atau penyempitan celah glotik, terserangnya otot vokalis, sendi dan ligamen krikoaritenoid, dan kadang-kadang menyerang saraf. Pada tumor supraglotis dan
subglotis, serak merupakan gejala akhir atau tidak timbul sama sekali. Dispnea dan stridor adalah gejala yang disebabkan oleh sumbatan jalan
napas dan dapat timbul pada tiap tumor laring. Gejala ini disebabkan oleh gangguan jalan napas oleh massa tumor, penumpukan kotoran atau sekret,
maupun oleh fiksasi pita suara. Pada tumor supraglotik dan transglotik terdapat kedua gejala tersebut. Pada umumnya dispnea dan stridor adalah tanda prognosis
yang kurang baik.Nyeri tenggorok dapat terjadi bervariasi dari rasa goresan sampai rasa nyeri yang tajam.
Disfagia adalah ciri khas tumor pangkal lidah, supraglotik, hipofaring dan sinus piriformis. Keluahan ini merupakan yang paling sering pada tumor ganas
postkrikoid. Rasa nyeri ketika menelan odinofagia menandakan adanya tumor ganas lanjut yang mengenai struktur ekstra laring.
Batuk dan hemoptisis. Batuk jarang ditemukan pada tumor ganas glotik, biasanya timbul dengan terletaknya hipofaring disertai sekret yang mengalir ke
dalam laring. Hemoptisis sering terjadi pada tumor glotik dan tumor supraglotik. Gejala lain berupa nyeri alih ke telinga ipsilateral, halitosis, batuk,
hemoptisis dan penurunan berat badan menandakan perluasan tumor ke luar laring atau metastasis jauh.
Pembesaran kelenjar getah bening leher dipertimbangkan sebagai metastasis tumor ganas yang menunjukkan tumor pada stadium lanjut dan nyeri
tekan laring adalah gejala lanjut yang disebabkan oleh komplikasi supurasi tumor yang menyerang kartilago tiroid dan perikondrium FK UI, 2007.
F. Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan klinis. Pemeriksaan laring dapat dilakukan dengan cara tidak langsung menggunakan
kaca laring atau atau langsung dengan menggunakan laringoskop. Pemeriksaan ini untuk menilai lokasi tumor, penyebaran tumor, kemudian dilakukan biopsi untuk
pemeriksaan patologi anatomik.
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan selain pemeriksaan laboratorium darah, juga pemeriksaan radiologik. Foto toraks diperlukan untuk menilai keadaan
paru, ada atau tidaknya proses spesifik dan metastasis di paru. CT Scan laring dapat memperlihatkan keadaan tumor pada tulang rawan tiroid dan daerah pre-
epiglotis serta metastasis kelenjar getah bening leher. Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan patologi anatomik dari
bahan biopsi laring, dan biopsi jarum halus pada pembesaran kelenjar getah bening di leher. Dari hasil patologi anatomik yang terbanyak adalah karsinoma sel
skuamosa FK UI, 2007.
G. Klasifikasi
Klasifikasi tumor ganas laring berdasarkan AJCC 2006, sebagai berikut : Tumor Primer
1. Supraglotis
T1 : Tumor terbatas pada satu sub bagian supraglotis dengan pergerakan pita suara asli masih normal.
T2 : Tumor menginvasi 1mukosa yang berdekatan dengan supraglotis atau glotis atau daerah di luar supraglotis misalnya :
mukosa dasar lidah, vallecula, dinding medial sinus pyriformis tanpa fiksasi laring.
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli danatau menginvasi area postkrikoid, jaringan pre-epiglotik, ruang paraglotik
danatau invasi minor kartilago tiroid. T4a : Tumor menginvasi melalui kartilago tiroid danatau jaringan
yang jauh dari laring misalnya ; trakea, muskulus ekstrinsik profunda lidah, strap muscle, tiroid atau esofagus
T4b : Tumor menginvasi ruang prevertebra, sarung arteri karotis atau stuktur mediastinum.
2. Glottis
T1 : Tumor terbatas pada pita suara asli mungkin melibatkan komisura anterior atau posterior dengan pergerakan yang normal.
T1a : Tumor terbatas pada satu pita suara asli. T1b : Tumor melibatkan kedua pita suara asli.
T2 : Tumor meluas ke supraglotis danatau subglotis, danatau dengan gangguan pergerakan pita suara asli.
T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli danatau menginvasi ruang paraglotik danatau erosi minor kartilago tiroid.
T4a : Tumor menginvasi kartilago tiroid danatau jaringan yang jauh dari laring misalnya : trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap
muscle, tiroid atau esofagus T4b : Tumor menginvasi ruang prevertebra, sarung arteri karotis atau
struktur mediastinum.
3. Subglottis
T1 : Tumor terbatas pada subglotis. T2 : Tumor meluas ke pita suara asli dengan pergerakan yang normal
atau terjadi gangguan. T3 : Tumor terbatas pada laring dengan fiksasi pita suara asli.
T4a : Tumor menginvasi kartilago tiroid danatau jaringan yang jauh dari laring misalnya : trakea, muskulus eksrinsik profunda lidah, strap
muscle, tiroid atau esofagus T4b : Tumor menginvasi ruang prevertebra sarung arteri karotis atau
struktur mediastinum.
Penjalaran ke kelenjar limfa N
N0 : Secara klinis kelenjar tidak teraba N1 : Metastase satu kelenjar limfa inspilateral, dengan ukuran diameter
≤ 3 cm. N2a : Metastase satu ke kelenjar limfa inspilateral, dengan ukuran
diameter 3 ≤x6 cm.
N2b : Metastase ke multipel kelenjar limfa inspilateral, dengan ukuran diameter6 cm.
N2c : Metastase ke bilateral atau kontralateral kelenjar limfa, dengan ukuran 6 cm.
N3 : Metastase ke singlemultipel kelenjar limfa, dengan ukuran ≥ 6
cm.
Metastasis jauh M
M0 : Tidak dijumpai metastasis jauh. M1 : Dijumpai metastasis jauh.
Staging Stadium
Tis N0 M0 I
T1 N0 M0 II
T2 N0 M0 III
T3 N0 M0 T1 N1 M0
T2 N1 M0 T3 N1 M0
IVA T4a N0 M0
T4a N1 M0 T1 N2 M0
T2 N2 M0 T3 N2 M0
T4a N2 M0 IVB
T4b Any N M0 Any T N3 M0
IVC Any T Any N M1
H. Penanggulangan
Setalah didiagnosis dan stadium tumor ditegakkan, maka ditentukan tindakan yang akan diambil sebagai penanggulangannya. Ada 3 cara
penanggulangan yang lazim dilakukan, yakni pembedahan, radiasi, obat
sitostastika atau pun kombinasi, tergantung pada stadium penyakit dan keadaan umum pasien.
Dapat dikatakan stadium 1 dikirim untuk mendapatkan radiasi, stadium 2 dan 3 dikirim untuk lakukan operasi, stadium 4 dilakukan operasi dengan
rekonstruksi, bila masih memungkinkan atau dikirim untuk mendapatkan radiasi. Jenis pembedahan adalah laringektomi totalis atau pun parsial, tergantung
lokasi penjalaran tumor, serta dilakukan juga diseksi leher radikal bila terdapat penjalaran ke kelenjar limfa leher Johnson, 1977.
2.2.3 Karsinogenesis secara umum
Sel tumor adalah sel tubuh kita sendiri yang mengalami perubahan transformasi sehingga bentuk, sifat dan kinetiknya berubah, sehingga
tumbuhnya menjadi autonom, liar tidak terkendali dan terlepas dari koordinasi pertumbuhan normal. Akibatnya timbul tumor yang terpisah dari jaringan tubuh
normal Sukardja, 2000. Transformasi sel terjadi karena mutasi gen yang mengatur pertumbuhan
dan diferensiasi sel, yaitu proto-onkogen dan atau supresor gen anti onkogen. Spektrum kerusakan itu sangat luas, dapat dari ringan dan terbatas sampai berat
serta luas Sukardja, 2000; Irish et al, 2003. Pada manusia selama hidup diperkirakan rata-rata sel tubuh mengalami
sebanyak 10
16
mitose, dengan masing-masing gen mempunyai kemungkinan10
6
mengalami mutasi spontan dan menyalin translate 10
10
mutasi. Jika tiap mutasi dapat merubah sel normal menjadi sel kanker, maka kita tidak
mungkin dapat berfungsi sebagai mahluk hidup. Penelitian komparatif dari berbagai tumor menunjukkan bahwa aktivasi gen myc dapat merubah sel itu
menjadi immortal tidak dapat mati, dan aktivasi gen ras atau famili ras dapat menjadikan transformed sel. Pada manusia gen yang sering mengalami mutasi
ialah gen c-myc, K-ras, hst-1 dan neu Sukardja, 2000. Penemuan dan uraian tentang onkogen dan tumor supressor genes
meningkatkan pengetahuan kita tentang mekanisme genetik dan molekular patogenesis kanker. Sekalipun tampak sederhana, pada hakekatnya tumorigenesis