BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu defenisi, konsep atau hasil penelitian ilmiah yang berkaitan dengan Kinerja Manajerial, Penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja dan keadilan prosedural dalam rangka pengelolaan keuangan daerah, serta menentukan teori yang digunakan dalam menjelaskan faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi Kinerja Manajerial dalam rangka Pengelolaan Keuangan Daerah.
2.1.1. Kinerja Manajerial
Prawirosentono 1992 dalam Widodo 2001 mengatakan kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau kelompok orang dalam suatu
organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum
dan sesuai dengan moral dan etika. Menurut Lembaga Administrasi Negara, 1999:3 kinerja adalah gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatanprogramkebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi. Sedangkan Berdasarkan
PP 58 tahun 2005 pasal 1 ayat 35 kinerja adalah keluaranhasil dari kegiatanprogram
Universitas Sumatera Utara
yang akan atau telah dicapai sehubungan dengan penggunaan anggaran dengan kuantitas dan kualitas yang terukur.
Dari beberapa pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan bentuk bangunan yang multi dimensional, sehingga cara mengukurnya
sangat bervariasi tergantung pada banyak faktor. Kinerja juga berarti prestasi kerja yang mengacu pada suatu hasil yang dicapai
atas kerja atau kegiatan yang telah dilakukan. Dalam konteks pemerintahan, kinerja akan dinilai sebagai suatu prestasi manakala dalam melaksanakan suatu kegiatan
dilakukan dengan mendasarkan pada peraturan yang berlaku, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.
Dengan demikian, ukuran kinerja dalam anggaran memberikan dorongan kepada para pelaksana anggaran untuk dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai
ukuran kinerja yang ditetapkan. Kegagalan dalam pencapaian kinerja menjadi satu ukuran untuk melakukan perbaikan pada masa yang akan datang. Sementara
keberhasilan atas kinerja membutuhkan suatu penghargaan untuk dapat meningkatkan produktivias serta untuk mendapatkan dukungan publik terhadap pemerintah.
Mengukur kinerja kegiatan suatu organisasi dapat mencerminkan baik tidaknya pengelolaan organisasi yang bersangkutan. Pengelola suatu organisasi perlu mengetahui apakah kegiatan pelayanan
yang mereka berikan sudah memenuhi prinsip-prinsip ekonomis, efisien dan efektif. Hal ini merupakan wujud pertanggungjawaban pengelola kepada para stakeholders. Pengelola
bertanggungjawab tidak hanya sebatas pelayanan fisik, melainkan lebih dari itu, yaitu pada pengelolaan usaha yang baik.
Pemerintah selama beberapa dekade telah bergulat dengan pengukuran input means measure bukan outcome ends measure. Pembahasan antara eksekutif dan
legislatif hanya berkutat pada anggaran dan realisasi anggaran. Pengukuran demikian
Universitas Sumatera Utara
hanya berfokus pada penjelasan bagaimana sibuknya pemerintah, namun tidak menjelaskan mengenai dampak nyata aktivitas pemerintah terhadap masyarakat.
Padahal bagi masyarakat yang terpenting adalah hasilnya outcome. Hal itu tidak berarti pengukuran input tidak penting bagi pemerintah. Pemerintah perlu mengukur
input, misalnya berapa banyak anggaran yang dibelanjakan dan apa yang telah dilakukan. Namun demikian, apabila pengukuran kinerja hanya berfokus pada input
dan output saja anggaran dan realisasinya, bukan outcome, manfaat dan dampak terhadap masyarakat, maka akibatnya organisasi sektor publik tidak akan mampu
melihat keberadaanya sendiri bahwa ia ada untuk melayani masyarakat Smith, 1996; Schacter, 1999.
Kinerja berarti prestasi kerja, sedangkan prestasi kerja adalah hasil kerja, dengan demikian kinerja adalah merupakan prestasi yang dicapai oleh suatu
organisasi atau entitas dalam periode tertentu Koetin,1994. De Waal 2001 mengemukakan kinerja adalah proses yang memungkinkan organisasi memberikan
kontribusi yang dapat diprediksi untuk mempertahankan penciptaan nilai. Dengan demikian, kinerja adalah prestasi yang dicapai suatu organisasi atau entitas dalam
periode akuntansi tertentu yang diukur berdasarkan perbandingan dengan berbagai standar Collins, 1992.
Osborn dan Gaebler 1993 dalam Bastian 2006 mengemukakan bahwa Ukuran kinerja dalam anggaran memberikan dorongan kepada para pelaksana
anggaran untuk dapat mencapai hasil yang maksimal sesuai ukuran kinerja yang ditetapkan. Kegagalan dalam pencapaian kinerja menjadi satu ukuran untuk
Universitas Sumatera Utara
melakukan perbaikan pada masa yang akan datang. Sementara keberhasilan atas kinerja membutuhkan suatu penghargaan untuk dapat meningkatkan produktivias
serta untuk mendapatkan dukungan publik terhadap pemerintah. Dalam penelitian ini yang menjadi ukuran kinerja adalah seluruh
kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah sesuai dengan
Permendagri No. 13 Tahun 2006.
2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja