Model Jaringan RANCANGAN PENELITIAN

frame s-18 byte. Penulis menangkap data jaringan dengan jumlah frame bervariasi dan panjang frame 60 bytes. Penghitungan throughput ini menggunakan rumus 2.4 di bab 2.

3.7.5 Utilization

Pada penelitian ini, penulis melakukan pengukuran besarnya utilization dengan terlebih dahulu mengetahui hasil perhitungan throughput. Penghitungan utilization di masing-masing kantor adalah membandingkan nilai throughput masing-masing di kantor dengan bandwidth yang digunakan di PT PLN Persero APJ Surakarta. Besarnya utilization ini dinyatakan dalam prosentase. Penghitungan ini menggunakan rumus 2.5 di bab 2.

3.8. Pengolahan dan Analisa Data

3.8.1 Delay

Penulis melakukan penelitian pada 3 kondisi yaitu kosong, normal, dan sibuk. Hasil delay rata-rata pada saat ketiga kondisi tersebut dibandingkan dengan standarisasi yang sudah ada yaitu ITU-T G.1010 untuk Quality of Service QoS. Berdasarkan standar ITU-T G.1010 standar prosentase delay untuk jaringan adalah dapat dilihat pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Standarisasi Delay menurut ITU-T G.1010 Besar Delay Kategori Delay 150 ms Excellent 150 sd 300 ms Good 300 sd 450 Poor 450 ms UnnacepTabel Berdasarkan standarisasi tersebut dapat diketahui delay di masing-masing kondisi termasuk dalam ketegori excellent, good, poor, atau unacceptable.

3.8.2 Jitter

Hasil dari penghitungan jitter pada saat kondisi kosong, normal, dan sibuk akan dibandingkan dengan standarisasi jitter yaitu standar ITU-T G.1010. Proses perbandingan ini untuk mengetahui kriteria jitter yang ada di jaringan. Berdasarkan standar ITU-T G.1010 standar besarnya jitter untuk jaringan adalah dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Standarisasi Jitter menurut ITU-T G.1010 Peak Jitter Kategori Jitter 0 ms Sangat Bagus 0 sd 75 ms Bagus 76 sd 125 Sedang 125 sd 225 Buruk Berdasarkan hasil besarnya jitter dan kategori jitter, penulis dapat mengetahui perubahan parameter jitter yang terjadi di jaringan. Jika perubahan yang terjadi menunjukkan kategori yang buruk, penulis akan mencari kemungkinan yang menyebabkan tingginya jitter di jaringan.

3.8.3 Packet Loss Ratio

Pengukuran besar packet loss ratio berdasarkan jumlah data yang gagal dalam transmisi data dan sejumlah data yang dikirim tersebut. Penulis dalam mengetahui kualitas jaringan berdasarkan besarnya packet loss ratio melakukan perbandingan dengan standarisasi packet loss ratio yang sudah ada yaitu standar ITU-T G.1010 untuk QoS. Berdasarkan standar ITU-T G.1010 untuk QoS, standar prosentase packet loss ratio untuk jaringan adalah dapat dilihat pada Tabel 3.4. Tabel 3.4 Standarisasi Packet Loss Ratio menurut Jaringan ITU-T G.1010 Packet Loss Ratio Keterangan 0 sd 1 Sangat bagus 1 sd 3 Bagus 4 sd 15 Sedang 16 sd 25 Buruk Berdasarkan standarisasi tersebut dapat diketahui packet loss ratio saat pengiriman data di jaringan tersebut termasuk dalam ketegori sangat bagus, bagus, sedang, atau buruk.

3.8.4 Throughput

Hasil dari penghitungan throughput yang didapat akan dibandingkan dengan standarisasi throughput yang ada di PT PLN Persero Area Pelayanan Jaringan APJ Surakarta. Standarisasi throughput yang ada secara umum diberikan dalam prosentase dari bandwidth yang digunakan.