tidak bisa berkembang dengan baik dan bahkan rentan terkena hama penyakit. Sebaliknya jika perkebunan teh diberi pupuk dengan dosis
yang tidak sesuai atau terlalu banyak juga tidak baik karena akan membuat tanaman tidak subur dan membuat produksi malah menurun
dan bahkan tanaman tersebut bisa mati. Petani teh perlu meningkatkan pedoman tingkat penggunaan pupuk organik per satuan luas lahan
secara teknis yang telah dikeluarkan oleh dinas pertanian. Dengan penggunaan pupuk yang tidak sesuai denan dosis maka produktivitas
per satuan luas lahan dapat menjadi berkurang, sehingga produksi teh akan mengalami penurunan.
Petani teh yang ada di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo selalu mengunakan pupuk secara teknis dan
berdasarkan tingkat kesuburan tanah sehingga hasil produksi menjadi lebih maksimal. Pupuk organik digunakan untuk menjaga kualitas teh
yang dihasilkan oleh petani. Sedangkan pupuk anorganik berfungsi untuk memperbanyak hasil produksi dengan lebih cepat dari teh yang
di pupuk dengan pupuk organik. Dalam satu tahun petani menggunakan pupuk sebanyak dua kali.
4. Pengaruh Jam Kerja Terhadap Hasil Produksi Teh
Hasil pengujian hipotesisi mengenai pengaruh jam kerja terhadap hasil produksiteh menujukan bahwa ada pengaruh positif dan
signifikan jam kerja terhadap hasil produksi. Kesimpulan tersebut didasarkan pada hasil perhitungan statistik yang menujukan nilai
koefisisen regresi dan nilai signifikansi, yaitu nilai koefisien regresi sebesar 1.960 dan nilai probabilitas sebesar 0,001 lebih kecil dari
0,05, yang artinya bahwa ada pengaruh jam kerja terhadap hasil produksi sebesar 1.960.
Jam kerja yang digunakan petani teh di Desa Pagerharjo dapat dikatakan sedikit dilihat dari deskripsi data pada Tabel 5.8 yang sudah
digunakan dalam satu tahun diketahui bahwa penggunaan jam kerja minimal 96 jam per tahun, penggunaan jam kerja maksimal 1600 jam
per tahun dan dengan penggunaan jam kerja rata-rata yang digunakan petani teh adalah 988,54 jam dalam satu tahun. Para petani teh yang
ada di Desa Pagerharjo menggunakan jam kerja sesuai dengan luas lahan yang dimiliki.
Jam kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan atau malam hari. Jam kerja petani
merupakan salah satu kunci keberhasilan dan keberlanjutan pengembangan perkebunan teh di suatu wilayah dengan hasil produksi
yang maksimal sesuai dengan target yang akan dicapai. Jam kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13
tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85. Dalam Undang-Undang tersebut dijelaskan bahwa
dalam sehari pengusaha petani karet bekerja sekurang-kurangnya 7 jam.
Ada beberapa petani teh di Desa Pagerharjo, Kecamatan Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo memetik daun pucuk teh pada
pagi hari atau dini hari dimulai pukul 04.00-05.30 WIB. Hal ini dilakukan karena pucuk teh yang kelas satu tidak boleh dipetik ketika
matahari terbit. Jika dipetik ketika matahari terbit maka pucuk teh itu berubah dan tidak membentuk pucuk teh lagi melainkan daun teh dan
dari segi kualitas juga sudah tidak baik jika digunakan untuk dibuat menjadi teh putih. Tidak baik di sini bukan dalam arti tidak baik untuk
dikonsumsi melainkan kualitas dari teh tersebut lah yang berkurang. Setelah itu pukul 07.00 petani tersebut kembali bekerja memtik daun
teh yang kelas 2 dan kelas 3. Setelah memetik daun teh petani melakukan perawatan seperti membersihkan hama yang ada di sekitar
pohon teh dan setelah itu petani juga melakukan pekerjaan yang lainnya seperti mencari rumput untuk pakan ternaknya dan bagi petani
yang memiliki perkebunan kopi maupun cengkeh maka petani tersebut menyempatkan waktunya untuk memanen ke perkebunan yang
lainnya.
5. Pengaruh Pengalaman Budidaya Terhadap Hasil Produksi Teh