Perumusan Masalah Prof. Dr. Erman Munir, MSc

2 Bagaimana kondisi sosial ekonomi budaya masyarakat yang terdapat di lingkungan permukiman kumuh di Dusun Sono Desa Lalang, Kecamatan Medan Deras, Kabupaten Batubara.

1.3 Landasan Teori

Permasalahan permukiman kumuh di kota-kota besar Indonesia dinilai sangat kompleks, terutama yang berkaitan dengan permasalahan yang berkaitan dengan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Kondisi lingkungan permukiman kumuh cenderung bersifat paradoks, artinya kekumuhan bagi masyarakat yang tinggal di Iingkungan tersebut merupakan kenyataan sehari-hari yang tidak disebut sebagai masalah, sedangkan bagi pihak lain, permukiman kumuh merupakan suatu permasalahan. Oleh karena itu, permukiman kumuh tidak dapat diselesaikan secara sepihak. Akan tetapi harus secara sinergis melibatkan potensi dan eksistensi dari seluruh pihak yang berkepentingan stakeholders, baik pemerintah maupun masyarakat. Adapun salah satu langkah awal dari perlibatan masyarakat adalah dengan mempertimbangkan pandangan masyarakat yang tinggal di permukiman kumuh terhadap perbaikan permukiman kumuh tersebut. Banyak kota-kota besar yang kita saksikan saat ini tumbuh dan berkembang pada daerah aliran sungai. Sungai telah memegang peranan yang sangat penting dalam sejarah peradaban dan kebudayaan manusia. Sejak ribuan tahun yang lalu telah dikenal adanya suatu perkembangan peradaban manusia di lembah sungai, yang melahirkan kota-kota penting di dunia. Sungai memiliki peranan yang penting dalam perkembangan sistem hubungan aktivitas dan struktur internal suatu kota Munford, 1961. Begitu pula yang terjadi di kota-kota di Indonesia yang dilalui aliran sungai. Pada mulanya aktifitas penduduk di daerah aliran sungai adalah bercocok tanam karena penggunaan air yang mudah didapat dan untuk kehidupan sehari-hari mencari ikan, mencuci dan mandi. Tapi peranan sungai dalam kehidupan sehari-hari terus berkembang, yang mendorong pertumbuhan permukiman yang membentuk pola linear sepanjang sungai. Semakin lama peran sungai terus berkembang dan tidak terpisahkan dari sistem pelayanan kota. Pada awal pertumbuhannya telah ditandai dengan terbentuknya suatu kosentrasi penduduk dengan membentuk kelompok-kelompok permukiman di sekitar aliran sungai yang kemudian membentuk kota. Kota menurut Wirth, dapat diartikan sebagai suatu permukiman yang relatif besar, padat dan permanen dengan penduduk yang heterogen kedudukan sosialnya. Sebagai permukiman, kota identik sebagai kumpulan dari perumahan yang luas dengan berbagai fasilitas lingkungan di dalamnya Daljoem, 1987. Sungai Padang termasuk sungai yang terbesar di Kabupaten Batubara dimana penduduk yang bermukim di sepanjang daerah aliran sungai tersebut mayoritas adalah nelayan. Pada awal mula permukiman di tepi sungai Padang ini dimulai dari,