerangka Berpikir……….. D. Hipotesis Tindakan ………...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian……… B. Bentuk dan Strategi Penelitian ………. C. Subjek Penelitian ……….. D. Data dan Sumber Data ..………... E. Teknik Pengumpulan Data ………... F. Validitas Data ……… G. Teknik Analisis Data ……… H. Prosedur Penelitian ………...

I. Indikator Kinerja ………..

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Awal Kemampuan Menghitung Siswa ………….. B. Deskripsi Hasil Penelitian……….. C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ………... D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ………...

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan ……….……. B. Implikasi ……….. C. Saran ……… DAFTAR PUSTAKA ……… LAMPIRAN………... xii 28 29 29 29 30 31 32 33 39 40 40 41 56 66 67 69 71 73


(13)

commit to user

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Frekuensi Nilai Tes Kognitif Siswa Materi Pokok

Perubahan kenampakan bumi sebelum tindakan ………..

Tabel 2. Data Frekuensi Nilai Tes Kognitif Siswa Materi Pokok

Perubahan Kenampakan Bumi Pada Siklus I ………..

Tabel 3. Data Frekuensi Nilai Tes Kognitif Siswa Materi Pokok

Perubahan Kenampakan Bumi Pada Siklus II ………..

Tabel 4. Prosentase siswa yang memperoleh nilai tes kognitif > 63

sebelum dan sesudah tindakan siklus I ...

Tabel 5. Prosentase siswa yang memperoleh nilai tes kognitif > 63

sebelum dan sesudah tindakan siklus II ...

Tabel 6. Rekapitulasi Hasil Nilai Tes Kognitif dengan

Kriteria Nilai Terendah, Nilai Tertinggi dan Rata-Rata Nilai sebelum Tindakan dan setelah Tindakan melalui

Metode Quantum pada siklus I dan II...

xiii

57

59

61

63

64


(14)

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bagan Kerangka berpikir ………...

Gambar 2. Model Analisis Interaktif ……….

Gambar 3. Gambar Model Kemmis dan MC Taggart ...

Gambar 4. Gambar Media Globe (sebagai Tiruan Bumi) ...

Gambar 5. Deskripsi Kenampakan Bumi………...

Gambar 6. Grafik Nilai Tes Kognitif Materi Pokok Perubahan

Kenampakan Bumi sebelum Tindakan ………...

Gambar 7. Grafik Nilai Tes Kognitif Materi Pokok Perubahan

Kenampakan Bumi pada Siklus I………...

Gambar 8. Grafik Nilai Tes Kognitif Materi Pokok Perubahan

Kenampakan Bumi pada Siklus II ………...

Gambar 9. Proses Pembelajaran pada Pertemuan Pertama Siklus I ...

Gambar 10. Proses Pembelajaran pada Pertemuan Kedua Siklus II ... Gambar 11. Proses Pembelajaran pada Pertemuan Pertama Siklus II ... Gambar 12. Proses Pembelajaran pada Pertemuan Kedua Siklus II ...

xiv

26 32 38 43 45 58

60

62

116 117 118 119


(15)

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kriteria Ketuntasan Minimal ………...

Lampiran 2. Indikator Materi pokok perubahan kenampakan bumi

dan Silabus ...

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ………...

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II………....

Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan I ...

Lampiran 6. Lembar Kerja Siswa Siklus I Pertemuan 2 ...

Lampiran 7. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan I ...

Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa Siklus II Pertemuan 2 ...

Lampiran 9. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan I ...

Lampiran 10. Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ... Lampiran 11. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan I ... Lampiran 12. Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ... Lampiran 13. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ... Lampiran 14. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ... Lampiran 15. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1 ... Lampiran 16. Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ... Lampiran 17. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 1 ………... Lampiran 18. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus I Pertemuan 2 ……….... Lampiran 19. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 1………….. Lampiran 20. Kunci Jawaban Soal Evaluasi Siklus II Pertemuan 2 ………… Lampiran 21. Lembar Panduan Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus I ... Lampiran 22. Lembar Panduan Observasi Aktivitas Siswa Pada Siklus II... Lampiran 23. Lembar Panduan Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus I ...

xv 72 73 76 79 82 83 84 85 86 89 92 95 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109


(16)

commit to user

Lampiran 24. Lembar Panduan Observasi Aktivitas Guru Pada Siklus II...

Lampiran 25. Lembar Wawancara untuk Siswa ... Lampiran 26. Lembar Wawancara untuk Guru ... Lampiran 27. Lembar Angket Siswa………... 113 Lampiran 28. Daftar Nilai Tes Kognitif Materi Pokok

Perubahan Kenampakan Bumi Sebelum Tindakan ... Lampiran 29 Daftar Nilai Tes Kognitif Materi Pokok

Perubahan Kenampakan Bumi Pada Siklus I... Lampiran 30. Daftar Nilai Tes Kognitif Materi Pokok

Perubahan Kenampakan Bumi Pada Siklus II... Lampiran 31. Foto Kegiatan Penelitian ... Lampiran 32. Materi Pokok Perubahan kenampakan Bumi

dan Peta Konsep ... Lampiran 33. Jadwal Penelitian ... Lampiran 34. Jurnal Internasional, Surat Ijin Penelitian dan

Surat Keterangan Penelitian ...

xvi

110 111 112 113

114

115

116

120 124


(17)

commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

Pada era globalisasi, perkembangan IPTEK semakin marak di masyarakat. Maraknya perkembangan IPTEK disebabkan oleh adanya tuntutan manusia untuk berkembang dan maju dalam berbagai bidang sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan merupakan upaya untuk membentuk sumber daya manusia yang dapat meningkatkan kualitas kehidupannya. Dengan demikian, kebutuhan manusia yang semakin kompleks akan terpenuhi. Selain itu melalui pendidikan akan dibentuk manusia yang berakal dan berhati nurani. Kualitas sumber daya manusia sangat diperlukan dalam menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga mampu menghadapi persaingan global.

Dalam pembangunan nasional, pendidikan diartikan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat manusia serta dituntut untuk menghasilkan kualitas manusia yang lebih tinggi guna menjamin pelaksanaan dan kelangsungan pembangunan. Peningkatan kualitas pendidikan harus dipenuhi melalui peningkatan kualitas dan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan lainnya. Pembaharuan kurikulum yang sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengesampingkan nilai-nilai luhur sopan santun dan etika serta didukung penyediaan sarana dan prasarana yang memadai, karena pendidikan yang dilaksanakan sedini mungkin dan berlangsung seumur hidup menjadi tanggung jawab keluarga, sekolah, masyarakat dan pemerintah.

Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam keberhasilan pembangunan disegala bidang, hingga kini pendidikan masih diyakini sebagai wadah dalam pembentukan sumber daya manusia yang diinginkan. Melihat begitu pentingnya pendidikan dalam pembentukan sumber daya manusia, maka peningkatan mutu pendidikan merupakan hal yang wajib dilakukan secara berkesinambungan guna menjawab perubahan zaman. Masalah peningkatan mutu pendidikan tentulah sangat berhubungan dengan masalah proses pembelajaran.


(18)

commit to user

Proses pembelajaran yang sementara ini dilakukan di lembaga-lembaga pendidikan terutama untuk sekolah dasar pada pembelajaran IPA masih banyak yang mengandalkan cara-cara lama dalam penyampaian materinya. Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka pelajaran IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. Oleh sebab itu kemampuan kognitif anak sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA.

Pembelajaran yang baik adalah bersifat menyeluruh dalam melaksanakannya dan mencakup berbagai aspek, baik aspek kognitif, afektif, maupun psikomotorik, sehingga dalam pengukuran tingkat keberhasilannya selain dilihat dari segi kuantitas juga dari kualitas yang telah dilakukan di sekolah-sekolah.

Akhmad Sudrajat (2009) mengemukakan : di dalam kemampuan kognitif meliputi berbagai domain diantarannya : pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisa, sintesa dan evaluasi (http://localhost).

Permasalahan yang dihadapi siswa di SD N SAPEN 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo adalah rendahnya kemampuan kognitif dalam pembelajaran IPA terutama kemampuan kognitif pada aspek pengetahuan dan pemahaman materi pokok perubahan kenampakan bumi, hal ini bisa dilihat dari rata-rata hasil ulangan harian IPA materi pokok perubahan kenampakan bumi yang hanya 61.38 di bawah kriteria ketuntasan minimum (KKM) untuk pelajaran IPA dimana KKM untuk pelajaran IPA yaitu 63.00, salah satu sebab rendahnya kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA adalah guru kurang menggunakan metode bervariasi dalam pembelajaran IPA sehingga anak-anak kurang aktif dalam pembelajaran IPA dan pendapat siswa bahwa pelajaran IPA dianggap sulit sehingga tidak menarik untuk belajar, sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan kognitif yang diperoleh siswa dan rendahnya pemahaman konsep pada materi pokok perubahan lingkungan fisik dan pengaruh terhadap daratan.


(19)

commit to user

Para siswa menganggap pelajaran IPA sulit dipahami. Untuk anak-anak yang taraf berpikirnya masih berada pada tingkat konkret, semua yang diamati, diraba, dicium, dilihat dan didengar akan kurang berkesan kalau sesuatu itu hanya diceritakan, karena mereka belum dapat menyerap hal yang bersifat abstrak. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa dalam mencerna bahan pengajaran berbeda. Dalam proses pembelajaran IPA (sains) kurang adanya penggunaan pendekatan, media dan metode yang tepat, sehingga cenderung guru yang aktif dan siswa pasif.

Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam menimbulkan serta mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah.

Krisna (2009) menyatakan bahwa : belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, proses yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman, proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu yang

dipelajari (http://krisna1.blog.uns.ac.id).

Pembelajaran yang aktif ditandai adanya rangkaian kegiatan terencana yang melibatkan siswa secara langsung, komprehensif baik fisik, mental maupun emosi. Hal semacam ini sering diabaikan oleh guru karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana kelas yang aktif, efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan alat peraga. Hal ini dapat membantu guru dalam menggerakkan, menjelaskan gambaran ide dari suatu materi.

Pada pembelajaran IPA diperlukan kemampuan guru dalam mengelola proses belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal, sehingga pada akhirnya berdampak pada kemampuan kognitif siswa pada pembelajaran dapat meningkat. Hal tersebut sangat penting karena dalam kehidupan sehari-hari, siswa tidak pernah lepas dengan dunia IPA (Sains), yang dekat dengan aktivitas kehidupan mereka. Untuk itu dalam pembelajaran diperlukan metode yang sesuai


(20)

commit to user

dengan tingkat perkembangan siswa. Dengan pemilihan metode yang tepat dan efektif diharapkan dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA.

Pada pembelajaran IPA sangat berkaitan dengan dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari. Guru dapat membuka berbagai pikiran dari siswa yang bervariasi sehingga siswa dapat mempelajari konsep-konsep dalam penggunaannya pada aspek yang terkandung dalam mata pelajaran IPA untuk memecahkan suatu masalah atau persoalan serta mendorong siswa membuat hubungan antara materi IPA dan penerapannya yang berkaitan dalam kehidupan sehari-hari.

Di dalam penyampaian materi pelajaran IPA perlu dirancang suatu strategi pembelajaran yang tepat, yakni anak akan mendapatkan pengalaman baru dalam belajarnya, selain itu siswa akan merasa nyaman. Perlu diketahui bahwa tingkat pemahaman tiap-tiap siswa tidak sama, sehingga kecepatan siswa dalam

mencerna bahan pengajaran berbeda. Dengan menerapkanmetode quantum, maka

dalam mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di pendidikan dasar dapat tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif. Mutu pembelajaran IPA perlu ditingkatkan secara berkelanjutan untuk mengimbangi perkembangan teknologi.

Pembelajaran IPA memiliki fungsi yang fundamental dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajarkan dengan cara yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan sikap ilmiah. Untuk menggali potensi anak agar selalu kreatif dan berkembang perlu diterapkan pembelajaran yang bermakna yang akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa makin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuan sendiri yaitu proses yang melibatkan siswa sepenuhnya untuk merumuskan konsep.


(21)

commit to user

Menurut Bobbi dan Mark Reardon (2005:5) quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran quantum dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Pembelajaran IPA dengan menggunakan metode quantum akan membawa siswa belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan. Siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga kemampuan kognitif pada siswa diharapkan dapat tumbuh dalam kegiatan belajar siswa.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengadakan penelitian dengan judul : “PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF PADA PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE QUANTUM PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI SAPEN 03, KECAMATAN MOJOLABAN, KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2009/2010”.

B. Perumusan Masalah.

Berdasarkan pada latar belakang dan data yang diperoleh dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dan untuk membatasi permasalahan yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan permasalahan di atas, penulis merumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

“Apakah pelaksanaan pembelajaran IPA dengan menggunakan metode Quantum dapat meningkatkan kemampuan kognitif pada siswa kelas IV SD Negeri Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2009/2010 ?”

C. Tujuan Penelitian.

Sesuai dengan permasalahan pokok di atas, tujuan yang ingin dicapai peneliti dalam penelitian ini adalah:

“Untuk meningkatkan kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA melalui metode Quatum pada siswa kelas IV SD N Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010”


(22)

commit to user

D. Manfaat Hasil Penelitian.

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru, dan sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses belajar dan mengajar siswa.

1. Manfaat Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi atau masukan kepada pengajar (guru) dalam memberikan pelajaran-pelajaran yang dinilai sulit dipahami oleh siswa dalam menerima pelajaran. Metode quantum memberikan cara belajar dalam suasana yang lebih nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya.

2. Manfaat Praktis.

a. Manfaat bagi Siswa.

1) Siswa menjadi lebih termotivasi untuk belajar IPA terutama pada materi pokok perubahan kenampakan bumi.

2) Kemampuan kognitif siswa meningkat terutama kemampuan kognitif pada domain pengetahuan dan pemahaman pada materi pokok perubahan kenampakan bumi.

3) Siswa lebih dapat mencintai alam sekitar.

b. Bagi Guru.

1) Menambah pengetahuan tentang pemanfaatan metode quantum sebagai metode pembelajaran.

2) Guru lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat bagi perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran.

3) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan strategi pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga materi pelajaran akan lebih menarik.


(23)

commit to user

c. Bagi Sekolah.

Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan kualitas pendidikan.

d. Bagi Peneliti.

Memberikan sumbangan pengalaman tentang penelitian tindakan kelas.


(24)

commit to user BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka.

1. Kemampuan Kognitif.

a. Pengertian Kemampuan.

Chaplin (1997) mengemukakan bahwa kemampuan (ability) adalah

tenaga/daya kekuatan untuk melakukan suatu perbuatan. Kemampuan biasa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan/praktek. (Http:digilib.petra.ac.id/jiunkpe-ns-s1-2008-31403361-9052-hanurda chapter2.)

Robbins (2002) mengemukakan bahwa kemampuan terdiri dari dua faktor yaitu :

1) Kemampuan Intelektual (Intelektual ability).

Kemampuan Intelektual merupakan kemampuan melaukan aktivitas secara mental .

2) Kemampuan fisik (Physical ability).

Kemampuan fisik merupakan kemampuan melakukan aktivitas berdasarkan stamina kekuatan dan karakteristik fisik (Http:digilib.petra.ac.id/jiunkpe-ns-s1-2008-31403361-9052-hanurda chapter2).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability)

adalah kecakapan/potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil latihan dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan.


(25)

commit to user b. Pengertian Kognitif.

Amin Susilo (2008) mengemukakan bahwa kognitif adalah suatu proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah,

menciptakan dan berfantasi(Http:etd.eprints.ums.ac.id).

Akhmad Sudrajat (2009) menyatakan : di dalam kemampuan kognitif meliputi berbagai domain diantarannya : pengetahuan, pemahaman, aplikasi,

analisa, sintesa dan evaluasi (http://localhost).

Berdasarkan uraian di atas kognitif adalah suatu proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi di dalam melakukan suatu kegiatan.

Kegiatan belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia di antaranya pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap, keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Kegiatan belajar yang dilakukan seorang siswa sangat dipengaruhi oleh kemampuan kognitif anak tersebut. Kemampuan kognitif siswa dapat dilihat dari keaktifan siswa dan kemandirian siswa maupun kemampuan siswa dalam pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa bukanlah hal yang mudah. Banyak sekali ditemukan siswa yang mendapat nilai rendah dalam sejumlah mata pelajaran, ada pula yang dapat nilai tinggi dalam sejumlah mata pelajaran, namun mereka masih kurang mampu menerapkan dengan baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap dan situasi yang lain.

Di dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru harus bisa membimbing anak untuk beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-objek seperti mainan, perabot dan makanan serta objek-objek-objek-objek sosial seperti diri, orang tua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek,


(26)

peristiwa-commit to user

peristiwa dan untuk membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut. Kognitif merupakan suatu proses dan produk pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi.

Dalam pengembangan variasi mengajar tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak di capai yaitu meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevensi proses belajar mengajar, memberikan kesempatan fungsinya motivasi, membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah memberikan kemungkinan pilihan, fasilitas belajar individual dan mendorong anak untuk belajar. Inti pokok dari pembelajaran adalah siswa yang belajar. Belajar dalam arti perubahan dan peningkatan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh prestasi belajar yang tinggi.

Perkembangan kognitif sendiri adalah perkembangan fungsi intelek atau proses-proses perkembangan kemampuan atau kecerdasan otak anak. Kemampuan kognitif berkaitan dengan pengetahuan kemampuan berfikir dan kemampuan memecahkan masalah, tanpa kemampuan kognitif sulit dibayangkan seorang siswa dapat memahami materi-materi pelajaran yang disajikan kepadanya. Upaya pengembangan kognitif secara terarah, baik oleh orang tua maupun guru sangat penting.

Piaget memandang perkembangan intelektual berdasarkan perkembangan struktur kognitif. Piaget mengidentifikasikan empat tahap perkembangan kognitif anak-anak. Keempat tahap perkembangan itu digambarkan dalam teori Piaget sebagai berikut :

1) Tahap sensorimotor : dari lahir hingga 2 tahun (anak mengalami

dunianya melalui gerak dan inderanya serta mempelajari permanensi obyek).

2) Tahap pra-operasional : dari 2 hingga 7 tahun (mulai memiliki

kecakapan motorik).

3) Tahap operasional konkret : dari 7 hingga 11 tahun (anak mulai berpikir secara logis tentang kejadian-kejadian konkret). Perkembangan dari satu tahap ke tahap yang lainnya disebabkan oleh


(27)

commit to user

akumulasi kesalahan di dalam pemahaman anak tentang lingkungannya pada akhirnya menyebabkan suatu tingkat ketidakseimbangan kognitif yang perlu ditata ulang oleh struktur

pemikiran(http:id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget).

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif di dalam menyusun pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi, walaupun proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia punyai (http:id.wikipedia.org/wiki/Jean_Piaget).

Piaget percaya bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahap-tahapan Piaget, setiap individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat selalu tetap, tidak melompat atau mundur.

Perubahan kualitatif ini terjadi karena tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan serta adanya pengorganisasian struktur berpikir. Perilaku individu mencakup segala pernyataan hidup, untuk keperluan studi tentang perilaku kiranya perlu ada sistematika pengelompokan berdasarkan kerangka berfikir tertentu (taksonomi). Bloom (1956) mengungkapkan tiga kawasan (domain) perilaku individu beserta sub kawasan dari masing-masing kawasan, yakni : kawasan kognitif, kawasan afektif dan kawasan psikomotor (Http:id.wikipedia.org/wiki/Taksonomi_Bloom).

Kawasan kognitif yaitu kawasan yang berkaitan aspek-aspek intelektual atau berfikir/nalar terdiri dari :

1) Pengetahuan (knowledge).

Pengetahuan merupakan aspek kognitif yang paling rendah tetapi paling mendasar. Dengan pengetahuan individu dapat mengenal dan mengingat kembali suatu objek, ide prosedur, konsep, definisi, nama, peristiwa, tahun, daftar, rumus, teori, atau kesimpulan.


(28)

commit to user

Pemahaman atau dapat dijuga disebut dengan istilah mengerti merupakan kegiatan mental intelektual yang mengorganisasikan materi yang telah diketahui. Temuan-temuan yang didapat dari mengetahui seperti definisi, informasi, peristiwa, fakta disusun kembali dalam struktur kognitif yang ada.

3) Penerapan (application).

Menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah atau menerapkan pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang dikatakan menguasai kemampuan ini jika ia dapat memberi contoh, menggunakan, mengklasifikasikan, memanfaatkan, menyelesaikan dan mengidentifikasi hal-hal yang sama.

4) Penguraian (analysis).

Menentukan bagian-bagian dari suatu masalah dan menunjukkan hubungan antar bagian tersebut, melihat penyebab-penyebab dari suatu peristiwa atau memberi argumen-argumen yang menyokong suatu pernyataan.

5) Memadukan (synthesis).

Menggabungkan, meramu, atau merangkai berbagai informasi menjadi satu kesimpulan atau menjadi suatu hal yang baru. Kemampuan berfikir induktif dan konvergen merupakan ciri kemampuan ini.

6) Penilaian (evaluation).

Kemampuan untuk mempertimbangkan, menilai dan mengambil keputusan benar/salah, baik-buruk, atau bermanfaat dan tak bermanfaat berdasarkan kriteria-kriteria tertentu baik kualitatif maupun kuantitatif .

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian kemampuan kognitif adalah kecakapan/potensi menguasai suatu keahlian suatu dalam proses berpikir untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah, menciptakan dan berfantasi di dalam kegiatan belajar.


(29)

commit to user

2. Pengertian Metode Quantum.

Metode berasal dari Bahasa Yunani “Methodos” yang berarti cara atau

jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk

mencapai tujuan (Http :tiptk.blogspirit.com/archive/pengertian-metode).

Charlotte Shelton (1998:1) menjelaskan tentang pengertian quantum sebagai berikut :

The word quantum literally means a quantity of something, mechanics refers to the study of motion. Quantum mechanic is, therefore, the study of sub atomic particles in motion. It is however, erroneous to think of these subatomic particle as quantities of something. Subatomic particles are not material things, rather, they are probability tendencies-energy with potentiality. The tendencies-energy, as the term mechanics implies, is never static. It is always in continous motion, uncceasingly changing from wave to particle and particle to wave, forming the atoms and molecules that subsequently create a material world. It is really quite amazing that those seemingly stable and stationary things we observe in the material world ore composed solely of energy.

Kata quantum dalam literatur berarti banyaknya sesuatu, secara

mekanik berarti studi tentang gerakan. Jadi mekanika quantum adalah ilmu yang mempelajari tentang partikel-partikel sub atom yang bergerak. Namun demikian kekeliruan berpikir tentang partikel sub atom ini merupakan banyaknya benda. Partikel sub atom bukan merupakan kecenderungan energi dengan potensial. Energi sebagai implikasi dalam istilah mekanika tidak pernah statis. Energi selalu bergerak secara terus menerus, tidak pernah berhenti berubah dari gelombang menjadi partikel dan dari partikel menjadi gelombang, membentuk atom-atom dan molekul yang seterusnya membentuk dunia materi. Ini benar-benar hal yang menakjubkan yang terlihat stabil dan statis, apabila kita cermati, ternyata


(30)

commit to user

Menurut Bobbi dan Mark Reardon (2005:5) quantum adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran quantum dengan demikian adalah orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.

a. Lahirnya Konsep Quantum Learning.

Bobbi DePorter dalam artikelnya yang berjudul The Impact of Quantum

Learning (http://learningforum.com) menjelaskan pengertian Quantum Learning

sebagai berikut :

Quantum Learning adalah keseluruhan model yang mencakup kedua teori pendidikan dan pelaksanaan di kelas dengan cepat. Ini menggambarkan praktek dasar penelitian terpadu yang terbaik dalam pendidikan ke dalam keseluruhan, yang membuat isi lebih bermakna dan relevan bagi kehidupan siswa.

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (dalam Alwiyah

Abdurrahman 2009:14)bahwa Quantum Learning berakar dari upaya Dr. Georgi

Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan

apa yang disebutnya dengan suggestology atau suggestopedia (yang menurut

sebagian orang memicu seluruh gerakan accelerated Learning). Prinsipnya adalah

bahwa sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif. Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam ruang kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberikan kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.

Istilah yang hampir dipertukarkan dengan sugestology adalah percepatan

belajar (accelerated learning). Permercepatan belajar didefinisikan sebagai


(31)

commit to user

upaya yang normal, dan dibarengi kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan : hiburan, permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik dan kesehatan emosional, namun semua unsur ini bekerja sama menghasilkan pengalaman belajar yang efektif.

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (dalam Alwiyah

Abdurrahman 2009:16) Quantum Learning didefinisikan sebagai

interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Semua kehidupan adalah energi. Rumus fisika yang terkenal dalam fisika quantum adalah massa kali kecepatan

cahaya kuadrat sama dengan energi,dan ditulis sebagai E = mc2.

Tubuh manusia secara fisik adalah materi, sebagai pelajar, tujuannya adalah untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi

agar menghasilkan energi cahaya. Quantum Learning mencakup aspek-aspek

penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang

bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku yang dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru.

Para pendidik dengan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan-tindakan positif, merupakan faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan pegangan dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan.

Quantum Learning menggabungkan sugestology, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk diantaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar lain, seperti : teori otak kanan/kiri, teori otak trione (3 in 1), pilihan modalitas (visual, audotorial, kinestetik), teori kecerdasan ganda, pendidikan holistic (menyeluruh),

belajar berdasarkan pengalaman, belajar dengan symbol (Metaphoric learning),

simulasi/permainan.

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (dalam Alwiyah


(32)

commit to user

didapatkan berbagai manfaat : bersikap positif, meningkatkan motivasi, keterampilan belajar seumur hidup, kepercayaan diri, sukses atau hasil belajar

yang meningkat. Di dalam pembelajaran melalui konsep Quantum Learning

mempunyai langkah-langkah salah satunya dengan cara : ”Ambak”, ”Ambak” adalah singkatan dari ”Apa Manfaat Bagi Ku”.

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (dalam Alwiyah Abdurrahman 2009:49) ”Ambak” adalah motivasi yang didapat dari pemilihan secara mental antara manfaat dan akibat-akibat suatu keputusan. Motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi, selain itu langkah-langkah yang dapat diterapkan dalam pembelajaran

melalui konsep Quantum Learning yaitu: penataan lingkungan belajar, memupuk

sikap juara, bebaskan gaya belajarnya, membiasakan membaca, jadikan anak lebih kreatif dan melatih kekuatan memori anak untuk melaksanakan/praktek pembelajaran metode quantum.

b. Penerapan metode quantum dalam pembelajaran IPA.

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2005:6) karakteristik pembelajaran quantum adalah

1) Pembelajaran quantum berpangkal pada psikologi kognitif.

2) Pembelajaran quantum bersifat humanintis, pembelajaran menjadi pusat perhatiannya, potensi diri dan kemampuan pikiran daya motivasi manusia diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal.

3) Pembelajaran quantum bersifat konstruktivitas, pembelajaran quantum bersifat menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal yang memudahkan dalam mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran. Pembelajaran quantum berupaya memadukan faktor potensi diri siswa dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.

4) Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna bukan sekedar transaksi makna. Pembelajaran


(33)

commit to user

quantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat ilmiah siswa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajaran.

5) Pembelajaran quantum menekankan pada alamiah dan kewajaran proses pembelajaran, sehingga menimbulkan suasana nyaman, segar, sehat, rileks, santai dan menyenangkan.

6) Pembelajaran quantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mengarahkan dan rancangan belajar yang dinamis. Isi pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, fasilitas, ketrampilan belajar dan ketrampilan hidup.

7) Pembelajaran quantum memusatkan perhatian pada pembentukan ketrampilan akademis, ketrampilan dalam hidup dan prestasi. Ketiganya harus diperhatikan, diperlukan dan dikelola secara seimbang.

8) Pembelajaran quantum menginteraksi totalitas tubuh dan pikran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran biasa langsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal. Hasil belajar yang dicapai oleh siswa dipengaruhi dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar siswa atau faktor lingkungan. Faktor yang datang dari diri siswa terutama kemampuan yang dimilikinya. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Salah satu lingkungan belajar yang paling dominan mempengaruhi hasil belajar di sekolah, ialah kualitas pengajaran yaitu tinggi rendahnya atau efektif tidaknya proses belajar dan mengajar dalam mencapai tujuan pembelajaran. Oleh karena itu hasil belajar siswa di sekolah dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pembelajaran.

Di beberapa sekolah dasar para guru menyadari bahwa setiap orang mempunyai cara yang optimal dalam mempelajari informasi baru. Mereka memahami bahwa beberapa murid perlu diajarkan cara-cara yang lain dari metode


(34)

commit to user

mengajar standar. Jika dalam mengajar dengan metode standar, maka kemungkinan kecil mereka dapat memahami apa yang diberikan. Gaya belajar merupakan suatu kunci untuk mengembangkan kinerja dalam pekerjaan, di sekolah, dan dalam situasi-situasi antar pribadi.

Menurut Bobbi DePorter dan Mike Hernacki (2003:7-8) prinsip pembelajaran quantum adalah :

1) Prinsip utama

Bawalah dunia mereka (pembelajar) ke dalam dunia kita (pengajar) dan dunia kita (pengajar) ke dalam dunia mereka (pembelajar).

2) Prinsip dasar

a) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara. Dalam pembelajaran quantum segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran, bahasa tubuh pengajar, sampai sikap guru, semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran. b) Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam

proses pembelajaran mempunyai tujuan.

c) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan. Proses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia yang akan menggerakkan rasa ingin tahu.

d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada waktu siswa melakukan langkah pembelajaran, mereka patut memperoleh pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka, bahkan sekalipun siswa melakukan kesalahan perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.

e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan keberhasilannya.

Pembelajaran dengan menggunakan metode quantum lebih mengutamakan keaktifan peran serta siswa dalam berinteraksi dengan situasi belajarnya melalui panca inderanya baik melalui penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman dan pengecapan, sehingga hasil penelitian dengan metode quantum terletak pada


(35)

commit to user

modus berbuat yaitu katakan dan lakukan, dimana proses pembelajaran quantum mengutamakan keaktifan siswa, siswa mencoba mempraktekkan media melalui kelima inderanya dan kemudian melaporkannya dalam laporan praktikum dan dapat meningkatkan daya ingat. Semakin banyak indera yang terlibat dalam interaksi belajar, maka materi pelajaran akan semakin bermakna. Selain itu dalam proses pembelajaran perlu diperdengarkan musik untuk mencegah kebosanan dalam belajarnya. Pemilihan jenis musik pun harus diperhatikan, agar jangan musik yang diperdengarkan mengganggu konsentrasi belajar siswa.

Siswa dikatakan aktif jika ikut serta mempersiapkan pelajaran, gembira dalam belajar, mempunyai kemauan dan kreativitas dalam belajar, keberanian menyampaikan gagasan dan minat, sikap kritis dan ingin tahu, kesungguhan bekerja sesuai dengan prosedur, pengembangan penalaran induktif dan pengembangan penalaran deduktif. Belajar akan benar-benar dipahami sebagai aktivitas kreasi ketika seorang siswa tidak hanya bisa menerima, melainkan bisa mengungkapkan kembali apa yang didapatkan menggunakan bahasa hidup dengan cara dan ungkapan sesuai gaya belajar siswa itu sendiri.

Dalam pembelajaran quantum dikenal dengan pendekatan ”TANDUR”, ”TANDUR” adalah :

T : Tumbuhkan, tumbuhkan minat dengan memuaskan ” Apakah manfaatnya

Bagiku” (AMBAK) dan manfaatkan kehidupan siswa.

A : Alami, ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat

dimengerti semua siswa.

N : Namai, sediakan kata kunci, konsep, modal, rumus strategi sebagai

sebuah masukan.

D : Demonstrasikan, sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan

bahwa mereka tahu.

U : Ulangi, tunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan

menegaskan ”aku tahu bahwa aku memang tahu”.

R : Rayakan, bentuk reward yang harus senantiasa diberikan setiap siswa

berhasil dalam pembelajaran (Bobbi DePorter dan Mark Readon 2005:10).


(36)

commit to user

Kemampuan guru sangat diperlukan dalam pembelajaran IPA, seorang guru harus pandai di dalam mengelola proses belajar dan mengajar sehingga keterlibatan siswa dapat optimal, seperti penggunaan metode quantum dalam pembelajaran IPA materi pokok perubahan kenampakan bumi, dengan adanya penerapan alat peraga globe dan gambar-gambar benda langit dalam metode pembelajaran quantum pada pelajaran IPA materi pokok perubahan kenampakan bumi, siswa akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman baru dalam belajarnya, sehingga kemampuan kognitif khususnya aspek pengetahuan dan pemahaman pada siswa diharapkan dapat tumbuh dalam kegiatan belajar siswa.

Dalam proses belajar dan mengajar diperlukan penataan lingkungan yang dapat membuat siswa merasa betah dalam belajarnya, dengan penataan lingkungan belajar yang tepat juga dapat mencegah kebosanan dalam diri siswa. Selain itu motivasi sangat diperlukan dalam belajar karena dengan adanya motivasi maka keinginan untuk belajar akan selalu ada. Pada langkah ini siswa akan diberi motivasi oleh guru dengan memberi penjelasan tentang manfaat apa saja setelah mempelajari suatu materi.

Berdasarkan uraian di atas pengertian metode quantum adalah suatu cara dalam pembelajaran dimana terdapat interaksi-interaksi antara guru dan siswa, dimana dalam pembelajaran tersebut terdapat pertumbuhan minat, keaktifan siswa. Semua kehidupan adalah energi, tubuh manusia secara fisik adalah materi, sebagai pelajar, tujuannya adalah untuk meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi agar menghasilkan energi cahaya.

Ilmu Pengetahuan Alam (sains) merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisir, tentang alam sekitar yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah.

Pada hakikatnya sains terdiri atas tiga komponen, yaitu produk, proses dan sikap ilmiah. Jadi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan atau fakta yang dihafal, namun juga merupakan kegiatan atau proses aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam atau peristiwa-peristiwa alam. Ilmu berkembang dengan pesat, yang pada dasarnya ilmu berkembang dari dua cabang


(37)

commit to user

utama yaitu filsafat alam kemudian menjadi rumpun ilmu-ilmu alam (the natural

sciences) dan filsafat moral kemudian berkembang ke dalam ilmu-ilmu sosial (the social sciences). Ilmu-ilmu alam membagi menjadi dua kelompok yaitu ilmu alam (the physical sciences) dan ilmu hayat (the biological sciences). Ilmu alam ialah ilmu yang mempelajari zat yang membentuk alam semesta sedangkan ilmu hayat mempelajari makhluk hidup di dalamnya. Ilmu alam bercabang lagi menjadi fisika, kimia dan astronomi. Ilmu fisika mempelajari massa dan energi, ilmu kimia mempelajari substansi zat, ilmu astronomi mempelajari benda-benda langit dan

ilmu bumi (the earth sciences) mempelajari bumi kita (http:

id.wikipedia.org/wiki/ilmu pengetahuan alam).

The word science comes from the Latin "scientia," meaning knowledge. How do we define science? According to Webster's New Collegiate Dictionary, the definition of science is "knowledge attained through study or practice," or "knowledge covering general truths of the operation of general laws, esp. as obtained and tested through scientific method and concerned with the physical world" (www. science made simple.com/science-definition. html).

c. Pengertian Pembelajaran IPA (Sains) di SD.

Rochman Natawidjaja dan H.A. Moein Moesa (1991:23) mengemukakan bahwa : pembelajaran adalah upaya pembimbingan terhadap siswa agar siswa itu secara sadar dan terarah berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil belajar sebaik-baiknya, sesuai dengan keadaan dan kemampuan siswa yang bersangkutan.

Menurut Gagne dan Briggs (1979:3) pembelajaran adalah suatu sistem

yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal

(http:blog.persimpangan.com/blog/pengertian-pembelajaran).

Menurut Srini M.Iskandar (2001 : 2) kata IPA merupakan singkatan kata Ilmu Pengetahuan Alam. Kata-kata ilmu pengetahuan alam merupakan

terjemahan dari kata-kata bahasa inggris natural science. Natural artinya alamiah,

berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. Science artinya

ilmu pengetahuan. Jadi pengertian ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science itu


(38)

commit to user

peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Untuk selanjutnya kita akan menggunakan kata IPA sebagai suatu istilah. IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil obervasi dan eksperimen. Dalam pembelajaran IPA mencakup semua materi yang terkait dengan objek alam serta persoalannya. Ruang lingkup IPA yaitu makhluk hidup, energi dan perubahannya, bumi dan alam semesta serta proses materi dan sifatnya. Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran IPA atau sains berorientasi pada siswa. Peran guru bergeser dari menentukan apa yang akan dipelajari ke bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa.

Pengalaman belajar diperoleh melalui serangkaian kegiatan untuk mengeksploitasi lingkungan melalui interaksi aktif dengan teman, lingkungan dan nara sumber lain. Dalam pembelajaran IPA hendaknya guru dapat merancang dan mempersiapkan suatu pembelajaran dengan memotivasi awal sehingga dapat menimbulkan suatu pertanyaan. Dengan begitu, guru dapat mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa dalam melaksanakan pembelajaran.

Salah satu ciri utama pembelajaran IPA adalah dimulai dengan pertanyaan atau masalah dilanjutkan dengan arahan guru menggali informasi, mengkonfirmasikan dengan pengetahuan yang sudah dimiliki dan mengarahkan pada tujuan apa yang belum dan harus diketahui. Jadi terlihat bahwa siswa akan lebih aktif di dalam pembelajaran dan dapat menemukan sendiri jawaban dari masalah atau pertanyaan yang timbul di awal pembelajaran. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh diharapkan tidak dengan jalan mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi dengan jalan menemukan dan menggeneralisasi sendiri sebagai hasil kemandiriannya.

d. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di SD.

Pembelajaran IPA bertujuan membantu siswa memperoleh ide,

pemahaman, dan keterampilan (life skill) sebagai warga negara sehingga siswa


(39)

commit to user

Belajar seperti ini sarat dengan aktivitas, kreativitas, efektivitas, dan membuat siswa menjadi senang (http: kezia-lophemyself.blogspot.com).

Di dalam pembelajaran, hasil belajar menjadi lebih bermakna bukan merupakan hafalan yang mudah lupa, tetapi memiliki resistensi di otak lebih lama. Sains berfaedah bagi suatu bangsa, kiranya tidak perlu dipersoalkan panjang lebar. Kesejahteraan suatu bangsa banyak sekali tergantung pada kemampuan bangsa itu dalam bidang sains, sebab sains merupakan dasar teknologi, sering disebut-sebut sebagai tulang punggung pembangunan. Pengetahuan dasar untuk teknologi ialah sains. Orang tidak menjadi insinyur elektronika yang baik, atau dokter yang baik, tanpa dasar yang cukup luas mengenai berbagai gejala alam. Bila diajarkan sains menurut cara yang tepat, maka sains merupakan suatu mata pelajaran yang memberikan kesempatan berpikir kritis, misalnya : sains diajarkan dengan mengikuti metode menemukan sendiri. Dengan ini anak dihadapkan pada suatu masalah, umpamanya dapat dikemukakan suatu masalah demikian : dapatkah tumbuhan hidup tanpa daun?, anak diminta untuk mencari dan menyelidiki hal ini. Bila sains diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri oleh anak, maka sains tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan belaka. Mata pelajaran ini mempunyai: nilai–nilai pendidikan yaitu mempunyai potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.

Menurut Kurikulum Pendidikan Dasar dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) sekolah dasar dinyatakan bahwa tujuan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam atau Sains adalah sebagai berikut :

1) Menanamkan rasa ingin tahu dan suatu sikap positif terhadap teknologi dan masyarakat.

2) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

3) Menanamkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 4) Mengembangkan kesadaran tentang peran dan pentingnya IPA (sains)


(40)

commit to user

5) Mengalihgunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman ke bidang pengajaran lainnya.

6) Ikut serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

7) Menghargai ciptaan Tuhan akan lingkungan alam.

Berdasarkan uraian di atas salah satu tujuan dari pembelajaran IPA di SD adalah menanamkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains yang akan bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi seorang guru di dalam pembelajaran IPA harus bisa menanamkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep sains kepada siswa.

B. Hasil Penelitian yang Relevan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hermawan Widyastantyo ( http : digilib.unnes.ac.id ) menemukan bahwa : Penerapan metode

Quantum Learning dapat meningkatkan hasil belajar mata pelajaran IPA bagi siswa Kelas V SD Negeri Kebonsari Kabupaten Temanggung.

C. Kerangka Berpikir .

Dalam proses belajar dan mengajar apabila seorang guru menggunakan metode yang tepat, media pendidikan sebagai alat bantu mengajar, dan dapat berkomunikasi dengan baik pada saat menyajikan pelajaran, siswa akan lebih mudah menerima materi yang disampaikan oleh guru. Dalam hal ini pembelajaran IPA melalui metode quantum merupakan salah satu metode pembelajaran yang diharapkan akan menjadi metode yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif. Permasalahan yang dihadapi siswa kelas IV di SD N Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo adalah rendahnya kemampuan kognitif dalam pembelajaran IPA terutama kemampuan kognitif pada aspek pengetahuan dan pemahaman materi pokok perubahan kenampakan bumi, hal ini disebabkan karena guru masih menggunakan metode ceramah, belum menggunakan metode quantum pada pelajaran IPA materi pokok perubahan kenampakan bumi.


(41)

commit to user

Melihat permasalahan yang dihadapi siswa kelas IV di SD N Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo adalah rendahnya kemampuan kognitif dalam pembelajaran IPA terutama kemampuan kognitif pada aspek pengetahuan dan pemahaman materi pokok perubahan kenampakan bumi maka guru melakukan tindakan yaitu dalam pembelajaran IPA materi pokok perubahan kenampakan bumi, guru menggunakan metode quantum dengan alat peraga globe, gambar-gambar benda langit, melalui metode quantum guru berharap dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dengan nilai rata-rata kelas ≥ 63 dan siswa yang mendapat nilai ≥ 63 mencapai 80%.

Melalui metode quantum dalam pembelajaran IPA dapat menimbulkan minat siswa, membantu siswa mendapatkan konsep yang jelas dan tepat, bersifat konkret, menguatkan ingatan siswa, menghindari kesalahpahaman, suasana pembelajaran IPA menyenangkan dengan media globe dalam pembelajaran IPA materi pokok kenampakan bumi. Sehingga minat siswa meningkat (siswa tertarik belajar IPA), dengan demikian, kemampuan kognitif siswa akan meningkat, terutama aspek pengetahuan dan pemahaman dalam pembelajaran IPA materi pokok kenampakan bumi. Kegiatan belajar dan mengajar dengan penggunaan metode quantum dalam pembelajaran IPA dapat menciptakan suasana belajar yang menarik dan materi akan terkesan pada diri siswa. Hal ini siswa akan menjadi lebih jelas dalam menerima materi yang disampaikan guru, sehingga kemampuan kognitif siswa dalam pembelajaran IPA lebih meningkat, terutama pada materi pokok perubahan kenampakan bumi.


(42)

commit to user

Alur kerangka pemikiran yang ditujukan untuk mengarah jalannya penelitian tindakan agar tidak menyimpang dari pokok permasalahan seperti pada Gambar 1 :

Siklus I

Siklus II

Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir.

Kondisi awal

Guru masih meggunakan metode ceramah, belum menggunakan metode quantum pada pelajaran IPA materi pokok perubahan kenampakan bumi Kemampuan kognitif dalam pembelajaran IPA rendah. Melalui metode quantum dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa dengan nilai rata-rata kelas ≥ 63 Tindakan

Dalam pembelajaran IPA materi pokok perubahan kenampakan bumi, guru menggunakan metode quantum quantum dengan alat peraga globe, gambar-gambar benda langit

Kondisi akhir

Melalui metode quantum dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa.

Melalui metode quantum dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa khususnya aspek pengetahuan dan pemahaman dengan nilai rata-rata kelas ≥ 63 dan siswa yang mendapat nilai ≥ 63 mencapai 80%


(43)

commit to user D. Hipotesis.

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, hipotesis tindakan penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah : “Penggunaan metode quantum dapat meningkatkan kemampuan kognitif dalam pembelajaran IPA pada siswa kelas IV SD N Sapen 03, Kecamatan, Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010”.


(44)

commit to user BAB III

METODE PENELITIAN

Menurut Zainal Aqib (2006:33) metode penelitian adalah tahapan-tahapan cara dalam melaksanakan penelitian. Metode yang dipergunakan dalam penelitian merupakan salah satu bagian dalam yang ikut menentukan tingkat kebenaran hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Istilah dalam

bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR).

A. Tempat dan waktu penelitian.

Penelitan ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Sapen 03 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo yang dilaksanakan pada semester 2 tahun pelajaran 2009/2010. Alasan dipilihnya Sekolah Dasar Negeri Sapen 03 sebagai tempat penelitian karena peneliti sebagai guru di SD N Sapen 03, sehingga peneliti sudah mengetahui seluk beluk Sekolah Dasar Negeri Sapen 03 yang dapat membantu penulis dalam melaksanakan penelitian. Selain itu, latar belakang intelegensi dan kehidupan sosial siswa yang cenderung heterogen, guru-guru yang sudah cukup berpengalaman, dan fasilitas sekolah yang cukup memadai, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Sekolah Dasar Negeri Sapen 03.

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret–Juni tahun 2010 atau selama 4 bulan. Pelaksanaan dilakukan dengan dua siklus. Penelitian ini adalah salah satu upaya dalam rangka meningkatkan kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA melalui metode quantum pada siswa kelas IV SD N Sapen 03 Kecamatan Mojolaban Kabupaten Sukoharjo Tahun Ajaran 2009/2010.


(45)

commit to user

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research). Menurut Sarwiji Suwandi (2008:15), penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan guru yang dilakukan oleh siswa.

Strategi dalam penelitian tindakan kelas adalah dengan model siklus. Langkah-langkah pelaksanaan penelitian tindakan kelas menurut Sarwiji Suwandi

(2008:34) ada 4 tahapan yaitu: Perencanaan (planning), Tindakan (acting),

Pengamatan (observing), dan Refleksi (reflecting).

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Siswa kelas IV SDN Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010, yang terdiri dari 18 siswa yaitu 9 putra dan 9 putri yang akan dibagi menjadi 3 kelompok.

D. Data dan Sumber Data

Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini berupa informasi tentang hasil kemampuan kognitif pada pembelajaran IPA, serta kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran dan melaksanakan pembelajaran. Adapun sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian ini antara lain:

1. Informasi data dari narasumber yang terdiri dari siswa kelas IV SD N Sapen 03, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2009/2010. 2. Hasil tes kognitif materi pokok perubahan kenampakan bumi.

3. Silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran.


(46)

commit to user

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data di atas meliputi pengamatan, diskusi, kajian dokumen, dan tes yang masing-masing secara singkat diuraikan sebagai berikut:

1. Pengamatan (observasi)

Pengamatan itu dilakukan terhadap guru ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar mengajar berlangsung pada tanggal 21 Mei 2010, selain itu pengamatan juga dilakukan pada tindakan siklus I pada tanggal 24, 28 Mei 2010 dan pada siklus II pada tanggal 1 dan 4 Juni 2010 untuk mengetahui tingkat partisipasi siswa dalam mengikuti pelajaran.

2. Diskusi

Diskusi dengan guru dilaksanakan setelah pengamatan pertama selesai pembelajaran pada siklus I yaitu pada tanggal 24, 28 Mei 2010 dan pada siklus II yaitu pada tanggal 1 dan 4 Juni 2010. Diskusi dilakukan untuk mengetahui ketertarikan siswa terhadap pembelajaran IPA. Diskusi tersebut dapat peneliti lakukan sampai data yang dibutuhkan dapat terpenuhi.

3. Kajian dokumen

Kajian dilakukan untuk mencari berbagai dokumen atau arsip data yang ada seperti kurikulum, rencana pelaksanaan pembelajaran, silabus, materi pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran dan nilai pelajaran IPA. Kajian dokumen dilakukan tanggal 21 Mei 2010, selain itu kajian dokumen juga dilakukan pada siklus I yaitu pada tanggal 24, 28 Mei 2010 dan pada siklus II yaitu pada tanggal 1 dan 4 Juni 2010.


(47)

commit to user

4. Tes

Pemberian tes untuk mengukur hasil yang diperoleh siswa dalam sebelum maupun setelah penerapan metode quantum. Tes dilakukan pada dilakukan tanggal 21 Mei 2010, selain itu tes juga dilakukan pada siklus I yaitu pada tanggal 24, 28 Mei 2010 dan pada siklus II yaitu pada tanggal 1 dan 4 Juni 2010. Tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui kemampuan kemampuan kognitif sesuai dengan siklus yang ada.

F. Validitas Data

Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Validitas data dipertanggungjawabkan dan dijadikan sebagai dasar yang kuat dalam menarik simpulan. Trianggulasi merupakan cara yang digunakan dalam penelitian kualitatif. Menurut Lexy J. Moleong (1995: 178) trianggulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu.

Untuk menguji validitas data peneliti menggunakan trianggulasi data dan triangulasi teori.

1. Trianggulasi data

Trianggulasi data juga sering disebut sebagai trianggulasi sumber. Cara ini mengarahkan agar di dalam mengumpulkan data menggunakan beragam sumber yang tersedia. Selain itu juga memanfaatkan jenis sumber data yang berbeda-beda. Untuk menggali data yang sejenis bisa diperoleh dari nara sumber (manusia), dari kondisi lokasi, dari sumber yang berupa catatan/arsip yang memuat catatan yang berkaitan dengan data yang dimaksud. Dengan cara ini data yang sejenis bisa teruji kemantapan dan kebenarannya dari sumber data yang berbeda-beda. Pada penelitian ini, sumber data yang digunakan diantaranya adalah arsip daftar nilai, dokumen portofolio siswa, dan hasil diskusi dengan guru kelas pada tahun pelajaran sebelumnya.


(48)

commit to user

Trianggulasi teori merupakan teknik yang digunakan dengan menggunakan perspektif lebih dari satu teori dalam membahas masalah yang dikaji. Selain itu juga digunakan informasi dari informan yang digunakan untuk menanyakan kembali kepada informan tentang kevalidan data tersebut. Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memenuhi syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah di jelaskan pada bab II diantaranya adalah teori tentang metode quantum, kemampuan kognitif dan hakekat pembelajaran IPA.

G. Teknik Analisis Data

Data yang berupa hasil pengamatan atau observasi diklasifikasikan sebagai data kualitatif. Data ini diinterpertasikan kemudian dihubungkan dengan data kuantitatif (tes) sebagai dasar untuk mendeskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan.

Data hasil tes dianalisis secara deskriptif, yakni dengan membandingkan hasil tes antar siklus. Yang dianalisis adalah perubahan kemampuan kognitif sebelum dan sesudah mengalami tindakan tergantung dari berapa banyak siklusnya. Selanjutnya data hasil tes antar siklus dibandingkan sehingga dapat mencapai batas ketercapaian atau ketuntasan yang diharapkan.

Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif Milles dan Hubberman, (1984:15-21) yang terdiri dari tiga komponen analisis, yaitu Reduksi data, sajian data, penarikan simpulan atau verifikasi. Aktivitas ketiga komponen tersebut dilakukan dalam bentuk interaktif dengan proses pengumpulan data sebagai siklus (http:docstoc.com).


(49)

commit to user Gambar 2

Model Analisis Interaktif.

Analisis data adalah proses menyeleksi, menyederhanakan, memfokuskan, mengabstraksikan, mengorganisasikan data secara sistematis dan rasional sesuai dengan tujuan penelitian, serta mendeskripsikan data hasil penelitian itu dengan menggunakan tabel sebagai alat bantu untuk memudahkan dalam menginterpretasikan. Kemudian data hasil penelitian pada masing-masing tabel tersebut diinterpretasikan (pengambilan makna) dalam bentuk naratif (uraian) dan dilakukan penyimpulan.

Pada dasarnya, analisis data dilakukan melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian/paparan data dan penyimpulan.

1. Reduksi data adalah proses penyederhanaan data hasil penelitian yang dilakukan melalui proses seleksi, pengelompokkan data sesuai dengan tujuan penelitian dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna.

Pengumpulan Data (Data Collection)

Reduksi Data (Data Reduction)

Kesimpulan-kesimpulan Penarikan/Verifikasi

Penyajian data (Data Display)


(50)

commit to user

2. Penyajian data adalah proses penampilan atau penyajian data secara lebih sederhana dalam bentuk tabel untuk diinterpretasikan dalam bentuk naratif.

3. Penyimpulan adalah proses pengambilan intisari dari keseluruhan paparan atau penyajian data yang telah dideskripsikan untuk diformulakan dalam bentuk kalimat yang singkat dan padat sebagai jawaban terhadap tujuan penelitian.

H. Prosedur Penelitian.

Pada penelitian tindakan kelas ini, direncanakan melalui 2 siklus. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai seperti apa yang sudah dibuat dalam variabel penelitian.

Suwarto dan St.Y.Slamet (2007:79) mengemukakan variabel ialah sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Penelitian ini ada dua variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah suatu variabel yang dapat mempengaruhi variabel terikat, sedangkan variabel terikat tidak dapat mempengaruhi variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode quantum disebut variable X. Sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan kognitif disebut variabel Y.

Observasi awal dilakukan untuk mengetahui tindakan yang tepat yang diberikan dalam rangka meningkatkan minat dan rasa ingin tahu siswa dalam mempelajari materi pokok perubahan kenampakan bumi dengan menerapkan quantum sebagai metode pembelajaran.

Dari hasil observasi awal, maka dalam refleksi ditetapkanlah bahwa tindakan yang digunakan untuk mengetahui bagaimana penerapan metode quantum dalam meningkatkan kemampuan kognitif siswa, khususnya aspek pengetahuan dan pemahaman. Dengan berpatokan pada refleksi awal tersebut akan dilaksanakan penelitian tindakan kelas ini dengan prosedur penelitian :

perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), observasi (observe) dan


(51)

commit to user

instrumen yaitu: 1) Silabus, 2) Rencana Pembelajaran, 3) Media globe, 4) Lembar Observasi, 5) Angket siswa, 6) Alat evaluasi (tes). Dalam penelitian ini pelaksanaan tindakan dilaksanakan dalam 2 siklus :

a. Siklus I

1) Perencanaan

Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan menyiapkan materi untuk siklus I.

2) Tindakan

Proses tindakan dalam siklus I adalah: a) Tumbuhkan.

Guru menumbuhkan minat siswa dengan cara menugaskan siswa untuk membaca dan mempelajari materi tentang perubahan kenampakan bumi sehingga siswa betul-betul merasa butuh akan materi tentang perubahan kenampakan bumi.

b) Alami.

Dengan kerja kelompok atau individual, siswa dibimbing untuk mengalami sendiri bagaimana menciptakan konsep tentang perubahan kenampakan bumi dengan menggunakan alat peraga globe.

c) Namai.

Guru menamai konsep-konsep yang dilaporkan oleh siswa, sehingga siswa mendapatkan konsep tentang perubahan kenampakan bumi. d) Demonstrasikan.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan tentang materi perubahan kenampakan bumi dengan mendemonstrasikan hasil pekerjaan di depan teman-temannya.

e) Ulangi.

Pada tahapan ini guru menjelaskan secara ulang tentang konsep perubahan kenampakan bumi, sehingga siswa tahu. Guru memberi soal latihan yang dikerjakan secara individual.


(52)

commit to user

f) Rayakan.

Setelah siswa berhasil dalam mengerjakan soal latihan maka sebelum ditutup perlu dirayakan dengan cara guru memberikan tepuk tangan terhadap siswa yang nilainya terbaik sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran dengan menggunakan metode quantum.

3) Observasi

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dalam siklus I hasrat siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat belum baik atau belum mengalami peningkatan (lampiran 21), hal ini ditandai dengan masih adanya siswa dalam pembelajaran dengan metode quantum yang tidak memperhatikan penjelasan guru, sehingga berdampak hasrat siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat belum maksimal. 4) Analisis dan Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dengan komponen analisis data seperti : pengumpulan data, penyajian data, kesimpulan, reduksi data, sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Pada tahap ini menyusun Rencana Pembelajaran (RP) dan menyiapkan materi untuk siklus II berdasarkan hasil refleksi pada siklus I.

2) Tindakan

Proses tindakan dalam siklus II adalah: a) Tumbuhkan.


(53)

commit to user

Guru membawa alat peraga globe dan gambar-gambar benda langit untuk menumbuhkan minat siswa, sehingga siswa betul-betul merasa butuh akan materi tentang perubahan kenampakan bumi.

b) Alami.

Dengan kerja kelompok atau individual, siswa dibimbing untuk mengalami sendiri bagaimana menciptakan konsep tentang perubahan kenampakan bumi dengan menggunakan alat peraga globe dan gambar-gambar benda langit, sehingga siswa paham dampak-dampak/pengaruh dari bumi berputar atau perubahan kenampakan bumi dengan melihat globe dan gambar-gambar benda langit.

c) Namai.

Guru menamai konsep-konsep yang dilaporkan oleh siswa, sehingga siswa mendapatkan konsep tentang perubahan kenampakan bumi dan siswa paham dampak-dampak/pengaruh dari perubahan kenampakan bumi dengan melihat globe dan gambar-gambar benda langit.

d) Demonstrasikan.

Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kemampuan tentang materi perubahan kenampakan bumi dan dampak-dampak/pengaruh dari perubahan kenampakan bumi dengan mendemonstrasikan hasil pekerjaan didepan teman-temannya.

e) Ulangi.

Pada tahapan ini guru menjelaskan secara ulang tentang perubahan kenampakan bumi, sehingga siswa tahu. Guru memberi soal latihan yang dikerjakan secara individual.

f) Rayakan.

Setelah siswa berhasil dalam mengerjakan soal latihan maka sebelum ditutup perlu dirayakan dengan cara guru memberikan memainkan piano dan bernyanyi, selain itu juga pemberian tepuk tangan terhadap siswa yang nilainya terbaik sehingga siswa bersemangat dalam pembelajaran dengan menggunakan metode quantum.


(54)

commit to user

Observasi dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, dalam siklus II ini memperbaiki perhatian siswa dalam proses pembelajaran dengan metode quantum dengan cara mengganti posisi duduk siswa yang sebelumnya di belakang digeser ke depan. Pada siklus II ini dapat diketahui hasrat siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah baik (meningkat), hal ini ditandai dengan kondisi siswa dalam pembelajaran dengan metode quantum, siswa memperhatikan penjelasan guru, sehingga berdampak pada hasrat siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat sudah baik atau mengalami peningkatan (lampiran 22). Peningkatan perhatian siswa dan hasrat siswa untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat ditandai dengan adanya siswa yang berani bertanya dan mengemukakan konsep perubahan kenampakan bumi di depan kelas.

4) Analisis dan Refleksi

Hasil yang didapat dalam tahap observasi dikumpulkan serta dianalisis dengan komponen analisis data seperti : pengumpulan data, penyajian data, kesimpulan dan reduksi data, sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan. Untuk memperkuat hasil refleksi kegiatan yang telah dilakukan digunakan data yang berasal dari data observasi. Hasil analisis data yang dilaksanakan dalam tahap ini akan digunakan sebagai acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.

Adapun rancangan (desain) penelitian tindakan kelas (PTK) yang dipergunakan dalam penelitian ini mengacu model Kemmis dan Mc Taggart. Kemmis dan McTaggart dalam (Zainal Aqib 2006:23) mengemukakan bahwa

penelitian tindakan kelas menggunakan model spiral (the action research spiral).


(1)

commit to user Nama Sekolah : SD Negeri Sapen 03 Kelas/ Semester : IV/ 2

Tahun Pelajaran : 2009/ 2010 Mata Pelajaran : IPA

Standar Kompetensi : Memahami perubahan kenampakan permukaan bumi dan benda langit.

No Kompetensi Dasar Kompleksitas Daya Dukung

Pendidik Sarana

Intake

Siswa KKM

1.

9.1 Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.

63 63 63 63 63

Jumlah 63 63 63 63 63


(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

INDIKATOR PERUBAHAN KENAMPAKAN BUMI

NO Indikator 1 2 3 4 5

Menyebutkan unsur-unsur muka bumi.

Mendeskripsikan perubahan kenampakan bumi.

Menyebutkan unsur-unsur yang dapat mengubah muka bumi.

Menyebutkan dampak-dampak yang ditimbulkan akibat perubahan kenampakan bumi.

Mengusulkan cara mengatasi perubahan kenampakan bumi.


(3)

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


(5)

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI STRATEGI INKUIRI BERBASIS LINGKUNGAN PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI TAMBAKAJI 03

0 6 275

PENINGKATAN PEMAHAMAN PEMBELAJARAN IPA MELALUI METODE CTL PADA SISWA KELAS IV Peningkatan Pemahaman Pembelajaran IPA Melalui Metode CTL Pada Siswa Kelas IV SDN Kayen 05 Tahun 2014 /2015.

0 2 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS JOYFUL LEARNING PADA SISWA KELAS IV SD Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Pembelajaran Berbasis Joyful Learning Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Pendem

1 3 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SD N LANGGENHARJO 02 Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Melalui Penerapan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SD N Langgenharjo 02 Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 0 15

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SD N LANGGENHARJO 02 Peningkatan Motivasi Belajar Ipa Melalui Penerapan Metode Diskusi Pada Siswa Kelas IV SD N Langgenharjo 02 Tahun Pelajaran 2013/2014.

0 1 16

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE STAD PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI 03 JATIREJO Peningkatan Motivasi Dan Hasil Belajar IPA Melalui Metode STAD Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 03 Jatirejo Jumapolo Karanganyar Tahun 2012/2013.

0 1 14

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV SDN 03 SUKOLILO Peningkatan Motivasi Belajar IPA Melalui Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV SDN 03 Sukolilo Kecamatan Sukolilo Pada Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013.

0 0 13

PENINGKATAN PEMAHAMAN DAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE QUANTUM TEACHING DAN QUANTUM LEARNING (PTK Pada Siswa Kelas IV SD N Combongan 03, Sukoharjo).

0 0 7

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV SD N III Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV SD N III Tawangrejo, Jatipurno, Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2012.

0 0 16

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENERAPAN METODE EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS IV SD N III TAWANGREJO Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Eksperimen Pada Siswa Kelas IV SD N III Tawangrejo, Jatipurno, Wonogiri Tahun Ajaran 2011/2

0 1 17