Jabatan dan Pejabat Struktural

Maka, jabatan struktural adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka memimpin suatu satuan organisasi negara. Sedangkan Eselon adalah tingkat jabatan struktural. Untuk dapat diangkat dalam jabatan struktural seorang Pegawai Negeri Sipil harus memenuhi syarat sebagai berikut: 1. Berstatus Pegawai Negeri Sipil, Jabatan struktural hanya dapat diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil. 2. Serendah-rendahnya memiliki pangkat 1 satu tingkat di bawah jenjang pangkat yang ditentukan, Pegawai Negeri Sipil yang telah memiliki pangkat satu tinglat lebih rendah dari jenjang pangkat untuk jabatan struktural tertentu, dipandang telah mempunyai pengalaman dan kemampuan yang dibutuhkan untu melaksanakan jabatannya. 3. Memiliki kualifikasi dan tingkat pendidikan yang ditentukan, Kualifikasi dan tingkat pendidikan pada dasarnya akan mendukung pelaksanaan tugas dalam jabatannya secara profesional, khususnya dalam upaya penerapan kerangka teori, analisis maupun metodologi pelaksanaan tugas dalam jabatannya. 4. Semua unsur penilaian prestasi kerja sekurang-kurangnya bernilai baik selama 2 dua tahun terakhir, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Penilaian prestasi kerja pada dasarnya adalah penilaian dari atasan langsungnya terhadap pelaksanaan pekerjaan Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan, dan digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan untuk dapat diangkat ke dalam jabatan yang lebih tinggi. Dalam penilaian prestasi kerja memuat unsur-unsur yang dinilai yaitu kesetiaan, prestasi kerja, tanggungjawab,ketaatan, kejujuran,kerjasama, prakarsa dan kepemimpinan. Jika penilaian prestasi kerja positif, maka pegawai yang bersangkutan memenuhi salah satu syarat untuk dapat dipertimbangkan diangkat dalam jabatan struktural. 5. Memiliki kompetensi jabatan yang diperlukan, Kompetensi adalah kemampuan dan karakteristik yang dimiliki oleh seorang Pegawai Negeri Sipil berupa pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas jabatannya, sehingga Pegawai Negeri Sipil tersebut dapat melaksanakan tugasnya secara profesional, efektif dan efisien. 6. Sehat jasmani dan rohani, Sehat jasmani diartikan bahwa secara fisik seorang Pegawai Negeri Sipil tidak dalam keadaan sakit-sakitan sehingga mampu menjalankan jabatannya dengan sebaik-baniknya. Sedangkan sehat rohani diartikan bahwa secara rohani seorang Pegawai Negeri Sipil tidak dalam terganggu mental atau jiwanya, sehingga mampu berpikir baik dan rasional. Selain persyaratan- persyaratan yang harus dipenuhi oleh seorang Pegawai Negeri Sipil, ada beberapa faktor yang juga menjadi pertimbangan dalam proses pengangkatan tersebut, diantaranya adalah: 1. Senioritas dalam kepangkatan, Senioritas dalam kepangkatan hanya akan digunakan apabila ada dua orang atau lebih Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi syarat, maka Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai masa kerja yang paling lama dalam pangkat tersebut diprioritaskan. 2. Faktor usia, Dalam menentukan prioritas dari aspek usia harus mempertimbangkan faktor pengembangan dan kesempatan yang lebih luas bagi Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan suatu jabatan struktural. Dengan semikian yang bersangkutan memiliki cukup waktu untuk menyusun dan melaksanakan rencana kerja, serta mengevaluasi hasil kerjanya. 3. Pendidikan dan pelatihan diklat jabatan, Diklat kepemimpinan merupakan pendidikan yang harus diikuti oleh Pegawai Negeri Sipil yang telah atau akan diangkat dalam jabatan struktural. 4. Pengalaman, Pengalaman jabatan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengangkatan pegawai Negeri Sipil dalam jabatan struktural. Untuk menjamin kualitas dan obyektivitas pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil dalam dan dari jabatan struktural eselon II kebawah, dibentuk Badan Pertimbangan Jabatan dan kepangkatan BAPERJAKAT. Salah satu tugas utama dari Baperjakat adalah memberikan pertimbangan kepada pejabat pembiana kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon II kebawah. Ketua Baperjakat instansi daerah kabupatenkota adalah sekertaris daerah kabupatenkota dengan anggota para pejabat eselon II, dan sekretaris dijabat oleh eselon III yang membidangi kepegawaian. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa jabatan adalah kepercayaan yang diberikan pejabat yang berwewenang kepada seorang Pegawai Negeri Sipil yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan yang objektif. Pertimbangan-pertimbangan itu diantaranya adalah kompetensi, prestasi kerja, dan jenjang pangkat yang ditetapkan untuk jabatan itu serta obyektivitas lainnya tanpa membedakan jenis kelamin, suku, agama, ras dan golongan. Sedangkan jabatan struktural adalah PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang Pegawai Negeri Sipil dalam jangka memimpin suatu organisasi.

2.5. Gender

Menurut Pulu, dkk 2006:8 konsep gender jenis kelamin sosial adalah pembedaan antara laki-laki dan perempuan dalam hal sifat, peran, fungsi dan posisi berdasarkan jenis kelaminnya, yang dipengaruhi oleh budaya, penafsiran agama, sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem politik, hukum dan lain-lain. Gender dapat berubah dan sangat tergantung pada konteks waktu dan tempat. Sasongko 2009:7 mengatakan bahwa gender adalah perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara laki-laki dan perempuan yang merupakan hasil konstruksi sosial dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman. Sedangkan Heroe 2011:3 mengartikan gender sebagai pandangan masyarakat tentang perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara perempuan dan laki-laki yang merupakan hasil konstruksi sosial budaya dan dapat berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan mendapat dukungan masyarakat itu sendiri, yang berbeda disetiap tempat dan waktu. Fakih 2003:3 mengemukakan bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Sedangkan menurut Wijaya 2014:2 gender berhubungan dengan ekspetasi sosial masyarakat sekitar yang mengondisikan sesuatu itu boleh atau tidak boleh, pantas atau tidak pantas, etis atau tidak etis, dan senonoh atau tidak senonoh. Pembagian peran gender ini kemudian melahirkan yang dinamakan identitas gender feminin dan maskulin, peran gender atau gender roles domestik dan publik, relasi gender atau gender relations hubungan interaksi antara laki-laki dan perempuan yang dibentuk oleh norma-norma dan ekspetasi masyarakat, dan divisi pembagian kerja berdasarkan gender atau gender division of labour pembagian status sosial dan eknomi pekerjaan berdasarkan status gender yang berbeda. Oleh karenanya, konsep gender tidak bergantung pada jenis kelamin. Justru, bergantung pada kondisi sosial dan adat budaya setempat. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gender adalah perbedaan peran, fungsi, posisi dan tanggungjawab antara laki-laki dan perempuan yang dipengaruhi oleh budaya, sistem pendidikan, sistem ekonomi, sistem politik dan lain-lain dan dapat berubah sesuai dengan tempat dan waktu.

2.6. Teori-Teori Gender

Sasongko, 2009:17 menjelaskan ada tiga teori tentang gender yaitu teori nurture, nature dan equilibrum. Namun, dalam perkembangan selanjutnya, seiring dengan perkembangan isu gender, bermunculan teori- teori lain. 1. Teori Nurture, Menurut teori nurture, adanya perbedaan perempuan dan laki-laki pada hakikatnya adalah hasil konstruksi sosial budaya sehingga menghasilkan peran dan tugas yang berbeda. Perbedaan tersebut menyebabkan perempuan selalu tertinggal dan terabaikan peran dan kontribusinya dalam hidup keluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perjuangan untuk persamaan dipelopori oleh orang- orang yang konsen memperjuangkan kesetaraan perempuan dan laki- laki kaum feminis yang cendrung mengejar “ kesamaan” atau fifty-fifty yang kemudian dikenal dengan istilah kesamaan kuantitas perfect equality. Perjuangan tersebut sulit dicapai karena berbagai hambatan, baik karena nilai agama maupun budaya. Karena itu, aliran nurture melahirkan paham sosial konflik yang memperjuangkan kesamaan proporsional dalam segala aktivitas masyarakat seperti di tingkatan manajerial, menteri, militer, DPR, partai politik dan bidang lainnya. Gambar 2. 2 Konsep Teori Nurture Sumber : Sasongko, 2009:18 2. Teori Nature, Menurut teori nature, adanya perbedaan perempuan dan laki- laki adalah kodrat sehingga tidak dapat berubah dan bersifat universal. Perbedaan biologis ini memberikan indikasi dan implikasi bahwa diantara kedua jenis tersebut memiliki peran dan tugas yang berbeda. Manusia, baik perempuan maupun laki-laki, memiliki perbedaan kodrat sesuai dengan fungsinya masing- masing. Dalam kehidupan sosial, ada pembagian tugas division of labour, begitu pula dalam kehidupan keluarga karena tidaklah mungkin sebuah kapal dikomandai oleh dua nahkoda. Aliran ini melahirkan paham struktural fungsional yang, menerima perbedaan peran, asal dilakukan secara demokratis dan dilandasi oleh kesepakatan komitmen antara suami istri dalam keluarga, atau antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan dalam kehidupan masyarakat. Gambar 2.3 Konsep Teori Nature Sumber : Sasongko, 2009:19