B. Faktor Penyebab Diskriminasi
Berdasarkan pasal 1 ayat 3 tersebut dinyatakan bahwa salah satu penyebab adanya diskriminasi adalah faktor, yaitu jenis kelamin, agama, dan ras atau etnis.
Dalam pembahasannya, faktor diskriminasi yang terdapat dalam Dimsum Terakhir dikembangkan menjadi dua ruang lingkup yaitu domestik dan publik. Faktor
domestik yaitu faktor jenis kelamin dan faktor urutan anak, sedangkan faktor publik yaitu faktor ras atau etnis, faktor agama, dan faktor politik.
Pertama, jenis kelamin. Jenis kelamin perempuan, pada dasarnya dibedakan dengan jenis kelamin laki-laki. Bila membicarakan tentang perempuan,
maka akan banyak sekali hal-hal yang akan bersinggungan dengan laki-laki karena dalam hal ini merekalah orang yang ‘mendiskriminasi’ dan
‘memarginalkan’ dan perempuan. Dikatakan demikian, karena realitas yang ada dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali berita atau kabar yang
menomorduakan perempuan. Salah satu penyebabnya adalah budaya patriarkhi yang dianut sebagian besar masyarakat Indonesia.
Wiyatmi 2012:42 menyebutkan bahwa hegemoni patriarkat terus menerus disosialisasikan dari generasi ke generasi, bahkan juga melalui undang-
undang dan kekuasaan negara. Di antaranya Undang-Undang Perkawinan UUP Nomor 1 Tahun 1974 pasal 31 ayat 3 yang berbunyi “Suami adalah kepala
keluarga dan isteri ibu rumah tangga.” Diperkuat pula dengan pasal 34 ayat 2 “Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya.”
Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa berdasarkan hukum negara pun, perempuan telah diatur dalam ‘kandang’ patriarkhi yang hanya akan mengurus
urusan domestik kerumahtanggaan semata, sehingga ruang gerak perempuan dalam meniti karir dan mengembangkan kemampuannya menjadi dinomorduakan.
Faktor kedua adalah faktor urutan atau posisi anak dalam keluarga. Faktor urutan anak juga membuat seseorang ‘merasa’ dapat mendiskriminasi atau
‘merasa’ terdikriminasi. Seorang kakak akan lebih mendominasi dalam memerintah atau meminta suatu hal kepada adiknya, sedangkan adiknya akan
merasa hanya dijadikan objek yang dapat diperintah oleh kakaknya yang lebih tua. Faktor ketiga yaitu faktor etnis faktor ras atau etnis. Eresen 2013
menyebutkan bahwa untuk keluar dari kebingungan tentang etnisitas dan identitas tersebut, ada sebuah teori yang menerangkan bahwa etnisitas seseorang ditentukan
oleh 4 faktor, yakni biologis, kultural, self identification dan acceptability. Pertama, faktor biologis yaitu salah satu faktor dan yang utama
menentukan etnis seseorang adalah dari orang-tua beretnis apa dia dilahirkan. Kedua, faktor kultural yang dimaksud adalah kebudayaan yang dikategorikan ke
dalam sebuah kelompok etnis adalah Seberapa banyak warisan budaya leluhur yang terinternalisasi ke dalam jiwanya. Ini harus dibedakan dengan mereka yang
non-Tionghoa tetapi lewat belajar mampu menguasai budaya dan fasih berbahasa Cina,tetapi belum tentu menjiwai dan melaksanakan warisan tradisi leluhur.
Ketiga, self identification merupakan faktor yang erat kaitannya dengan faktor kultural sebelumnya, yaitu semakin banyak warisan budaya leluhur Cina yang
terserap di dalam dirinya, semakin kuat kehendaknya untuk mengidentifikasikan diri sebagai orang Tionghoa yang merupakan sebuah loyalitas sosial yang
disatukan lewat memori kolektif tentang budaya, tradisi, pola-pola sosial mereka.