Model Pengelolaan Lingkungan Estuaria Sungai Tallo Kawasan Perkotaan Makassar

(1)

MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN ESTUARIA

SUNGAI TALLO KAWASAN PERKOTAAN MAKASSAR

MUHAMMAD YUSUF

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul Model Pengelolaan Lingkungan Estuaria Sungai Tallo Kawasan Perkotaan Makassar adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2016

Muhammad Yusuf


(4)

RINGKASAN

MUHAMMAD YUSUF. Model Pengelolaan Lingkungan Estuaria Sungai Tallo Kawasan Perkotaan Makassar. Dibimbing oleh ACHMAD FAHRUDIN, CECEP KUSMANA dan MOHAMMAD MUKLIS KAMAL.

Pertumbuhan penduduk dapat menyebabkan terjadinya perubahan penggunaan lahan secara drastis, terutama di daerah-daerah estuaria. Estuaria memiliki peran yang sangat penting untuk berbagai aktivitas pembangunan. Kondisi serupa terjadi pada estuaria Sungai Tallo. Estuaria Sungai Tallo merupakan kawasan pengembangan khusus, yakni sebagai kawasan pengendali banjir dan penyedia ruang terbuka hijau, serta kawasan konservasi dan peremajaan terbatas terhadap pelbagai aktivitas yang ada didalamnya. Sementara kawasan sekitarnya meliputi; kawasan lindung Lakkang, kawasan pendidikan terpadu, kawasan perindustrian terpadu, kawasan pergudangan terpadu, kawasan pelabuhan terpadu, kawasan maritim terpadu dan kawasan perkotaan.

Penelitian dilakukan bulan Juni 2013 hingga Januari 2014, di wilayah estuaria Sungai Tallo, meliputi 11 wilayah administratif kelurahan dan 9 titik sampling. Tujuan penelitian meliputi; tujuan umum adalah merancang model pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo kawasan perkotaan Makassar yang meliputi hubungan pertumbuhan penduduk, dinamika tutupan lahan, dan tingkat pencemaran. Sedang tujuan spesifik adalah 1) mengetahui kondisi eksisting estuaria Sungai Tallo, 2) menganalisis hubungan dinamika tutupan lahan dan tingkat pencemaran perairan estuaria Sungai Tallo, 3) mengetahui tingkat keberlanjutan estuaria Sungai Tallo, dan 4) menganalisis model pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo. Metode penelitian meliputi; 1) metode pengumpulan data (survei, pengukuran insitu, sampling, wawancara, dan studi pustaka) dan 2) metode analisis data (analisis indeks pencemaran, analisis beban pencemaran, analisis kapasitas asimilasi, analisis deskriptif, analisis regresi, analisis korelasi, analisis RapEst, analisis prospektif, analisis sistem dan analisis GIS.

Hasil penelitian diperoleh; 1) perairan estuaria Sungai Tallo tergolong tercemar sedang dengan indeks pencemar berkisar 7,94-9,60. Perbedaan musim tidak menunjukkan perubahan yang signifikan, Nilai IPj rata-rata pada musim hujan (8,64) dan musim kemarau (8,37), 2) terdapat hubungan yang signifikan antara dinamika tutupan lahan dengan tingkat pencemaran (TSS), perubahan tutupan lahan dipengaruhi oleh 2 variabel utama (jumlah penduduk dan fasilitas ekonomi), 3) tingkat keberlanjutan estuaria Sungai Tallo saat ini tergolong kurang berkelanjutan dengan indeks 49,20% meliputi; indeks keberlanjutan dimensi ekologi (46,51%), dimensi sosial (43,90%), dimensi ekonomi (42,22%), dimensi teknologi (45,99%) dan dimensi kelembagaan (46,83%), 4) model pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo yang dibangun mampu menurunkan beban pencemaran sebesar 21.860,43 ton (37,23%) yang dicapai dengan skenario; 1) pengendalian pertumbuhan penduduk sebesar 0,5%, 2) peningkatan peran kelembagaan pengelola sebesar 50% (peningkatan kerapatan mangrove sebesar 20%), dan 3) penerapan teknologi pengendalian limbah sebesar 50%.


(5)

SUMMARY

MUHAMMAD YUSUF. Environmental Management Model of Tallo Rivers Estuary in Makassar Urban. Supervised by ACHMAD FAHRUDIN, CECEP KUSMANA and MOHAMMAD MUKHLIS KAMAL.

Population growth will affect landuse changes drastically, especially in the estuaries. The estuary has a very important role in development activities. Similar conditions occur in Tallo river estuaries. Tallo river estuary is an area of special development, namely as a flood control area and a provider of open green spaces, as well as the conservation and rejuvenation is limited to the various activities that are inside. While the surrounding area include; Lakkang protected area, the area of integrated education, industrial estates unified, integrated warehousing area, the integrated port area, the integrated maritime areas and urban areas.

The research was conducted in June 2013 to January 2014, in the Tallo rivers estuary, includes 11 administrative subdistricts and 9 sampling points for collecting primary and secondary data. The research objectives include; general purpose is to design a model of environmental management of Tallo river estuaries in Makassar urban which includes the relationship population growth, dynamics of land cover, and the pollution level. The specific objectives are 1) to knows the existing condition of the Tallo river estuary, 2) to analyze the relationship between the dynamics of land cover and the pollution level on the Tallo river estuary, 3) to knows the level of sustainability on the Tallo river estuary, and 4) to analyze the environmental management model of Tallo river estuary. The method used consisted of; 1) method of collecting data (survey, in situ measurement, sampling, interview, and desk study) and 2) method of data analysis (pollution index analysis, loading capacity analysis, assimilative capacity analysis, descriptive analysis, regression analysis, correlation analysis, RapEst analysis, prospective analysis, system analysis and GIS Analysis.

The research results obtained; 1) the Tallo rivers estuary are classified moderate contaminated with pollutant index is 7.94-9.60. The season difference showed no significant change, the IPj value on the rainy season (8.64) and dry season (8.37), 2) there is a significant relationship between landcover dynamics (settlement) and contaminants (TSS), and landcover changes affected by the 2 main variables; population growth and economic facilities, 3) the sustainability level of Tallo rivers estuary are less sustainable (49.20%) consist of; the ecological dimensions (46.51%), social dimensions (43.90%), the economic dimension (42.22%), technology dimension (45.99%) and institutional dimension (46.83%), 4) the environmental management model built of Tallo river estuary is able to decrease the pollution load is 21860.43 tons (37.23%) with the scenario; 1) the control of population growth of 0.5%, 2) improvement of the institutional role is 50% (increase of mangrove density is 20%) and technology application of sewage treatments is 50%.


(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(7)

MODEL PENGELOLAAN LINGKUNGAN ESTUARIA

SUNGAI TALLO KAWASAN PERKOTAAN MAKASSAR

MUHAMMAD YUSUF

Disertasi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016


(8)

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr Ir Hefni Effendi, M.Phil Dr Ir Yusni Yetti, M.Si Penguji pada Ujian Terbuka : Dr Ir Hefni Effendi, M.Phil


(9)

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juni 2013 hingga Januari 2014 adalah environmental management, dengan judul Model Pengelolaan Lingkungan Estuaria Sungai Tallo Kawasan Perkotaan Makassar.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Achmad Fahrudin, M.Si, Bapak Prof Dr Ir Cecep Kusmana, MS, dan Bapak Dr Ir Mohammad Mukhlis Kamal, M.Sc selaku pembimbing, yang telah banyak memberi saran dan masukan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Dr Ir Hefni Effendi, M.Phil dan Ibu Dr Ir Yusni Yetti, M.Si sebagai penguji luar komisi. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Dr Akmal Ibrahim, SE, M.Si beserta pimpinan Sekolah Tinggi Ilmu dan Teknologi Kelautan Balik Diwa Makassar, serta kepada seluruh pihak yang turut membantu moril dan materil dalam penyelesaian studi penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2016


(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN viii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 5

Manfaat Penelitian 5

Ruang Lingkup Penelitian 6

Kebaruan (Novelty) 6

2 KAJIAN KONDISI EKSISTING ESTUARIA SUNGAI TALLO 6

Pendahuluan 6

Metodologi 7

Jenis dan Sumber Data 7

Metode Pengumpulan Data 8

Metode Analisis Data 11

Hasil dan Pembahasan 20

Kualitas Perairan 20

Analisis Indeks Pencemaran 38

Analisis Beban Pencemar 40

Analisis Kapasitas Asimilasi 41

Tingkat Kepadatan Penduduk 47

Fasilitas Pendidikan 49

Fasilitas Ekonomi 50

Fasilitas Sosial 52

Kelembagaan dan Peraturan 54

Tutupan Lahan 57

Simpulan 58

3 KAJIAN HUBUNGAN DINAMIKA TUTUPAN LAHAN DAN

TINGKAT PENCEMARAN ESTUARIA SUNGAI TALLO 59

Pendahuluan 59

Metodologi 61

Jenis dan Sumber Data 61

Metode Pengumpulan Data 61

Metode Analisis Data 62

Hasil dan Pembahasan 65

Dinamika Tutupan Lahan 65

Variabel yang Mempengaruhi Perubahan Tutupan Lahan 70


(12)

Simpulan 76

4 KAJIAN TINGKAT KEBERLANJUTAN ESTUARIA SUNGAI

TALLO 76

Pendahuluan 76

Metodologi 77

Jenis dan Sumber Data 77

Metode Pengumpulan Data 78

Metode Analisis Data 78

Hasil dan Pembahasan 96

Analisis Keberlanjutan Dimensi Ekologi 96

Analisis Keberlanjutan Dimensi Ekonomi 100

Analisis Keberlanjutan Dimensi Sosial 102

Analisis Keberlanjutan Dimensi Teknologi 105

Analisis Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan 108

Analisis Prospektif 111

Simpulan 113

5 MODEL SPASIAL DINAMIK PENGELOLAAN LINGKUNGAN

ESTUARIA SUNGAI TALLO 114

Pendahuluan 114

Metodologi 115

Jenis dan Sumber Data 115

Metode Pengumpulan Data 115

Metode Analisis Data 116

Hasil dan Pembahasan 124

Pemodelan 124

Spasial Dinamik 130

Simpulan 137

6 PEMBAHASAN UMUM 138

Kajian Kondisi Eksisting Estuaria Sungai Tallo 138

Kajian Hubungan Dinamika Tutupan Lahan dan Tingkat Pencemaran

Perairan Estuaria Sungai Tallo 139

Kajian Tingkat Keberlanjutan Estuaria Sungai Tallo 140

Model Spasial Dinamik Pengelolaan Lingkungan Estuaria Sungai Tallo 142

7 SIMPULAN DAN SARAN 144

Simpulan 144

Saran 146

DAFTAR PUSTAKA 146

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(13)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan sumber data kajian kondisi eksisting 8

2 Metode pengumpulan data kajian kondisi eksisting 8

3 Parameter fisika, kimia, logam berat dan biologi yang diukur 9

4 Lokasi pengukuran dan sampling kualitas air 10

5 Lokasi sampling sosial ekonomi masyarakat 10

6 Metode analisis data kajian kondisi eksisting 11

7 Parameter fisika-kimia dan biologi yang diukur 12

8 Evaluasi nilai PIj dan kriteria pencemarannya 14

9 Analisis beban pencemar (BP) perairan estuaria Sungai Tallo 40 10 Analisis kapasitas asimilasi perairan estuaria Sungai Tallo untuk

pengukuran musim hujan 41

11 Perbandingan kapasitas asimilasi (LC) dengan beban pencemar (BP)

perairan estuaria Sungai Tallo 42

12 Kepadatan penduduk di lokasi penelitian 48

13 Pendidikan tingkat SD, SMP dan SMU di lokasi penelitian 50

14 Fasilitas ekonomi di lokasi penelitian 51

15 Daya layanan fasilitas ekonomi di lokasi penelitian 51

16 Fasilitas sosial di lokasi penelitian 52

17 Daya layanan fasilitas sosial di lokasi penelitian 53

18 Daftar peraturan dan kelembagaan yang berperan dalam pengelolaan

estuaria Sungai Tallo 55

19 Jenis dan sumber data kajian dinamika tutupan lahan dan tingkat

pencemaran perairan estuaria Sungai Tallo 61

20 Metode pengumpulan data kajian dinamika tutupan lahan dan tingkat

pencemaran estuaria Sungai Tallo 61

21 Metode analisis data kajian dinamika tutupan lahan dan tingkat

pencemaran estuaria Sungai Tallo 62

22 Data inderaja tutupan lahan estuaria Sungai Tallo 62

23 Dinamika tutupan lahan estuaria Sungai Tallo (1990, 2004 dan 2014) 68

24 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test 70

25 Ringkasan Model 71

26 Analisis of Variance 72

27 Hasil analisis uji multikolinearitas 72

28 Analisis korelasi bivariat lahan terbangun, jumlah penduduk, fasilitas

ekonomi dan fasilitas sosial 73

29 Analisis parsial (uji-t) variabel X1 terhadap Y 74

30 Analisis parsial (uji-t) variabel X1 dan X3 terhadap Y 74 31 Analisis parsial (uji-t) variabel X1, X3 dan X2 terhadap Y 74 32 Analisis parsial (uji-t) variabel X1 dan X3 terhadap Y 75 33 Analisis korelasi bivariat lahan terbangun dan pencemaran (TSS) 75

34 Jenis dan sumber data kajian tingkat keberlanjutan 77

35 Metode pengumpulan data kajian tingkat keberlanjutan 78

36 Metode analisis data kajian tingkat keberlanjutan 79

37 Atribut keberlanjutan pada 5 dimensi 80

38 Kategori indeks keberlanjutan 95


(14)

40 Jenis dan sumber data model spasial dinamik 115

41 Metode pengumpulan data model spasial dinamik 116

42 Metode pengumpulan data model spasial dinamik 116

43 Interpretasi statistik ketidaksamaan Theil dari perilaku model 122

44 Validasi kinerja sub model penduduk 129

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 4

2 Lokasi pengukuran dan sampling 10

3 Grafik fungsi PIj untuk suatu peruntukan air (j) 13

4 Grafik hubungan antara beban pencemar dengan konsentrasi limbah 16

5 Kandungan TSS (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 20

6 Suhu air (oC) di perairan estuaria Sungai Tallo 22

7 Konsentrasi pH di perairan estuaria Sungai Tallo 23

8 Kadar salinitas (ppm) di perairan estuaria Sungai Tallo 24

9 Kadar DO (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 25

10 Kadar BOD5 (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 26

11 Kadar NH3-N (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 27

12 Kadar PO4-P (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 28

13 Konsentrasi NO3-N (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 29 14 Konsentrasi Surfaktan di perairan estuaria Sungai Tallo 30 15 Konsentrasi minyak-lemak (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 31 16 Konsentrasi Pestisida (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 32 17 Konsentrasi Cd (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 33 18 Konsentrasi Cu (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 34 19 Konsentrasi Pb (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 35 20 Konsentrasi Zn (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 36 21 Kandungan Coliform Total (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo 38

22 Indeks pencemaran perairan estuaria Sungai Tallo 39

23 Beban Pencemar (BP) di perairan estuaria Sungai Tallo 40 24 Grafik hubungan konsentrasi TSS (mg/l) hasil pengukuran dengan

beban limbah TSS (mg/dtk) di perairan estuaria Sungai Tallo 43 25 Grafik hubungan konsentrasi NO3-N (mg/l) hasil pengukuran dengan

beban limbah NO3-N (mg/dtk) di perairan estuaria Sungai Tallo 43 26 Grafik hubungan konsentrasi PO4-P (mg/l) hasil pengukuran dengan

beban limbah PO4-P (mg/dtk) di perairan estuaria Sungai Tallo 44 27 Grafik hubungan konsentrasi Cd (mg/l) hasil pengukuran dengan

beban limbah Cd (mg/dtk) di perairan estuaria Sungai Tallo 45 28 Grafik hubungan konsentrasi Pb (mg/l) hasil pengukuran dengan

beban limbah Pb (mg/dtk) di perairan estuaria Sungai Tallo 45 29 Grafik hubungan konsentrasi Cu (mg/l) hasil pengukuran dengan

beban limbah Cu (mg/dtk) di perairan estuaria Sungai Tallo 46 30 Grafik hubungan konsentrasi Surfaktan (mg/l MBAS) hasil

pengukuran dengan beban limbah Surfaktan (mg/dtk) di perairan

estuaria Sungai Tallo 47


(15)

32 Grafik rasio murid kelas di lokasi penelitian 50 33 Grafik daya layanan fasilitas ekonomi di lokasi penelitian 52 34 Grafik daya layanan fasilitas sosial di lokasi penelitian 54

35 Grafik luasan tutupan lahan tahun 2014 57

36 Peta tutupan lahan tahun 2014 58

37 Tahapan analisis tutupan lahan dengan data citra (inderaja) 63

38 Peta tutupan lahan tahun 1990 66

39 Peta tutupan lahan tahun 2004 67

40 Peta tutupan lahan tahun 2014 67

41 Grafik dinamika tutupan lahan tahun 1990, 2004 dan 2014 68 42 Grafik pertumbuhan lahan terbangun (indeks sprawl) 1990-2014 69

43 Grafik distribusi normal data 71

44 Grafik pengaruh dan ketergantungan variabel 95

45 Tingkat keberlanjutan dimensi ekologi 97

46 Atribut pengungkit keberlanjutan dimensi ekologi 98

47 Tingkat keberlanjutan dimensi ekonomi 100

48 Atribut pengungkit keberlanjutan dimensi ekonomi 101

49 Status keberlanjutan dimensi sosial 103

50 Atribut pengungkit keberlanjutan dimensi sosial 104

51 Tingkat keberlanjutan dimensi teknologi 105

52 Atribut pengungkit keberlanjutan dimensi teknologi 107

53 Tingkat keberlanjutan dimensi kelembagaan 109

54 Atribut pengungkit keberlanjutan dimensi kelembagaan 110

55 Hasil analisis prospektif atribut pengungkit keberlanjutan estuaria

Sungai Tallo 112

56 Konsepsi makro model pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo 117 57 Konsepsi mikro model pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo 118 58 Diagram simpal kausal (causal loop) model pengelolaan lingkungan

estuari Sungai Tallo 118

59 Diagram alir (flow diagram) model pengelolaan lingkungan estuari

Sungai Tallo 119

60 Grafik simulasi tutupan lahan (permukiman) dalam model eksisting

(1990-2014) 124

61 Grafik perbandingan perubahan tutupan lahan tahun 1990 dan 2014 125

62 Peta tematik hasil simulasi model eksisting 125

63 Grafik simulasi pertumbuhan penduduk dalam model eksisting

(1990-2014) 126

64 Grafik simulasi peningkatan beban pencemaran dan kapasitas

asimilasi dalam model eksisting (1990-2014) 126

65 Grafik simulasi perubahan tutupan vegetasi mangrove dalam model

eksisting (1990-2014) 128

66 Grafik pengujian validitas struktur model (peningkatan permukiman

dan penurunan ketersediaan lahan) 129

67 Unsystematics error (UM = 0, US = a dan UC = 1-a) 130 68 Grafik simulasi perubahan tutupan lahan (permukiman) dalam model

steady state (2014-2030) 131

69 Grafik perbandingan perubahan tutupan lahan (model eksisting, dan


(16)

70 Peta tematik hasil simulasi model steady state 132 71 Grafik simulasi pertumbuhan penduduk dalam model steady state

(2014-2030) 132

72 Grafik simulasi peningkatan beban pencemaran dan kapasitas

asimilasi dalam model steady state (2014-2030) 133

73 Grafik simulasi perubahan tutupan vegetasi mangrove dalam model

steady state (2014-2030) 133

74 Grafik simulasi perubahan tutupan lahan (permukiman) dalam

simulasi model skenario (2014-2030) 134

75 Grafik perbandingan perubahan tutupan lahan (model eksisting, model

steady state dan model skenario) 135

76 Peta tematik hasil simulasi model skenario 135

77 Grafik simulasi pertumbuhan penduduk dalam model skenario (2014-2030) 136

78 Grafik simulasi peningkatan beban pencemaran dan kapasitas

asimilasi dalam model skenario (2014-2030) 136

79 Grafik simulasi perubahan kerapatan vegetasi mangrove dalam model

skenario(2014-2030) 137

80 Status keberlanjutan estuaria Sungai Tallo 141

81 Kite-diagram keberlanjutan estuaria Sungai Tallo 141 82 Atribut pengungkit keberlanjutan estuaria Sungai Tallo 142 83 Grafik simulasi pertumbuhan penduduk dalam model steady state dan

model skenario (2014-2030) 143

84 Grafik simulasi pertumbuhan permukiman dalam model steady state

dan model skenario (2014-2030) 143

85 Grafik simulasi peningkatan beban pencemaran dalam model steady

state dan model skenario (2014-2030) 144

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil analisis laboratorium untuk parameter kualitas air (pengukuran

musim hujan) 1

2 Hasil analisis laboratorium (pengukuran musim kemarau) 2 3 Analisis Indeks Pencemaran (IPj) pada pengukuran musim hujan 3 4 Analisis Indeks Pencemaran (IPj) pada pengukuran musim kemarau 6 5 Analisis Beban Pencemaran (BP) untuk pengukuran musim hujan 9 6 Analisis Beban Pencemaran (BP) untuk pengukuran musim kemarau 12 7 Analisis Kapasitas Asimilasi untuk pengukuran musim hujan 15 8 Analisis Kapasitas Asimilasi untuk pengukuran musim kemarau 16 9 Jumlah penduduk berdasarkan keluruhan di lokasi penelitian 16

10 Jumlah penduduk di lokasi penelitian (Tahun 2004-2013) 16

11 Hasil analisis SPSS (Nilai Standard Deviasi) 17

12 Data analisis regresi untuk variabel perubahan tutupan lahan 17

13 Data analisis korelasi bivariat 17

14 Hasil analisis SPSS (Nilai Korelasi) 18

15 Hasil analisis SPSS (Nilai R2) dan ANOVA 19


(17)

17 RapEst Dimensi Ekologi 21

18 RapEst Dimensi Ekonomi 22

19 RapEst Dimensi Sosial 23

20 RapEst Dimensi Teknologi 24

21 RapEst Dimensi Kelembagaan 25


(18)

(19)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertambahan penduduk disatu sisi adalah sebuah keniscayaan. Sedang disisi lain memberikan tekanan terhadap lingkungan dan sumberdaya alam. Malthus (1978) menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk cenderung melampui pertumbuhan persediaan makanan. Disebutkan pula bahwa penduduk cenderung tumbuh secara deret ukur sedangkan persediaan makanan cenderung bertumbuh secara deret hitung. Data PBB tahun 2015, menyebutkan dalam laporannya bahwa jumlah penduduk dunia mencapai 7.349.472.099 jiwa (UN 2015). Sementara itu, penduduk Indonesia pada tahun yang sama sekitar 255.461.700 (BPS 2015). Rata-rata pertumbuhan penduduk dunia adalah 1,18% per tahun, sedang Rata-rata-Rata-rata pertumbuhan penduduk Indonesia adalah 1,40% per tahun. Kecenderungan pertumbuhan penduduk yang tinggi juga terjadi pada kota-kota besar di Indonesia termasuk di Kota Makassar, yang merupakan ibukota Provinsi Sulawesi Selatan. Data BPS Kota Makassar (2015) mencatat bahwa penduduk Kota Makassar tahun 2014 mencapai 1.429.242 jiwa dengan laju pertumbuhan per tahun sekitar 1,50%. Pertambahan penduduk memiliki konsekuensi terhadap pembangunan, pertumbuhan ekonomi, dan sosial budaya. Penduduk membutuhkan lahan untuk permukiman, infrastruktur, industri dan jasa-jasa lainnya. Selain itu penduduk juga membutuhkan ekstraksi sumberdaya dalam upaya pemenuhan kebutuhannya. Kebutuhan akan permukiman yang tinggi memberikan ruang terhadap konversi lahan secara masif. Ekstrasi sumberdaya dan konversi lahan akan memberikan tekanan dan menghasilkan limbah yang dapat meningkatkan pencemaran dan menyebabkan terjadinya penurunan fungsi-fungsi lingkungan (degradasi) hingga terjadinya kerusakan lingkungan.

Permasalahan kerusakan lingkungan dan pembangunan bukanlah sesuatu yang baru. KTT Bumi tahun 1972 di Stockholm Swedia merupakan tonggak kesepahaman dunia terhadap upaya penyelamatan lingkungan hidup secara global

dan dikenal dengan motto “only one earth”. KTT tersebut juga membentuk badan khusus PBB untuk masalah lingkungan yakni UNEP (United Nation Environmental Programme) yang selanjutnya mencetuskan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable development), yang secara terinci disampaikan dalam laporan Brundtland (1987) dengan judul “our common future”. WCED (1987) mendefinisikan sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet their own needs. Dalam arti harfiahnya dapat didefinisikan sebagai suatu upaya pemenuhan kebutuhan generasi saat ini, tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

Dalam tataran implementasi di Indonesia, pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi kedalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan (UU No.32 tahun 2009). Sedang menurut Munasinghe (1993) bahwa pembangunan berkelanjutan pada dasarnya mencakup 3 dimensi penting, yakni; ekonomi, sosial,


(20)

dan ekologi. Dengan demikian, tujuan pembangunan berkelanjutan terfokus pada keberlanjutan laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi (economic growth), keberlanjutan kesejahteraan sosial yang adil dan merata (social equity), serta keberlanjutan ekologi dalam tata kehidupan yang serasi dan seimbang (ecological sustain). Menurut Serageldin (1996) suatu kegiatan pembangunan (termasuk pengelolaan sumberdaya alam dan berbagai dimensinya) dinyatakan berkelanjutan jika kegiatan tersebut secara ekonomi, ekologi, dan sosial bersifat berkelanjutan.

Pelbagai pendekatan dan metode dilakukan guna memenuhi prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Pendekatan terpadu (integrated approach) dan menyeluruh dengan memadukan berbagai dimensi, seperti; dimensi ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan. Pentingnya hal keterpaduan dalam pengelolaan wilayah pesisir dikemukan oleh Cincin-Sain dan Knecht (1998), pada prinsipnya pengelolaan wilayah pesisir dan laut terdiri dari 5 hal yaitu; 1)

sustainable development, 2) integration approach, 3) responsible decentralization, 4) people-centered management, dan 5) global and regional cooperation regime. Menurut Dahuri et al. (1996) bahwa pembangunan kawasan pesisir, pantai dan pulau-pulau kecil secara berkelanjutan hanya dapat terwujud jika pengelolaan dilakukan secara terpadu (integrated). Selanjutnya dinyatakan pula bahwa pembangunan berkelanjutan di wilayah pesisir memiliki 4 dimensi, yaitu; ekologis, sosial ekonomi budaya, sosial politik, serta hukum dan kelembagaan. Lebih jauh Adrianto dan Kusumastanto (2005), mengemukakan bahwa pengelolaan wilayah pesisir pada dasarnya diarahkan untuk mencapai dua tujuan, yaitu: (1) pendayagunaan potensi pesisir dan lautan untuk meningkatkan kontribusi terhadap pembangunan ekonomi nasional dan kesejahteraan pelaku pembangunan kelautan khususnya, dan (2) untuk tetap menjaga kelestarian sumberdaya kelautan khususnya sumberdaya dapat pulih dan kelestarian lingkungan.

Kawasan estuaria Sungai Tallo merupakan bagian dari kawasan pesisir Kota Makassar yang ditetapkan sebagai kawasan pengembangan khusus, yakni sebagai kawasan pengendali banjir dan penyedia ruang terbuka hijau, serta kawasan konservasi dan peremajaan terbatas terhadap berbagai aktivitas yang ada didalamnya. Sementara kawasan sekitarnya berdasarkan RTRW Kota Makassar 2010-2030, meliputi; kawasan lindung Lakkang, kawasan pendidikan terpadu, kawasan perindustrian terpadu, kawasan pergudangan terpadu, kawasan pelabuhan terpadu, kawasan maritim terpadu dan kawasan perkotaan (Bappeda Kota Makassar 2010). Selain itu, estuaria Sungai Tallo, juga berfungsi sebagai

buffer zone, bagi wilayah pesisir dan laut, yakni limbah yang berasal dari daratan, baik yang bersumber dari industri (Kawasan Industri Makassar/KIMA), maupun yang bersumber dari permukiman, pertokoan, dan pergudangan, terlebih dahulu terakumulasi di perairan estuaria Sungai Tallo, sebelum masuk di wilayah pesisir dan laut. Demikian pula sebaliknya, limbah yang berasal dari pesisir dan laut, terlebih dahulu terakumulasi secara kimia dan biologi di perairan estuaria Sungai Tallo, sebelum masuk ke areal pertambakan.

Melihat pentingnya peranan estuaria Sungai Tallo disatu sisi, serta tingginya tekanan terhadap sumberdaya dan tingginya beban pencemaran (limbah), seiring dengan pertumbuhan penduduk dan aktivitas pembangunan, memberikan tuntutan suatu model pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo kawasan perkotaan Makassar yang terintegrasi dan komprehensif.


(21)

Perumusan Masalah

Estuaria adalah perairan semi tertutup yang berhubungan bebas dengan laut, meluas ke sungai sejauh batas pasang naik, dan bercampur dengan air tawar, yang berasal dari drainase daratan (Dyer 1986). Menurut Leeder (1982) estuaria merupakan pesisir semi tertutup (semi-enclosed coastal) dengan badan air mempunyai hubungan bebas dengan laut terbuka (open sea) dan kadar air laut terlarut dalam air tawar dari sungai. Secara umum definisi tersebut dapat mewakili kondisi perairan estuaria Sungai Tallo. Pada wilayah tersebut terjadi percampuran antara massa air laut dengan air tawar dari daratan, sehingga air menjadi payau (brackish). Wilayah tersebut meliputi; muara sungai dan delta-delta besar, hutan mangrove dekat estuaria dan hamparan lumpur dan pasir yang luas. Wilayah ini juga dapat dikatakan sebagai wilayah yang sangat dinamis, karena senantiasa terjadi proses dan perubahan, baik lingkungan fisik maupun biologis. Bercampurnya massa air laut dengan air tawar menjadikan wilayah estuaria memiliki keunikan tersendiri, yakni dengan terbentuknya air payau dengan salinitas yang berfluktuasi.

Kawasan estuaria memiliki karakteristik sumberdaya alam dan lingkungan yang bercirikan mega-biodiversity. Didalamnya terdapat pelbagai tipe penggunaan lahan dan aktivitasnya, seperti; kawasan pengembangan permukiman, kegiatan pertambakan, pertanian (sawah padi), industri, dan berbagai kegiatan lainnya. Selain itu, estuaria juga memberikan jasa-jasa lingkungan, seperti; jasa angkutan air/sungai, perangkap nutrient (nutrient trap), area pertukaran materi dan energi,

catchment area, outlet dan penyerapan limbah serta berbagai jasa lingkungan lainnya. Selain itu, menurut Elliot dan McLusky (2004) bahwa estuaria memiliki peran yang sangat penting untuk pelbagai aktivitas pembangunan, seperti; jalur transportasi air, kegiatan pergudangan, permukiman, dan pengembangan perkotaan.

Karakteristik dan berbagai peran penting tersebut, memberikan peluang terhadap berbagai pola pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan yang ada, dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup manusia. Pola pemanfaatan yang beragam tersebut dengan sendirinya, akan memberikan tekanan terhadap sumberdaya alam dan lingkungan baik secara langsung (direct impact) maupun tidak secara langsung (indirect impact). Interaksi ekologi yang terjadi dalam sumberdaya alam dan lingkungan, akan sangat menentukan pengaruh tekanan yang terjadi. Disisi lain, estuaria juga sangat rentang terhadap pencemaran, baik yang bersumber dari daratan maupun yang berasal dari laut, terbawa melalui pasang dan gelombang.

Tekanan terhadap estuaria akibat limbah yang berasal dari buangan aktivitas rumah tangga (limbah organik dan limbah anorganik), aktivitas industri (limbah organik, anorganik, limbah air panas dan limbah B3), aktivitas pertanian dan pertambakan (pestisida dan sedimentasi) dan berbagai aktivitas domestik lainnya, akan memberikan tekanan secara langsung terhadap estuaria dan sumberdaya didalamnya. Menurut (Dahuri et al. 1996) bahwa limbah yang dihasilkan dari aktivitas manusia dan industri meliputi; limbah udara, limbah padat, dan limbah cair. Selanjutnya disebutkan bahwa limbah cair yang dihasilkan dari aktivitas domestik umumnya mengandung beberapa parameter kimiawi, seperti; nitrat, nitrit, amonia, minyak dan lemak, serta deterjen. Bahan-bahan pencemar tersebut


(22)

dapat menyebabkan berbagai dampak, seperti; perubahan struktur jaringan makanan, perubahan struktur komunitas perairan, efek fisiologi, tingkah laku, genetik, dan resistensi (Meittinen 1977). Hal tersebut, akan mengakibatkan timbulnya masalah penurunan kualitas lingkungan secara umum (Palar 2004).

Saat ini, estuaria Sungai Tallo, selain mengalami tekanan secara fisik dari berbagai aktivitas pembangunan, seperti; masifnya kegiatan pembukaan lahan (land convertion) baik untuk permukiman, areal pertambakan, maupun untuk peruntukan lainnya, juga mengalami tekanan secara kimia dan biologi, khususnya pada perairan estuaria, dimana Sungai Tallo tergolong tercemar sedang (Samawi 2007; Rastina 2012). Diperkirakan beban limbah cair yang masuk kedalam perairan Sungai Tallo mencapai 1.023.528 ton bahan organik per tahun (Samawi 2007). Lebih jauh Rastina (2012), menyebutkan bahwa perairan estuaria Sungai Tallo memiliki nilai indeks pencemaran berkisar 7,02-9,01 yang ditandai dengan nilai Pb berkisar <0,002-0,492 mg/l (baku mutu 0,008 mg/l), nilai Cd berkisar 0,007-0,109 mg/l (baku mutu 0,001 mg/l) dan nilai Zn berkisar 0,010-0,87 mg/l (baku mutu 0,05 mg/l).

Dengan demikian, pentingnya dilakukan pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo secara terpadu dan menyeluruh, mengingat pendekatan ini terfokus pada keseimbangan antara; lingkungan, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan. Sehingga, keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan menjadi lebih terjaga.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Degradasi Ekstraksi Konversi/ Perubahan Over Eksploitasi Permukiman Transportasi Air/Sungai Degradasi Lingkungan Tekanan/ Pencemaran Lingkungan Limbah Tutupan Lahan Industri Mangrove Tambak Sawah Semak Belukar Badan Air Aktivitas Pembangunan Jasa-Jasa Lingkungan ESTUARIA SUNGAI TALLO Pengelolaan Lingkungan Ekstraksi/ Pembangunan Multi Dimensi Dll... Multi Sektor Multi Stakeholders


(23)

Kompleksitas estuaria Sungai Tallo, dimana didalamnya meliputi pelbagai stakeholder (pemerintah, pengusaha, perguruan tinggi, NGO, dan masyarakat), pelbagai sektor (penataan ruang, lingkungan hidup, perikanan, kehutanan, pertanian, perhubungan, perindustrian, dan maritim), serta pelbagai dimensi (ekologi, ekonomi, sosial, teknologi dan kelembagaan), dengan sendirinya menimbulkan pelbagai permasalahan lingkungan dan pembangunan. Guna mengurai kompleksitasnya permasalahan estuaria Sungai Tallo, maka dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian yang merupakan dasar dan acuan penelitian, sebagai berikut;

1. Bagaimana kondisi eksisting estuaria Sungai Tallo, yang meliputi; kondisi perairan, kondisi sosial ekonomi, kondisi kelembagan dan peraturan, serta kondisi tutupan lahan/penggunaan lahan?

2. Bagaimana hubungan dinamika tutupan lahan dengan tingkat pencemaran di perairan estuaria Sungai Tallo, serta variabel apa yang mempengaruhi perubahan tutupan lahan tersebut?

3. Bagaimana tingkat keberlanjutan estuaria Sungai Tallo saat ini, yang didasarkan pada 5 dimensi pengelolan berkelanjutan, serta variabel apa yang menjadi faktor pengungkit dan faktor penentunya?

4. Bagaimana model pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo, dengan pendekatan spasial dinamik?

Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian adalah merancang model pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo kawasan perkotaan Makassar, yang meliputi hubungan pertumbuhan penduduk, dinamika tutupan lahan dan tingkat pencemaran. Sedang tujuan spesifik meliputi;

1. Mengetahui kondisi eksisting estuaria Sungai Tallo.

2. Menganalisis hubungan dinamika tutupan lahan dengan tingkat pencemaran perairan estuaria Sungai Tallo.

3. Mengetahui tingkat keberlanjutan estuaria Sungai Tallo.

4. Menganalisis model pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo.

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian model pengelolaan lingkungan estuaria Sungai Tallo kawasan perkotaan Makassar, adalah:

1. Sebagai salah satu solusi/model alternatif pengelolaan lingkungan estuaria kawasan perkotaan di Indonesia.

2. Sebagai bahan informasi terbaru dalam pengembangan ilmu dan pengetahuan bidang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam pengelolaan estuaria Sungai Tallo, dimasa yang akan datang.


(24)

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian model pengelolaan lingkungann estuaria Sungai Tallo kawasan perkotaan Makassar, meliputi:

1. Penelitian difokuskan pada wilayah estuaria Sungai Tallo, yang secara fisika-kimia ditandai dengan sejauh mana pengaruh air laut ke wilayah daratan dan pengaruh air tawar ke arah laut. Indikator tersebut diukur dengan melihat perubahan salinitas (ppm) dan vegetasi.

2. Penelitian melingkupi 2 musim yakni; musim hujan dan musim kemarau. Pengukuran musim kemarau dilakukan antara bulan Juni hingga bulan Oktober 2013, sedang pengukuran musim hujan dilakukan antara bulan Nopember 2013 hingga Januari 2014.

Kebaruan (Novelty)

Kebaruan dalam penelitian ini mencakup 2 hal yakni; dari sisi pendekatan dan dari sisi hasil. Dari sisi pendekatan menggunakan analisis secara komprehensif dengan memadukan beberapa teknik analisis meliputi; analisis statistik (regresi dan korelasi), analisis MDS (RapEst), analisis prospektif, analisis sistem dinamik dan analisis sistem informasi geografis (SIG). Sedangkan dari sisi hasil penelitian adalah diperoleh sebuah model pengelolaan lingkungan estuaria yang terintegrasi, khususnya estuaria kawasan perkotaan.

2

KAJIAN KONDISI EKSISTING ESTUARIA SUNGAI

TALLO

Pendahuluan

Kawasan estuaria Sungai Tallo berdasarkan RTRW Kota Makassar 2010-2030, adalah merupakan kawasan pengembangan perkotaan, meliputi; kawasan permukiman, kawasan pendidikan, kawasan industri, kawasan pergudangan dan kawasan maritim (pelabuhan). Selain itu, kawasan estuaria Sungai Tallo juga ditetapkan sebagai kawasan penyanggah dan kawasan lindung. Sedangkan perairan estuaria Sungai Tallo merupakan source and sink bagi kegiatan pertambakan, serta sebagai daerah asuhan (nursery ground) berbagai jenis organisme. Hal ini sesuai dengan yang dikemukan McConnaughey (1979) bahwa sekitar 90% jenis ikan niaga yang pada waktu dewasa hidup di air tawar atau air laut bebas memanfaatkan estuaria sebagai tempat bertelur (spawning ground), mengasuh larva (nursery ground) dan tempat mencari makan (feeding ground). Adanya aliran air tawar yang terjadi terus menerus dari hulu sungai dan adanya proses gerakan air akibat arus pasang surut yang mengangkut mineral-mineral, bahan organik dan sedimen sebagai bahan dasar yang dapat menunjang produktivitas perairan di wilayah estuaria yang melebihi produktivitas laut lepas dan perairan air tawar.

Menurut Odum (1971) bahwa perairan estuaria merupakan perangkap nutrien yang menyebabkan produktivitasnya tinggi dan subur sehingga merupakan


(25)

daerah asuhan (nursery ground) berbagai jenis organisme. Sedang menurut Hutabarat dan Evans (1985) bahwa terdapat 4 faktor yang menyebabkan daerah estuaria mengalami nilai produktivitas yang tinggi, yakni; 1) terjadinya penambahan bahan-bahan organik secara terus-menerus yang berasal dari aliran sungai, 2) perairan estuaria umumnya dangkal sehingga cukup menerima sinar matahari untuk mendukung kehidupan organisme, 3) perairan estuaria merupakan daerah yang relatif kecil menerima aksi gelombang sehingga detritus dapat menumpuk didalamnya, 4) aksi pasang surut selalu mengaduk bahan-bahan organik yang berada didalamnya.

Letak kawasan estuaria Sungai Tallo, yang berada di tengah-tengah kawasan perkotaan Makassar, menjadikan kawasan tersebut menjadi “magnet” bagi pelbagai kegiatan pembangunan dan penyebaran penduduk. Tingginya intesitas pembangunan, seperti; kegiatan pembangunan permukiman, pembangunan infrastruktur, kegiatan ekstraksi sumberdaya alam, serta berbagai kegiatan ekonomi lainnya, akan memberikan dampak terhadap lingkungan estuaria Sungai Tallo, secara langsung maupun tidak secara langsung.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi, dimana data BPS Kota Makassar tahun 2015 menunjukkan bahwa rata-rata pertumbuhan penduduk mencapai 1,50% per tahun. Pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut, dengan sendirinya akan meningkatkan jumlah penduduk dan tingkat kepadatan penduduk disatu sisi, dan disisi lain akan meningkatkan aktivitas pembangunan, ekonomi dan sosial budaya. Tingginya aktivitas pembangunan tersebut, akan menyebabkan terjadinya berbagai perubahan penggunaan lahan, dalam rangka pemenuhan kebutuhan pembangunan.

Gambaran dari berbagai aktivitas pembangunan yang ada, seperti; pembangunan sarana ekonomi, sarana sosial, sarana pendidikan, serta gambaran kependudukan, kelembagaan dan peraturan hingga gambaran tutupan lahan dan kondisi perairan estuaria Sungai Tallo, menjadi sangat penting sebagai dasar perumusan kebijakan di masa mendatang. Untuk itu, kajian kondisi eksisting estuaria Sungai Tallo, menjadi salah satu tujuan dalam penelitian ini.

Metodologi

Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dalam kajian kondisi eksisting estuaria Sungai Tallo, meliputi; data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung di lapangan, berupa hasil pengukuran, pengambilan sampel, pengisian kuesioner dan hasil observasi lapangan. Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya seperti; dokumen, peraturan dan laporan hasil penelitian yang terkait. Menurut Nasution (1996) bahwa data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan dicatat untuk pertama kali. Sedangkan data sekunder adalah data hasil pengumpulan orang lain dengan maksud tersendiri dan mempunyai kategorisasi atau klasifikasi menurut keperluan. Jenis dan sumber data, lebih rinci sebagai berikut:


(26)

Tabel 1 Jenis dan sumber data kajian kondisi eksisting

Aspek kajian Variabel Jenis data Sumber data Kajian kualitas

perairan

Parameter kualitas air berdasarkan Kepmen LH No.51 tahun 2004

Data primer Sampling

Analisis laboratorium Sosial ekonomi

masyarakat

Kepadatan penduduk Data sekunder BPS Kota Makassar Fasilitas pendidikan Data sekunder BPS Kota Makassar Fasilitas ekonomi Data sekunder BPS Kota Makassar Fasilitas sosial Data sekunder BPS Kota Makassar Kelembagaan dan

peraturan

Kelembagaan pengelola

Data sekunder Bappeda Kota Makassar Peraturan pengelolaan Data sekunder Bappeda Kota

Makassar Tutupan lahan Vegetasi/tutupan lahan Data primer Observasi

Komposit Data sekunder Citra Satelit

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan metode survei dan metode studi literatur. Metode survei dilakukan untuk pengumpulan data primer dengan pengukuran insitu dan pengambilan sampel. Metode studi literatur dilakukan untuk pengumpulan data sekunder baik berupa hasil penelitian sebelumnya yang terkait maupun data resmi dari pemerintah Kota Makassar. Metode pengumpulan data, lebih rinci sebagai berikut:

Tabel 2 Metode pengumpulan data kajian kondisi eksisting

Tahapan kajian Variabel Jenis data Metode Kajian kualitas

perairan

Parameter kualitas air berdasarkan Kepmen LH No.51 tahun 2004

Data primer Survei (pengukuran

insitu, sampling) Kajian sosial

ekonomi masyarakat

Kepadatan penduduk Data sekunder Studi literatur Fasilitas pendidikan Data sekunder Studi literatur Fasilitas ekonomi Data sekunder Studi literatur Fasilitas sosial Data sekunder Studi literatur Kajian kelembagaan dan peraturan pengelolaan Kelembagaan pengelola

Data sekunder Studi literatur Aturan pengelolaan Data sekunder Studi literatur Kajian tutupan

lahan

Vegetasi tutupan Data primer Survei (ground check)

Komposit Data sekunder Studi literatur

Teknik Pengukuran dan Sampling

Teknik pengukuran dan sampling dilakukan untuk beberapa parameter fisika-kimia dan biologi perairan estuaria Sungai Tallo dan sungai/kanal yang masuk ke perairan tersebut. Lebih rinci sebagai berikut:


(27)

Tabel 3 Parameter fisika, kimia, logam berat dan biologi yang diukur

No Parameter Satuan Metode/Alat Keterangan A Fisika

Padatan tersuspensi total (TSS) mg/l Gravimetrix Laboratory

Sampah - Visual In Situ

Suhu oC Thermometer In Situ

Lapisan minyak - Visual In Situ

B Kimia

pH - pH-meter In Situ

Salinitas ppm Refractometer In Situ

Oksigen terlarut (DO) mg/l DO-meter In Situ

BOD5 mg/l SNI 6989.72:2009 Laboratory

Amonia total (NH3-N) mg/l SNI 6989.30:2005 Laboratory

Fosfat (PO4-P) mg/l SNI 7554.5:2011 Laboratory

Nitrat (NO3-N) mg/l SNI 6989.79:2011 Laboratory

Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS SNI 6989.52:2010 Laboratory

Minyak dan lemak mg/l SNI 6989.50:2009 Laboratory

Pestisida µg/l SNI 6989.53:2010 Laboratory

C Logam Berat

Kadmiun (Cd) mg/l SNI 6989.16:2009 Laboratory

Tembaga (Cu) mg/l SNI 6989.6:2009 Laboratory

Timbal (Pb) mg/l SNI 6989.46:2009 Laboratory

Seng (Zn) mg/l SNI 6989.7:2009 Laboratory

D Biologi

Coliform total MPN/100 ml SNI 6989.52:2011 Laboratory

Waktu dan Lokasi Sampling

Pengukuran dan sampling dilakukan dalam 2 musim yakni; musim kemarau (Agustus 2013) dan musim hujan (Desember 2013). Pengambilan sampel kualitas air dilakukan pada 9 titik yang tersebar berdasarkan kanal yang masuk ke perairan estuaria Sungai Tallo dan keterwakilan tutupan lahan dan aktivitas masyarakat yang ada disekitar estuaria Sungai Tallo. Sedangkan pengambilan sampel sosial ekonomi masyarakat dengan metode kuesioner dilakukan pada 11 lokasi yang mewakili wilayah administrasi kelurahan yang ada disekitar estuaria Sungai Tallo. Lokasi sampling kualitas air dan sosial ekonomi masyarakat seperti pada gambar berikut:


(28)

Gambar 2 Lokasi pengukuran dan sampling Tabel 4 Lokasi pengukuran dan sampling kualitas air

Simbol Lokasi Koordinat

Lintang Selatan Bujur Timur EST-01/NPh Kawasan Nipah 05° 8'42.19" 119°28'23.19" EST-02/KPk Kawasan Pendidikan 05° 7'15.16" 119°28'48.97" EST-03/KId Kawasan Industri 05° 7'70.61" 119°28'37.83" EST-04/KMv Kawasan Mangrove 05° 7'12.83" 119°28'10.21" EST-05/KPg Kawasan Pergudangan 05° 6'43.20" 119°28'40.35" EST-06/KPr Kawasan Permukiman 05° 6'56.25" 119°26'40.65" EST-07/MU1 Muara Sungai 05° 6'37.40" 119°26'30.95" EST-08/MU2 Kawasan Pelabuhan 05° 6'50.91" 119°27'00.19" EST-09/MU3 Kawasan Pesisir 05° 6'60.35" 119°26'28.20"

Pengambilan sampel sosial ekonomi masyarakat yang dilakukan dengan panduan kuesioner yang telah disusun pertanyaan-pertanyaan sesuai dengan tujuan penelitian. Responden adalah masyarakat yang tersebar disekitar wilayah estuaria Sungai Tallo yang secara administratif tersebar pada 11 wilayah administratif kelurahan. Lebih rinci seperti pada Tabel 5 berikut:

Tabel 5 Lokasi sampling sosial ekonomi masyarakat

Simbol Lokasi Koordinat

Lintang Selatan Bujur Timur ADM-01 Tamalanrea Jaya 05° 8'33.92" 119°28'23.38" ADM-02 Tello Baru 05° 8'43.67" 119°28'20.45" ADM-03 Panaikang 05° 8'80.13" 119°27'57.81"


(29)

Simbol Lokasi Koordinat

Lintang Selatan Bujur Timur ADM-04 Tamalanrea Indah 05° 07'26.21" 119°28'53.33" ADM-05 Lakkang 05° 07'14.56" 119°28'00.03" ADM-06 Pampang 05° 07'22.01" 119°26'38.44" ADM-07 Kapasa 05° 06'36.26" 119°30'90.74" ADM-08 Parangloe 05° 06'31.28" 119°27'27.41" ADM-09 Kaluku Bodoa 05° 11'42.59" 119°44'53.75" ADM-10 Buloa 05° 06'43.51" 119°26'29.66" ADM-11 Tallo 05° 06'22.49" 119°26'37.34"

Metode Analisis Data

Metode analisis data disesuaikan dengan tujuan penelitian. Metode tersebut meliputi; analisis laboratorium, analisis indeks pencemaran, analisis beban pencemaran, analisis kapasitas asimilasi, analisis deskriptif dan analisis GIS (ArcGis). Lebih rinci sebagai berikut:

Tabel 6 Metode analisis data kajian kondisi eksisting

Tahapan kajian Variabel Metode Output Kajian kualitas

perairan

Parameter kualitas air berdasarkan Kepmen LH No.51 tahun 2004

- Analisis laboratorium - Analisis indeks

pencemaran - Analisis beban

pencemaran - Analisis kapasitas

asimilasi Konsentrasi parameter fisika-kimia air Status pencemaran Beban pencemaran (ton/bln) Kapasitas asimilasi (ton/bln) Kajian sosial ekonomi masyarakat Kepadatan penduduk

- Analisis deskriptif Gambaran

kependudukan di 11 kelurahan

Fasilitas pendidikan

- Analisis deskriptif Gambaran pendidikan di 11 kelurahan

Fasilitas ekonomi - Analisis deskriptif Gambaran ekonomi di 11 kelurahan Fasilitas sosial - Analisis deskriptif Gambaran sosial di

11 kelurahan Kajian kelembagaan dan peraturan pengelolaan Kelembagaan pengelola

- Analisis deskriptif Gambaran kelembagaan pengelola Peraturan

pengelolaan

- Analisis deskriptif Gambaran peraturan pengelolaan

Kajian tutupan lahan

Vegetasi/tutupan lahan

- Analisis GIS Gambaran tutupan lahan

A. Analisis Laboratorium

Analisis laboratorium dilakukan di Laboratorium Kualitas Air Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanuddin Makassar. Analisis laboratorium dilakukan terhadap 13 parameter fisika kimia


(30)

dengan mengacu pada parameter yang terdapat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Lebih rinci parameter tersebut seperti pada Tabel 7 berikut:

Tabel 7 Parameter fisika-kimia dan biologi yang diukur

No Parameter Satuan Baku Mutu Metode/Alat 1 Padatan tersuspensi total (TSS) mg/l 80 Gravimetrix

2 BOD5 mg/l 20 SNI 6989.72:2009

3 Amonia total (NH3-N) mg/l 0,3 SNI 6989.30:2005

4 Fosfat (PO4-P) mg/l 0,015 SNI 7554.5:2011

5 Nitrat (NO3-N) mg/l 0,008 SNI 6989.79:2011

6 Surfaktan (deterjen) mg/l MBAS 1 SNI 6989.52:2010 7 Minyak dan lemak mg/l 1 SNI 6989.50:2009 8 Pestisida µg/l 0,01 SNI 6989.53:2010 9 Kadmiun (Cd) mg/l 0,001 SNI 6989.16:2009 10 Tembaga (Cu) mg/l 0,008 SNI 6989.6:2009 11 Timbal (Pb) mg/l 0,008 SNI 6989.46:2009 12 Seng (Zn) mg/l 0,05 SNI 6989.7:2009 13 Coliform total MPN/100 ml 1000 SNI 6989.52:2011

Metode analisis sampel air yang dilakukan berdasarkan prosedur analisis dari Standar Nasional Indonesia (SNI) tentang air dan air limbah yang mengacu pada Standard Metodes for the Examination of Water and Wastewater, (APHA/AWWA/WEF 2005). Hasil analisis laboratorium selanjutnya dibandingkan dengan baku mutu kualitas air dengan mengacu pada baku mutu air laut untuk biota air, sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut.

B. Analisis Indeks Pencemaran

Analisis indeks pencemaran dilakukan dengan mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.115 tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan Status Mutu Air. Indeks pencemaran (pollution index) adalah nilai/indeks yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran relatif terhadap parameter kualitas air yang diizinkan (Nemerow 1974). Indeks Pencemaran (IP) dapat memberi masukan pada pengambilan keputusan/kebijakan pengelolaan perairan, agar dapat menilai kualitas badan air untuk suatu peruntukan serta melakukan tindakan untuk memperbaiki kualitas jika terjadi penurunan kualitas akibat kehadiran senyawa pencemar.

Analisis indeks pencemaran adalah evaluasi kualitas air yang dilakukan dengan cara membandingkan hasil analisis laboratorium kualitas air estuaria Sungai Tallo dengan kriteria baku mutu air laut berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Keputusan tersebut diacu mengingat baku mutu air untuk estuaria belum ada, sehingga baku mutu yang paling mendekati dengan karakteristik estuaria adalah perairan laut. Langkah-langkah penentuan status mutu air adalah sebagai berikut :

 Jika Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air yang dicantumkan dalam baku peruntukan air (j), dan Ci menyatakan konsentrasi parameter


(31)

kualitas air (i) yang diperoleh dari hasil analisis sampel air pada suatu lokasi pengambilan sampel dari suatu alur sungai, maka PIj adalah Indeks Pencemaran bagi peruntukan (j) yang merupakan fungsi dari Ci/Lij.

 (C1/L2j,C2/L2j,...,Ci/Lij)

PIj

Dimana, PIj = Pollutan Indeks untuk peruntukan (j)

 Tiap nilai Ci/Lij menunjukkan pencemaran relatif yang diakibatkan oleh suatu parameter kualitas air. Nisbah ini tidak mempunyai satuan. Nilai Ci/Lij=1,0 adalah nilai yang kritik, karena nilai ini diharapkan untuk dipenuhi bagi suatu baku mutu peruntukan air. Jika Ci/Lij>1,0 untuk suatu parameter, maka konsentrasi parameter ini harus dikurangi atau disisihkan, apabila badan air digunakan untuk peruntukan (j). Namun apabila parameter tersebut adalah parameter yang bermakna bagi peruntukan, maka pengolahan mutlak harus dilakukan.

 Pada model PIj digunakan berbagai parameter kualitas air, maka pada penggunaannya dibutuhkan nilai rata-rata dari keseluruhan nilai Ci/Lij sebagai tolok-ukur pencemaran, tetapi nilai ini tidak akan bermakna jika salah satu nilai Ci/Lij bernilai lebih besar dari 1. Jadi indeks ini harus mencakup nilai Ci/Lij yang maksimum.

Ci Lij R Ci Lij M

PIj ( / ) ,( / )

Dimana (Ci/Lij)R : nilai Ci/Lij rata-rata (Ci/Lij)M : nilai Ci/Lij maksimum

 Jika (Ci/Lij)R merupakan ordinat dan (Ci/Lij)M merupakan absis, maka PIj merupakan titik potong dari (Ci/Lij)R dan (Ci/Lij)M dalam bidang yang dibatasi oleh kedua sumbu tersebut.

Gambar 3 Grafik fungsi PIj untuk suatu peruntukan air (j)

 Perairan akan semakin tercemar untuk suatu peruntukan (j) jika nilai (Ci/Lij)R dan atau (Ci/Lij)M adalah lebih besar dari 1,0. Jika nilai maksimum Ci/Lij dan atau nilai rata-rata Ci/Lij makin besar, maka tingkat pencemaran suatu badan air akan makin besar pula. Jadi panjang garis dari titik asal hingga titik PIj diusulkan sebagai faktor yang memiliki makna untuk menyatakan tingkat pencemaran.


(32)

R Lij Ci M Lij Ci m

PIj ( / )2 ( / )2 Dimana m : faktor penyeimbang

Keadaan kritik digunakan untuk menghitung nilai m

PIj = 1,0 jika nilai Ci/Lij maksimum = 1,0 dan nilai Ci/Lij rata-rata = 1,0 maka PIjm (Ci/Lij)2 (Ci/Lij)2

2 2 ) 1 ( ) 1 ( 0 ,

1 m

2 / 1 

m

Maka PIjm (Ci/Lij)2M(Ci/Lij)2R menjadi

2 ) ( ) /

(Ci Lij2M Ci Lij2R

PIj   

Metoda tersebut dapat langsung menghubungkan tingkat pencemaran dengan peruntukan sungai atau badan air dengan nilai parameter-parameter tertentu. Evaluasi terhadap nilai PIj adalah sebagai berikut:

Tabel 8 Evaluasi nilai PIj dan kriteria pencemarannya

Nilai Kisaran PIj Kriteria Pencemaran

0 ≤ PIj ≤ 1,0 Memenuhi baku mutu (kondisi baik)

1,0 ≤ PIj ≤ 5,0 Tercemar ringan

5,0 ≤ PIj ≤ 10,0 Tercemar sedang

PIj ≤ 10,0 Tercemar berat

Tahapan operasional penentuan tingkat pencemaran perairan estuaria Sungai Tallo dilakukan sebagai berikut:

- Menentukan nilai Ci yang merupakan nilai dari hasil analisis laboratorium

untuk setiap parameter. Jumlah parameter yang akan digunakan dalam penentuan indeks pencemaran kualitas air Sungai Tallo adalah sebanyak 13 parameter.

- Menetapkan nilai Lij yang merupakan nilai baku mutu kualitas air

berdasarkan peruntukannya. Dalam penelitian ini nilai Lij didasarkan pada baku mutu kualitas air laut untuk biota laut.

- Menghitung nilai Ci/Lij yang merupakan perbandingan antara hasil

analisis dengan baku mutu yang dipersyaratkan.

- Menentukan nilai Ci/Lij baru yang merupakan nilai dari Ci/Lij. Jika nilai

Ci/Lij<1,0 maka nilai (Ci/Lij) baru adalah nilai hasil pengukuran, namun jika nilai Ci/Lij>1,0 maka gunakan nilai (Ci/Lij) baru diperoleh dengan rumus (Ci/Lij) baru = 1,0 + P log (Ci/Lij) hasil pengukuran, dengan P merupakan konstanta = 5.

- Menentukan nilai Ci/Lij Maksimum atau [(Ci/Lij)M] yang merupakan

nilai tertinggi dari Ci/Lij baru.

- Menentukan nilai Ci/Lij Rata-rata [(Ci/Lij)R] yang merupakan nilai

rata-rata dari Ci/Lij baru.

- Menentukan nilai PIj yang merupakan akar penjumlahan dari Ci/Lij


(33)

- Menentukan kriteria tingkat pencemaran berdasarkan tabel evaluasi nilai

PIj.

C. Analisis Beban Pencemaran

Beban pencemaran dinyatakan dalam satuan jumlah beban pencemar per satuan waktu. Nilai beban pencemaran tersebut dihitung dengan perkalian antara konsentrasi limbah dan debit aliran sungai (Tebbut 1992). Beban pencemaran dihitung dengan menggunakan persamaan Mitsch dan Gosselink (1994) sebagai berikut:

C Q

BP 

Dimana :

BP = Beban pencemaran atau beban limbah untuk suatu parameter Q = Debit sungai/kanal (m3/dtk)

C = Konsentrasi limbah yang merupakan hasil pengukuran (mg/l)

Debit sungai/kanal atau besarnya aliran sungai/kanal (stream flow) adalah volume aliran yang mengalir melalui suatu penampang melintang sungai/kanal per satuan waktu (Asdak 2002). Debit sungai/kanal diperoleh dengan menggunakan persamaan Gordon et al. (1992) yaitu:

A V

Q .

Dimana:

Q = Debit sungai/kanal (m3/dtk)

V = Kecepatan aliran sungai/kanal (m/dtk) A = Luas penampang sungai/kanal (m2)

Untuk memperoleh nilai beban pencemaran atau beban limbah dalam satuan waktu bulan atau tahun maka dilakukan konversi dengan mengalikan dengan 10-6 x 3600 x 24 x 30 dalam satuan ton/bulan dan 10-6 x 3600 x 24 x 360 dalam satuan ton/tahun. Tahapan operasional untuk menghitung nilai beban pencemaran atau beban limbah di perairan estuaria Sungai Tallo, dilakukan sebagai berikut:

- Menentukan lokasi sampling, yang dalam penelitian ini ditentukan 9 lokasi

sampling, mewakili badan Sungai Tallo dan sungai/kanal yang masuk ke Sungai Tallo.

- Melalukan pengukuran parameter kualitas air atau pengambilan sampel

untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium.

- Melakukan pengukuran kecepatan aliran air sungai/kanal (m/dtk), dan luas

penampang sungai/kanal (m2).

- Menghitung debit sungai yang merupakan hasil perkalian antara kecepatan

aliran air sungai/kanal dengan luas penampangnya.

- Menghitung beban limbah yang merupakan perkalian antara debit

sungai/kanal dengan konsentrasi parameter hasil pengukuran.

- Mengkonversi nilai beban limbah dalam satuan bulan dan atau satuan

tahun.

D. Analisis Kapasitas Asimilasi

Kapasitas asimilasi merupakan kemampuan perairan/badan air untuk menerima dan menyerap beban pencemar (limbah) tanpa menimbulkan dampak atau tanpa merusak kehidupan organisme air atau manusia yang memanfaatkan


(34)

sumberdaya air tersebut. Kapasitas asimilasi perairan didefinisikan sebagai kemampuan perairan dalam memulihkan diri (self purification) akibat masuknya limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan yang ditetapkan sesuai dengan peruntukannya (Quano 1993). Menurut Dahuri (1998) bahwa metode untuk melihat kapasitas asimilasi dapat dilakukan dengan pendekatan hubungan antara kualitas air (standar baku mutu untuk biota laut) dan beban limbahnya. Lebih jauh Ward dan Elliot (1995) menyebutkan bahwa evaluasi kapasitas asimilasi memerlukan model matematika yang sesuai untuk mendeterminasi konsentrasi parameter kunci yang merupakan hasil dari tingkat beban limbah.

Analisis regresi digunakan sebagai metode bantu untuk menentukan garis singgung/garis perpotongan antara beban pencemar dengan baku mutu yang dipersyaratkan untuk setiap parameter. Parameter beban pencemar digunakan sebagai peubah bebas (independent variable) dan parameter konsentrasi pencemar sebagai peubah tak bebas (dependent variable). Menurut Ward dan Elliot (1995) secara matematis memiliki persamaan sebagai berikut:

) (x f y

Atau persamaan regresinya adalah:

bx a

y 

Dimana :

y = Parameter konsentrasi pencemar x = Parameter beban pencemar

a = Intersep/perpotongan dengan sumbu tegak (nilai tengah/rataan umum) b = Slope/gradient (koefisien regresi untuk parameter)

Konsentrasi pencemaran merupakan fungsi dari beban pencemar/beban limbah yang masuk kedalam perairan. Menurut Dahuri (1998) secara grafik digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4 Grafik hubungan antara beban pencemar dengan konsentrasi limbah Penggunaan persamaan regresi linear sederhana diharapkan mampu menjawab apakah konsentrasi parameter dipengaruhi oleh beban pencemar parameter tersebut, dengan beberapa asumsi yang dibangun sebagai berikut:

Baku Mutu

Beban Pencemar

y=a+bx

Konsentrasi Pencemar

Kapasitas Asimilasi


(35)

- Bahan pencemar yang berasal dari darat semuanya dianggap mengalir ke sungai/kanal.

- Semakin tinggi beban pencemar yang masuk maka akan semakin tinggi pula konsentrasinya di perairan.

- Nilai konsentrasi yang terukur merupakan nilai yang telah mencerminkan dinamika perairan yang terjadi.

- Nilai kapasitas asimilasi yang diperoleh hanya berlaku di wilayah penelitian.

Tahap operasional analisis kapasitas asimilasi perairan estuaria Sungai Tallo, sebagai berikut:

- Menentukan hasil pengukuran parameter pada beberapa titik sampling. - Menentukan beban limbah parameter sebagaimana hasil pengukuran. - Melakukan analisis regresi linear sederhana antara hasil pengukuran

dengan beban pencemaran.

- Menentukan nilai kapasitas asimilasi berdasarkan persamaan regresi yang terbentuk.

- Menentukan titik singgung/titik perpotongan antara baku mutu dengan nilai kapasitas asimilasi yang diperoleh.

E. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan analisis statistik sederhana yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang keadaan, gejala, atau persoalan yang ada dari suatu data (Nazir 1988). Analisis deskriptif dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang kondisi sosial ekonomi dan kelembagaan/peraturan yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya estuaria Sungai Tallo.

Analisis deskriptif untuk kepadatan penduduk dilakukan untuk melihat tingkat kepadatan penduduk pada 11 wilayah kelurahan yang terdapat di sekitar estuaria Sungai Tallo. Persamaan analisis kepadatan penduduk sebagai berikut:

       

A P KP

Dimana :

KP = Kepadatan penduduk kelurahan (i)

P = Jumlah penduduk kelurahan (i)

A = Luas wilayah administratif kelurahan (i)

Hasil analisis akan diperoleh gambaran kepadatan penduduk kelurahan (i) yang selanjutnya akan menjadi indikator tingkat kepadatan penduduk di wilayah tersebut. Kepadatan penduduk akan sangat berpengaruh terhadap beban limbah yang dihasilkan.

Analisis deskriptif untuk fasilitas pendidikan dilakukan untuk memperoleh gambaran tingkat pendidikan pada wilayah kelurahan yang terdapat di sekitar estuaria Sungai Tallo. Pendekatan analisis yang dilakukan adalah membandingkan antara jumlah fasilitas pendidikan antar wilayah. Wilayah yang memiliki fasilitas pendidikan yang banyak memberikan indikasi pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang lebih baik. Hal tersebut dipahami bahwa pendidikan yang lebih


(36)

baik akan memberikan ruang bagi pemahaman dan pengetahuan yang lebih baik terhadap pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan, terutama dalam sosialisasi pengelolaan dan pengendalian pencemaran lingkungan. Persamaan analisis tingkat pendidikan sebagai berikut:

Dimana :

RMK = Rasio Murid terhadap Kelas (i)

M = Jumlah penduduk kelurahan (i)

K = Jumlah kelas (i)

Hasil analisis akan diperoleh gambaran rasio antara jumlah murid per kelas untuk tingkat pendidikan (i) yang selanjutnya akan menjadi indikator tingkat standar pelayanan minimum (SPM) berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.23 tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar di Kabupaten/Kota.

Analisis deskriptif untuk fasilitas ekonomi bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi sosial ekonomi dari aspek sarana/fasilitas ekonomi yang terdapat pada 11 wilayah kelurahan. Gambaran fasilitas ekonomi diukur dengan metode penilaian tingkat/daya layanan (function of availability) yakni perbandingan antara ketersediaan fasilitas pelayanan dengan variabel pembanding

standar (Muta’ali 2000). Persamaan analisis tingkat/daya layanan fasilitas ekonomi sebagai berikut:

Dimana :

DLFe = Daya Layanan Fasilitas Ekonomi jenis (i)

Pddk = Jumlah penduduk wilayah studi

Li = Jumlah layanan fasilitas jenis (i)

Hasil analisis akan diperoleh gambaran daya layanan fasilitas ekonomi di wilayah penelitian untuk setiap jenisnya. Indikator standar yang digunakan untuk menentukan daya layanan fasilitas ekonomi adalah SNI Tatacara Pengelolaan Lingkungan Perumahaan di Perkotaan No.03-1733-2004.

Analisis deskriptif untuk fasilitas sosial bertujuan untuk memperoleh gambaran kondisi sosial ekonomi dari aspek sarana/fasilitas sosial yang terdapat pada 11 wilayah kelurahan. Gambaran fasilitas sosial diukur dengan metode penilaian tingkat/daya layanan (function of availability) yakni perbandingan antara ketersediaan fasilitas pelayanan dengan variabel pembanding standar

(Muta’ali 2000). Persamaan analisis tingkat/daya layanan fasilitas sosial sebagai berikut:         

K M RMK         

Li Pddk DLFe         

Li Pddk DLFs


(37)

Dimana :

DLFs = Daya Layanan Fasilitas Sosial jenis (i)

Pddk = Jumlah penduduk wilayah studi

Li = Jumlah layanan fasilitas jenis (i)

Hasil analisis akan diperoleh gambaran daya layanan fasilitas sosial di wilayah penelitian untuk setiap jenisnya. Indikator standar yang digunakan untuk menentukan daya layanan fasilitas sosial adalah SNI Tatacara Pengelolaan Lingkungan Perumahaan di Perkotaan No.03-1733-2004.

Analisis deskriptif untuk aspek kelembagaan dan aturan bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang peraturan yang berlaku serta memberikan gambaran tentang fungsi dan peran kelembagaan yang terkait dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya estuaria Sungai Tallo. Gambaran aspek kelembagaan dan peraturan diukur dengan metode penilaian ketersediaan pelayanan (service availibility) yakni mengukur ada atau tidaknya kelembagaan atau peraturan terkait pengelolaan estuaria Sungai Tallo.

F. Analisis GIS (ArcGis)

Analisis GIS (Geographycs Information System) atau SIG (Sistem Informasi Geografis) merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis (Aronoff 1989). SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial.

Analisis GIS dalam penelitian ini dilakukan dengan bantuan software

(ArcGis). Data diperoleh dari akuisisi citra landsatTM dengan path/row 114/63 tahun 2014. Selanjutnya data citra tersebut diolah dengan tahapan sebagai berikut:

- Pemulihan citra (image restoration) merupakan kegiatan yang bertujuan memperbaiki citra kedalam bentuk yang lebih mirip dengan pandangan aslinya. Perbaikan ini meliputi koreksi radiometrik dan koreksi geometrik. - Penajaman citra (image enhancement) kegiatan ini dilakukan sebelum

abstracts citra digunakan dalam analisis visual, dimana teknik penajaman dapat diterapkan untuk menguatkan tampak kontras diantara penampakan dalam adegan. Pada berbagai tahapan langkah ini banyak meningkatkan jumlah informasi yang dapat diinterpretasi secara beheld dari data citra. - Klasifikasi citra (image classification) dilakukan dengan pendekatan

klasifikasi terbimbing (supervised classification) yakni klasifikasi yang dilakukan setelah melakukan ground check dengan panduan titik-titik koordinat yang telah diperoleh dari lapangan.

- Klasifikasi terbimbing (supervised classification) membagi data citra yang digunakan kedalam 8 (delapan) kelas tutupan lahan yakni; badan air, permukiman, mangrove, lahan pertanian (sawah), areal pertambakan (tambak), semak belukar, kebun campuran dan taman. Untuk menampilkan true colour digunakan kombinasi kanal 5,4 dan 2 untuk layer red, green dan blue. Klasifikasi terbimbing dilakukan dengan dengan bantuan software Erdas Imagine.


(38)

Hasil dan Pembahasan

Kualitas Perairan

Kajian kualitas perairan estuaria Sungai Tallo, dilakukan dengan mengacu pada parameter-parameter fisika-kimia dan biologi yang merupakan faktor pembatas kualitas perairan untuk biota air. Mengingat belum adanya baku mutu kualitas air untuk perairan estuaria di Indoensia, maka dilakukan pendekatan dengan mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.51 tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk Biota Laut. Analisis kualitas air Sungai Tallo, dilakukan dalam 2 musim yakni; musim kemarau (pengukuran dan pengambilan sampel pada bulan Agustus 2013) dan musim hujan (pengukuran dan pengambilan sampel pada bulan Desember 2013). Hasil analisis diperoleh sebagai berikut:

A. Padatan Tersuspensi Total (TSS)

Padatan tersuspensi total atau yang lazim dikenal dengan istilah TSS (total suspended solid) adalah bahan-bahan tersuspensi (berdiameter>1 µm) yang tertahan pada saringan millipore dengan diameter pori 0,45 µm (Effendi 2003). TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa ke dalam perairan. TSS memberikan kontribusi dalam peningkatan kekeruhan (turbidity) di perairan dan dapat membatasi penetrasi cahaya kedalam perairan untuk fotosintesis dan visibilitas di perairan. Hasil analisis TSS di perairan estuaria Sungai Tallo dalam 2 musim seperti pada grafik berikut:

Gambar 5 Kandungan TSS (mg/l) di perairan estuaria Sungai Tallo Hasil analisis menunjukkan bahwa kandungan TSS pada musim hujan lebih tinggi bila dibandingkan dengan kandungan TSS pada musim kemarau. Kondisi tersebut dapat terjadi, dikarenakan limpasan air hujan yang tinggi akan mengangkut partikel-partikel tanah (top soil) serta limbah organik dan anorganik masuk kedalam perairan. Partikel-partikel tersebut akan tersuspensi dalam air dan


(39)

menyebabkan terjadinya kekeruhan perairan. Kandungan TSS yang tinggi terjadi pada lokasi sampling EST-04 (Permukiman Lakkang) yakni 90,1 mg/l dan di lokasi sampling EST-08 (Muara Sungai Tallo#1) yakni 110,0 mg/l. Kondisi tersebut hanya terjadi pada musim hujan, dimana kandungan TSS keduanya telah melebihi baku mutu lingkungan yang dipersyaratkan yakni 80,0 mg/l.

Kandungan TSS yang tinggi di perairan dapat mengganggu produktivitas primer melalui terjadinya peningkatan kekeruhan perairan akibat kandungan TSS yang melimpah. Kekeruhan yang tinggi tersebut selanjutnya menghambat penetrasi cahaya matahari masuk ke perairan dan akhirnya mengganggu proses fotosintesis. Kandungan TSS di perairan sangat berpengaruh terhadap kepentingan perikanan, seperti halnya yang terjadi di estuaria Sungai Tallo, dimana air sungai merupakan sumber utama air tambak. Kandungan TSS yang berpengaruh terhadap aktivitas perikanan (tambak) >81 mg/ltr. Berdasarkan hal tersebut, maka lokasi sampling EST-04 (Permukiman Lakkang) dan di lokasi sampling EST-08 (Muara Sungai Tallo#1) akan berpengaruh terhadap aktivitas pertambakan yang ada.

Pengaruh polutan terhadap badan air tergantung pada jenis polutan dan kapasitas perairan untuk mengencerkan dan mengasimilasi polutan tersebut. Perairan yang luas dan adanya tiupan angin serta terjadinya sirkulasi air karena pengaruh pasang surut dan arus berpotensi mengurangi pencemaran air. Dengan demikian, agar limbah tidak menyebabkan penurunan kualitas air maka harus diketahui masukan limbah dari berbagai aktivitas manusia (Boyd dan Green 2002). TSS merupakan salah satu sumber pencemar di perairan sungai yang masuk kedalam tambak. Sumber utama TSS yang tinggi di kedua lokasi tersebut adalah berasal dari aktivitas domestik penduduk. Menurut Marganof (2007) bahwa padatan tersuspensi mengandung bahan anorganik dan bahan organik. Bahan anorganik antara lain berupa liat dan butiran pasir, sedangkan bahan organik berupa sisa-sisa tumbuhan dan padatan biologi lainnya seperti sel alga, bakteri dan sebagainya. Demikian pula menurut Sastrawijaya (1991) bahwa padatan tersuspensi dapat pula berasal dari kotoran hewan, kotoran manusia, lumpur dan limbah industri.

B. Suhu Air

Suhu merupakan gambaran panas dan atau dingin dari air. Suhu perairan sangat bervariasi, bergantung pada kedalaman, pengaruh pasang surut serta limpahan air dari hujan dan daratan yang merupakan hasil dari aktivitas manusia. Menurut Nybakken (1982) bahwa suhu air di perairan estuaria lebih bervariasi dari pada di perairan pantai didekatnya. Hal tersebut dikarenakan volume air di estuaria lebih kecil sedangkan luas permukaannya lebih besar, dengan demikian pada kondisi atmosfer yang ada, air estuaria lebih cepat panas dan lebih cepat dingin. Sedangkan menurut Banjarnahor (1997) bahwa aliran sungai maupun pengaruh daratan lainnya dapat menurunkan suhu air di muara sungai dan sekitarnya. Hasil pengukuran suhu air di perairan estuaria Sungai Tallo dalam 2 musim seperti pada grafik berikut:


(1)

Lampiran 20

RapEst Dimensi Teknologi

Attributes > EST Teknologi

Abbr eviat ion T E KN OL OG I Ins tala si P engolaha n Air L im ba h (I P AL ) M oda T ra spor tas i S nga i T eknologi P emanf aa tan S umber da ya T eknologi B udidaya P er ikana n/T ambak T eknologi P er tania n Ke ter se dian inf ra str uktur pe rtania n (ir igas i) Aks es inf or mas i / pe nyuluhan

Estuaria Sungai Tallo EST 1 2 0 0 2 0 1

Reference Est:

GOOD 1 2 0 0 0 0 2 2

BAD 2 0 2 2 2 2 0 0

UP 3 2 0 0 0 2 0 0

DOWN 4 0 2 2 2 0 2 2

Anchor Est: 1 2 0 0 0 0 2 2

2 2 0 0 0 0 2 0

3 2 0 0 0 0 0 0

4 2 0 0 0 2 0 0

5 2 0 0 2 2 0 0

6 2 0 2 2 2 0 0

7 2 2 2 2 2 0 0

8 0 2 2 2 2 0 0

9 0 2 2 2 2 0 2

10 0 2 2 2 2 2 2

11 0 2 2 2 0 2 2

12 0 2 2 0 0 2 2

13 0 2 0 0 0 2 2

14 0 0 0 0 0 2 2

DEFAULT 95% probability scoring error limits

set at 20% of full attribute scale

Error limit above or below score 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

(assumes 0 mean Normal error


(2)

Lampiran 21 RapEst Dimensi Kelembagaan

Attributes > RapEst Kelembagaan

Abbr eviation KE L E M B AGAA N R enc ana pe nge lol aa n sumber da ya Ke lengka pa n Ke lemba ga an P rope rty R ight Ke lengka pa n Atur an P er an da n ke ter li ba tan stake holder s Ke be ra da an lemba ga mas ya ra ka t da n NG O Ke be ra da an pr ogr am, pe ne li ti an da n pe nga bdian mas ya ra ka t

Estuaria Sungai Tallo EST 1 2 0 1 1 1 1

Reference Est:

GOOD 1 2 2 2 3 2 2 2

BAD 2 0 0 0 0 0 0 0

UP 3 2 2 2 3 0 0 0

DOWN 4 0 0 0 0 2 2 2

Anchor Est: 1 2 2 2 3 2 2 2

2 2 2 2 3 2 2 0

3 2 2 2 3 2 0 0

4 2 2 2 3 0 0 0

5 2 2 2 0 0 0 0

6 2 2 0 0 0 0 0

7 2 0 0 0 0 0 0

8 0 0 0 0 0 0 0

9 0 0 0 0 0 0 2

10 0 0 0 0 0 2 2

11 0 0 0 0 2 2 2

12 0 0 0 3 2 2 2

13 0 0 2 3 2 2 2

14 0 2 2 3 2 2 2

DEFAULT 95% probability scoring

error limits

set at 20% of full attribute scale

Error limit above or below score 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2

(assumes 0 mean Normal error

distribution)


(3)

Lampiran 22 Tabulasi data pendapat responden (pakar) dalam analisis prospektif

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Vegetasi mangrove – laju konversi lahan 2 2 1 2 2 1 1 1 1 1

Vegetasi mangrove – akses terhadap sumberdaya 3 3 2 3 3 1 2 3 3 3

Vegetasi mangrove – marketable right 2 2 2 2 1 1 1 3 3 2

Vegetasi mangrove – pendapatan masyarakat 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2

Vegetasi mangrove – kepadatan penduduk 1 1 1 2 2 1 1 0 0 1

Vegetasi mangrove – tingkat partisipasi masyarakat 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 Vegetasi mangrove – teknologi budidaya perikanan 2 2 3 3 3 1 1 1 0 3 Vegetasi mangrove – teknologi pemanfaatan

sumberdaya 2 2 2 3 3 1 1 2 2 2

Vegetasi mangrove – teknologi pertanian 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1

Vegetasi mangrove – property right 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1

Vegetasi mangrove – kelengkapan kelembagaan 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 laju konversi lahan – akses terhadap sumberdaya 3 3 2 2 2 2 1 1 1 2

laju konversi lahan – marketable right 2 2 2 3 2 1 2 2 1 2

laju konversi lahan – pendapatan masyarakat 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 laju konversi lahan – kepadatan penduduk 3 3 3 3 3 1 1 1 1 3 laju konversi lahan – tingkat partisipasi masyarakat 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 laju konversi lahan – teknologi budidaya perikanan 1 0 0 0 0 1 1 0 1 0 laju konversi lahan – teknologi pemanfaatan

sumberdaya 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0

laju konversi lahan – teknologi pertanian 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0

laju konversi lahan – property right 3 3 3 3 3 2 1 2 1 3

laju konversi lahan – kelengkapan kelembagaan 2 3 2 2 1 1 1 1 3 1

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 akses terhadap sumberdaya – marketable right 3 3 1 1 1 3 2 1 1 1 akses terhadap sumberdaya – pendapatan

masyarakat 3 3 3 3 1 3 2 2 2 3

akses terhadap sumberdaya – kepadatan penduduk 2 1 1 1 1 2 1 1 1 1 akses terhadap sumberdaya – tingkat partisipasi

masyarakat 1 1 1 2 1 1 2 1 1 1

akses terhadap sumberdaya – teknologi budidaya

perikanan 1 1 2 1 1 1 2 1 1 1

akses terhadap sumberdaya – teknologi

pemanfaatan sumberdaya 1 1 1 2 1 1 1 0 0 1

akses terhadap sumberdaya – teknologi pertanian 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 akses terhadap sumberdaya – property right 3 3 3 1 1 1 2 2 3 3 akses terhadap sumberdaya – kelengkapan


(4)

...lanjutan lampiran 22

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 marketable right – pendapatan masyarakat 3 3 3 1 3 2 3 1 1 3 akses terhadap sumberdaya – kepadatan

penduduk 3 3 3 2 1 3 2 3 1 3

akses terhadap sumberdaya – tingkat partisipasi

masyarakat 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1

akses terhadap sumberdaya – teknologi

budidaya perikanan 2 2 1 2 1 1 1 2 2 2

akses terhadap sumberdaya – teknologi

pemanfaatan sumberdaya 2 2 2 1 1 2 1 2 2 2

akses terhadap sumberdaya – teknologi

pertanian 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2

akses terhadap sumberdaya – property right 3 3 3 2 1 3 1 3 2 3 akses terhadap sumberdaya – kelengkapan

kelembagaan 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 pendapatan masyarakat – kepadatan penduduk 2 2 2 1 3 2 2 1 1 2 pendapatan masyarakat – tingkat partisipasi

masyarakat 1 1 1 2 1 3 2 1 1 1

pendapatan masyarakat – teknologi budidaya

perikanan 3 3 3 3 3 1 2 3 3 3

pendapatan masyarakat – teknologi

pemanfaatan sumberdaya 3 2 3 2 3 1 1 2 2 2

pendapatan masyarakat – teknologi pertanian 3 3 3 1 1 2 3 3 2 3

pendapatan masyarakat – property right 2 1 2 2 1 1 2 2 2 2

pendapatan masyarakat – kelengkapan

kelembagaan 1 1 1 2 1 1 1 3 1 1

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 kepadatan penduduk – tingkat partisipasi

masyarakat 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2

kepadatan penduduk – teknologi budidaya

perikanan 1 1 1 2 1 2 2 1 0 1

kepadatan penduduk – teknologi pemanfaatan

sumberdaya 1 1 1 1 2 1 2 1 1 1

kepadatan penduduk – teknologi pertanian 1 2 1 1 3 1 1 2 1 1

kepadatan penduduk – property right 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0

kepadatan penduduk – kelengkapan


(5)

...lanjutan lampiran 22

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 tingkat partisipasi masyarakat – teknologi

budidaya perikanan 1 1 1 2 1 2 2 1 1 1

tingkat partisipasi masyarakat – teknologi

pemanfaatan sumberdaya 1 1 1 1 1 2 2 1 0 1

tingkat partisipasi masyarakat – teknologi

pertanian 1 1 1 1 1 1 2 1 0 1

tingkat partisipasi masyarakat – property right 3 2 3 3 3 1 1 2 1 3 tingkat partisipasi masyarakat – kelengkapan

kelembagaan 2 2 2 1 1 2 2 0 0 2

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 teknologi budidaya perikanan – teknologi

pemanfaatan sumberdaya 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2

teknologi budidaya perikanan – teknologi

pertanian 0 1 0 0 0 1 2 1 0 0

teknologi budidaya perikanan – property right 2 2 3 3 2 1 1 2 1 2 teknologi budidaya perikanan – kelengkapan

kelembagaan 1 1 1 1 1 2 2 0 0 1

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 teknologi pemanfaatan sumberdaya – teknologi

pertanian 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0

teknologi pemanfaatan sumberdaya – property

right 1 1 1 1 2 1 1 2 1 1

teknologi pemanfaatan sumberdaya –

kelengkapan kelembagaan 1 1 1 1 1 2 2 0 0 1

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9

teknologi pertanian – property right 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1

teknologi pertanian – kelengkapan kelembagaan 1 0 1 1 1 2 2 0 1 1

Pertanyaan (atribut pengungkit) Responden Modus

1 2 3 4 5 6 7 8 9 property right – kelengkapan kelembagaan 3 3 2 2 3 3 1 1 1 3


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kampung Serang, Kabupaten Pinrang pada tanggal 2

Maret 1977 dari Ayah H.Abdul Halim dan Ibu Hj.Mira (Almarhuma). Penulis

merupakan anak kedua dari 4 bersaudara. Pada tahun 1995 penulis lulus dari

SMAN Pekkabata Pinrang, tahun 1996 penulis diterima di Program Studi

Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan

Universitas Hasanuddin Makassar. Tahun 2002 Penulis diterima menjadi tenaga

pengajar pada Sekolah Tinggi Teknologi Kelautan (STITEK) Balik Diwa

Makassar. Tahun 2004, penulis mendapat kesempatan melanjutkan pendidikan S2

(Magister Sains) pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

dengan Beasiswa BPPS Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen

Pendidikan Nasional. Pada tahun 2010, penulis diterima pada program S3

(Doktoral) Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan,

Institut Pertanian Bogor.