Konflik dengan murid Cuplikan 1

53

3.2 Analisis Konflik Sosial yang Dialami Tokoh Botchan Dalam Novel Botchan

3.2.1 Konflik dengan murid Cuplikan 1

Lalu tepat saat aku meninggalakan kelas, salah satu murid datang menghampiriku dan sambil menunjukan soal-soal yang mustahil dipecahkan, dia memintaku, lagi-lagi dengan dialek menyebalkan itu, menjelaskan jawabannya. Aku cuma bisa berkata aku tidak bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan itu sekarang, tapi aku akan berusaha memecahkanya lain kali… Ini tentu saja langsung menimbulkan cemooh, dan diantara kericuhan itu aku bisa mendengar samar-samar teriakan, “tak bisa jawab tak bisa jawab”. Aku kembali ke ruang guru dengan penuh emosi. Anak-anak sialan Memangnya ada guru yang bisa menjawab soal-soal tadi? Di mana salahnya mengaku bila kau memang tidak mampu ?.. Halaman 45 Analisis Dari cuplikan di atas terlihat adanya interaksi sosial yang mengarah pada sebuah konflik antara tokoh Botchan dan murid-murid di hari pertama Botchan mengajar di kelas. Botchan mengalami konflik dengan muridnya yang dengan sengaja memberikan kepada Botchan soal matematika yang mustahil dipecahkan, Botchan dengan jujur dan terus terang mengatakan tidak bisa menjawab dan akan berusaha memecahkanya lain kali, tetapi hal tersebut langsung menimbulkan cemooh dan ejekan dari murid-muridnya. Seharusnya cemooh dan ejekan tidak dilontarkan oleh murid kepada seorang guru karena merupakan perbuatan yang tidak sopan. Cemooh dan ejakan yang dilontarkan oleh murid kepada guru adalah Universitas Sumatera Utara 54 suatu bentuk ketidakhormatan murid terhadap guru. Menurut Botchan di mana salahnya mengaku bila kau tidak mampu, tetapi murid-muridnya mengangap itu sebagai sebuah lelucon dan menertawakan Botchan atas kejujurannya. Emosi Botchanpun muncul karena telah diejek dan ditertawakan oleh murid-muridnya, sampai-sampai ia mengatai murid-muridnya “anak-anak sialan”. Konflik yang terjadi antara Botchan dan muridnya di sebabkan oleh ejekan dan cemooh yang dilontarkan oleh murid-murid kepada Botchan yang seorang guru sehingga menimbulkan emosikemarahan Botchan. Cuplikan 2 Hari berikutnya, aku berjalan penuh semangat memasuki kelas hanya untuk disambut dengan papan tulis besar-besar, memenuhi permukaan papan, kalimat: SENSEI TEMPURA. Ketika para murid melihat wajahku pecahlah tawa mereka. Aku keheranan, jadi kutanyakan pada mereka di mana lucunya makan tempura?. Sepuluh menit kemudian aku berjalan menuju kelas berikutnya dan mendapati papan tulisnya tertulis dengan SATU ORANG MAKAN EMPAT MANGKUK MI TEMPURA DILARANG TERTAWA. Ketika membaca tulisan di kelas pertama, aku tidak terlalu peduli, tapi kali ini aku benar-benar merasa sebal. Lelucon adalah lelucon, namun kalu berlarut-laru hasilnya kenakalan. Anak-anak ini dibesarkan di kota yang sangking kecilnya seluruh pemandangan bisa dilihat dalam waktu satu jam, dan karena tidak memiliki hal lain yang bisa dibanggakan, mereka bisa begini heboh hanya gara-gara tempura, seolah makanan itu perang Rusia-Jepang. Aku tidak akan menjadikannya masalah bila saja humor mereka polos. Aku bahkan akan ikut tertawa bersama mereka…kemudian berbalik dan menghadap mereka dan berkata, “jadi menurut kalian, melontarkan Universitas Sumatera Utara 55 lelucon seperti ini lucu? Benar-benar lelucon pengecut Pemikiran seluruh sekolah bersatu untuk menentangku sungguh menyedihkan, Para murid tidak mengatakan apa-apa padaku secara langsung, tapi aku mulai bertanya-tanya kenapa aku datang ke kota kecil yang suka ikut campur ini. Halaman 53, 57 Analisis Pada cuplikan di atas dapat kita lihat adanya konflik antara Botchan dengan murid-muridnya. Para murid berani mengejek dan Mencemooh Botchan dengan menulis di papan tulis “SENSEI TEMPURA”. Karena sehari sebelumnya Botchan bertemu dengan murid-muridnya di tokoh mie, dan Botchan memesan mie tempura, keesokan harinya ia menemukan tulisan tersebut di papan tulis. Ketika ia mengajar di kelas lain, Botchan juga menemukan tulisan yang sama tertulis di papan tulis. Hal tersebut menimbulkan kemarahanemosi Botchan karena lelucon yang dilakukan oleh muridnya sudah keterlaluan. Dan yang dilakukan para murid adalah suatu bentuk penghinaan terhadap Botchan yang seorang guru yang seharusnya tidak terjadi. Seharusnya hal ini tidak boleh dilakukan murid terhadap guru. Menurut Botchan apa yang dilakukan oleh murid- muridnya adalah sebuah kenakalan sehingga Botchan dengan emosi berkata secara langsung dan blak-blakan kepada murid-murinya “benar-benar lelucon pengecut”. Konflik yang terjadi antara tokoh Botchan dan murid-murid disebabkan oleh lelucon yang dilontarkan oleh murid-murid terhadap Botchan sehingga menimbulkan kemarahan dan emosi Botchan. Universitas Sumatera Utara 56 Cuplikan 3 “kenapa kalian memasukkan belalang ke-futonku?”. “ngng, belalang apa?”. Tanya anak yang terdekat dariku. Ketenanganya hanya berbeda tipis dengan kekurangajaranya. Belalang tidak akan masuk sendiri ke dalam futon. Dan kalau kalian pikir aku akan membiarkan orang yang menyelinapkannya kalian salah besar. Mengakulah.” “Percuma saja menyuruh kami mengaku karena bukan kami pelakunya”. Kalau tidak punya nyali mengakui tindakan yang telah mereka lakukan, seharusnya sajak awal mereka urung melakukan. Kenakalan dan hukuman tidak bisa dipisahkan. Menurutku tidak ada masyarakat yang rela mentoleransi orang-orang yang memuakkan yang berpikir bisa bersenang-senang tanpa membayar akibatnya. Jelas sekali selulusnya dari sekolah, anak-anak ini akan menjadi sejenis orang yang meminjam uang namun tidak mau melunasi utangnya. Mereka datang ke sekolah, berbohong, melakukan kecurangan, dan mengendap-endap di balik kegelapan, melakukan tipu muslihat pada orang, lalu ketika lulus, mereka akan berjalan penuh kebangggaan, terjebak dalam pemikiran keliru bahwa mereka telah memperoleh pendidikan. Dasar sampah masyarakat. Halaman 56-57. Analisis Dari cuplikan di atas terlihat adanya interaksi sosial yang terjadi antara Botchan dengan murid-murid penghuni asrama tempat Botchan mengajar yang mengarah pada suatu bentuk pertikaiankonflik. Murid-murid yang nakal memasukan belalang ke dalam futon Botchan ketika ia tugas malam untuk mengerjai Botchan. Botchanpun memanggil murid-murid penghuni asrama untuk meminta pengakuan atas kekurangajaran yang telah mereka lakukan. Tetapi Universitas Sumatera Utara 57 murid-murid melakukan penentangan kepada Botchan, dengan pura-pura tidak tau akan hal tersebut. Murid-murid tidak mau jujur dan mempertanggungjawabkan perbuatan yang telah mereka lakukan tentu saja hal ini menimbulkan kemarahan Botchan karena menurutnya murid-murid penghuni asrama telah melakukan kenakalan sekaligus kebohongan. Botchan marah besar sampai-sampai ia mengatai murid-muridnya “sampah masyarakat”. Apa yang dilakukan oleh murid- murid adalah perbuatan yang tidak bermoral karena telah mempermainkan seorang guru dan melakukan kebohongan. Dalam masyarakat Jepang seorang guru disebut “sensei”. Sensei merupakan istilah kehormatan yang tinggi, yang dipergunakan untuk menyebutkan seorang guru, Nakane 1981:32. Masyarakat Jepang sangat menghormati guru. Seharusnya murid menghormati Botchan sebagi seorang guru dan tidak mempermainkannya. Hal ini memperlihatkan terdegradasinya etiket moral murid-murid di sekolah tempat Botchan mengajar. Konflik yang terjadi antara Botchan dan murid-murid disebabkan karena kenakalan yang dilakukan murid-murid yang berani mengerjai Botchan yang seorang guru dan berbohong tidak melakukanya sehingga menimbulkan emosi dan kemarahan Botchan. Cuplikan 4 Mendadak pecah kehebohan yang terdengar seperti tiga puluh atau empat puluh anak mengentak-entakan kaki ke lantai di saat yang sama. Mereka tidak hanya mengentak-entak, tapi juga meneriakkan seruan-seruan perang penuh semangat. Aku sadar ini ulah para murid untuk membalas ucapaku tadi. Kalian tau tindakan kalian salah, pikirku, dan tetap akan begitu sampai kalian minta maaf. Asrama ini tidak didirikan sebagai kandang babi. Berhentilah bersikap liar Kalian Universitas Sumatera Utara 58 semua akan merasakan hukumanku…Seruan dan entakan kaki kembali terdengar, namun kali ini dari bagian asrama di timur sisi. Oh, jadi ini konspirasi ya? Pikirku anak-anak di sisi barat dan timur bekerjasama untuk mempermaikanku. Kini aku memutuskan tidak akan pergi sampai bisa menyeret keluar mereka dari tempat persembunyian dan memaksa mereka minta maaf. Tidak akan mampu aku hidup tenang bila sampai diketahui orang aku pernah diperbodoh anak-anak berandal, lalu cuma bisa pergi menangis tanpa perlawanan. Halaman 69-72 Analisis Dari cuplikan terlihat konflikpertikaian yang terjadi antara Botchan dengan murid-muridnya. Murid-murid penghuni asrama berkonspirasi dan bekerja sama membuat keributan dan kegaduhan di sekolah. Hal ini merupakan bentuk penentangan murid-murid kepada Botchan yang merupakan seorang guru. Mereka melakukan balas dendam atas ucapan Botchan sebelumnya. Botchan merasa apa yang dilakukan oleh murid-muridnya adalah kesalahan dan akan menghukum murid-murid penghuni asrama atas tindakan mereka. Botchan pun melakukan perlawanan terhadap murid-muridnya karena telah dipermainkan oleh murid- muridnya. Bochan sangat marah, dan ia pun akan berusaha menyeret keluar semua penghuni asrama dari persembunyiannya, untuk minta maaf kepada dirinya dan akan menghukum kenakalan yang dilakukan murid-muridnya. Konflik yang terjadi antara Botchan dan murid-murid disebabkan oleh balas dendam atas perkataan Botchan sebelumnya kepada murid-muridnya, dengan cara membuat keributan di sekolah. Universitas Sumatera Utara 59 Cuplikan 5 Karena para murid tidak hanya kekanak-kanakkan tapi juga susah diatur, meskipun nama mereka sendiri juga yang akan terselamatkan bila mereka mematuhi peraturan, kehadiran para guru sama sekali tidak ada artinya, berapapun jumlah mereka. Berapa kali diperingati anak-anak itu tetap tidak bisa menutup mulut. Kalau sekedar berbincang mungkin tak terlalu buruk, tapi gerombolan berandal ini mengatakan hal-hal yang menghina guru...Ku kira aku telah memberi mereka pelajaran saat menyuruh mereka minta maaf setelah kejadian tugas malam itu, tapi ternyata aku salah besar. Aku tahu bila aku tinggal di sana selama setahun, aku akan terus dipermainkan murid-murid. Jadi aku harus kembali ke Tokyo dan Kiyo secepat mungkin. halaman 176-179 Analisis Pada cuplikan di atas terlihat adanya konflik antara tokoh Botchan dengan murid-muridnya. Konflik disebabkan para murid melakukan penentangan terhadap perintah Botchan yang seorang guru. Para murid tidak mau diam walaupun sudah di suruh diam oleh Botchan. Seharusnya murid patuh terhadap apa yang diperintahkan oleh gurunya. Selain itu murid-murid juga mengatakan hal-hal yang menghina guru tentu saja hal ini merupakan tindakan yang tidak bermoral, sehingga menimbulkan kemarahan dan emosi Botchan. Botchan mengira ia telah memberikan pelajaran kepada murid-muridnya yang nakal atas insiden tugas malam, tetapi murid-muridnya tetap saja melakukan hal-hal yang tidak sopan terhadap guru dengan cara membangkang dan melakukan penghinaan terhadap Botchan yang seorang guru. Dari cuplikan di atas terlihat degradasi etiket moral murid terhadap guru karena murid-murid tidak taat terhadap perintah Universitas Sumatera Utara 60 seorang guru, seharusnya ini tidak boleh terjadi. Botchan tau bahwa kalau ia tetap lebih lama tinggal ia akan tetap dipermainkan oleh murid-muridnya yang nakal, Botchan tidak tahan dan akan berniat meninggalkan sekolah tempatnya mengajar dan kembali ke Tokyo. Akibat terjadinya konflik Botchan dan murid-murid yang nakal adalah tidak betahnya Botchan untuk tinggal dan mengajar lebih lama lagi di sekolah. Konflik yang terjadi antara Botchan dan murid-murid disebabkan oleh penentangan yang dilakukan oleh murid-murid terhadap perintah Botchan dan penghinaan yang dilontarkan oleh murid-murid terhadap guru. Cuplikan 6 Kita harus masuk ke perkelahian dan menghentikan mereka.” “Berhenti kekerasan seperti ini hanya akan merusak nama baik sekolah kalian. HENTIKAN” aku berteriak sekeras-sekerasnya sambil berusaha menembus batas antar dua pihak. “Berhenti Kataku Sebongkah batu melesat di udara dan membentur tulang pipiku. Di saat yang sama, seseorang dibelakangku mulai memukul dengan tongkat kayu. Dari suatu tempat aku, aku bisa mendengar seorang berkata,”guru Ikut campur saja. Pukul pukul mereka Suara lain berteriak,”ada guru. Besar dan kecil. Lempari batu. Apa? aku mengaum.”tutup mulut kalian, berandal Anak kampung” bersama dengan teriakan ini, aku mengamuk dan menghantam kepala anak sekolah kejuruan yang terdekat dariku. Niat awalku adalah menghentikan perkelahian, tapi aku malah dipukuli dan dilempari batu. Aku tidak akan diam saja ataupun kabur setelah diperlakukan seperti itu. Aku mengamuk dan membabi buta, memukul orang dan dipukul sebagai balasan… Halaman 191-192 Universitas Sumatera Utara 61 Analisis Dari cuplikan di atas terlihat adanya interaksi sosial antara Botchan dengan murid-murid yang mengarah pada bentuk suatu pertikaiankonflik. Botchan menyuruh para murid untuk menghentikan perkelahian dengan murid- murid sekolah kejuruan. Tetapi murid-murid melakukan penentangan terhadap Botchan dengan tetap melanjutkan perkelahian dengan murid-murid sekolah kejuruan. Ketika murid- murid mengetahui Hotta dan Botchan adalah guru dan ikut campur untuk menghentikan perkelahian, Murid-murid kemudian malah memukul dan melempari batu Botchan dan Hotta hingga mereka terluka. Seharusnya sebagai murid harus taat terhadap perintah guru, bukannya melakukan penentangan bahkan sampai melakukan kekerasan fisik terhadap guru. Hal ini merupakan perbuatan yang tidak bermoral. Botchan tidak terima dan marah besar sehingga ia balas memukul murid-murid. Akibatnya Botchan dan Hotta juga terlibat perkelahian dengan murid-murid. Konflik yang terjadi antara Botchan disebabkan oleh penentangan yang dilakukan murid-murid terhadap perintah Botchan dan juga kekerasan fisik yang dilakukan murid-murid terhadap Botchan sehingga menimbulkan emosi dan kemarahan Botchan. Sebagai kesimpulan dari cuplikan-cuplikan di atas penulis memberikan kesimpulan bahwa bentuk konflik sosial antara tokoh Botchan dan murid-murid adalah berupa penghinaan dan ejekancemooh yang dilontarkan murid-murid terhadap Botchan sebagai seorang guru, kenakalan yang dilakukan murid-murid terhadap Botchan yang mengerjai Botchan ketika tugas malam dengan cara memasukan belalang ke dalam futon Botchan dan berbohong kepada Botchan tidak melakukan perbuatan tersebut, berkonspirasi membuat keributan dan Universitas Sumatera Utara 62 kegaduhan di sekolah untuk membalas perkataan Botchan, penentangan terhadap perintah Botchan sebagai seorang guru, dan perkelahiankekerasan fisik yang terjadi antara murid-murid dan Botchan. Akibat konflik antara Botchan dan murid-muridnya adalah tidak betahnya Botchan untuk tinggal dan mengajar di sekolah akibat kenakalan yang terus-terusan dilakukan murid-murid yang menghinamencemooh dan mengerjai Botchan yang adalah seorang guru. Jadi menurut penulis hubungan yang terjadi antara Botchan sebagai seorang guru dengan murid-muridnya berjalan tidak harmonis disebabkan oleh konflik yang kerap terjadi antara Botchan dengan murid-muridnya yang nakal dan bersikap tidak jujur, serta tidak menghormati Botchan sebagai seorang guru.

3.2.2 Konflik dengan Rekan Sesama Guru Cuplikan 7