RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 IV - 29
2 Pendidikan dan Kebudayaan
3 Kesehatan
4 Penanggulangan
Kemiskinan, Permasalahan
Sosial dan
Pengangguran 5
Infrastruktur 6
Lingkungan Hidup 7
Ketentraman dan ketertiban 8
Tata kelola pemerintahan 9
Daya saing potensi ekonomi lokal 10
Penanggulangan bencana Penetapan isu strategis ini sebagai bahan kajian dalam menetapkan
cita cita pembangunan sebagai solusi dari isu stategis dengan mempertimbangan sumber daya yang tersedia. Isu strategis Kabupaten
Sleman dijabarkan lebih lanjut sebagai berikut:
1. Dinamika Kependudukan, Perlindungan Perempuan dan Anak
Laju pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sleman relatif tinggi bila dilihat dari data 5 tahun terakhir. Tingginya laju pertumbuhan
penduduk yang mencapai rata-rata 1,26 tersebut lebih disebabkan oleh jumlah migrasi penduduk yang masuk dibandingkan dengan jumlah
kelahiran penduduk mengingat fungsi Kabupaten Sleman sebagai penyangga
Kota Yogyakarta,
pusat pendidikan
serta pusat
pengembangan perumahanpermukiman. Besarnya jumlah migrasi dan penduduk sementara inilah yang menyebabkan data kependudukan di
Kabupaten Sleman belum akurat karena sulitnya proses pendataan penduduk. Faktor lain yang menjadi masalah adalah kurangnya
kesadaran penduduk untuk mengurus berkas-berkas kependudukan sehingga cakupan administrasi penduduk di Kabupaten Sleman belum
terpenuhi secara keseluruhan. Jumlah penduduk usia produktif di Kabupaten Sleman paling besar
jika dibandingkan dengan jumlah penduduk usia anak-anak dan lansia. Jumlah angkatan kerja yang sangat besar ini merupakan
peluang sekaligus tantangan di dalam pembangunan. Di dalam istilah demografi hal ini disebut dengan demografic bonus, karena pada saat
itu beban ketergantungan menjadi minimal. Berdasarkan proyeksi
RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 IV - 30
penduduk Kabupaten Sleman, potensi bonus demografi akan berlangsung sejak tahun 2015 dan akan terus berlanjut hingga tahun
2035. Salah satu implikasi agar terwujud bonus demografi adalah dengan penyediaan lapangan kerja, peningkatan kualitas sumberdaya
manusia, serta mempersiapkan kaum perempuan untuk memasuki dunia kerja.
Jumlah penduduk yang termasuk kategori remaja adolescents juga besar. Hal ini disebabkan karena fertilitas yang tinggi di masa lalu, dan
sampai saat ini belum sepenuhnya dapat dikendalikan. Implikasi kebijakan yang perlu diambil berkaitan dengan jumlah remaja yang
besar ini adalah menyiapkan mereka sebagai generasi penerus bangsa. Untuk itu kualitas, baik yang menyangkut pendidikan maupun
kesehatannya termasuk kesehatan reproduksinya harus memperoleh perhatian yang serius.
Kelompok penduduk usia 60 tahun keatas juga meningkat secara signifikan. Fenomena “aging population” di Sleman telah terjadi dan
menjadi masalah utama sebagaimana dihadapi di negara-negara maju. Proporsi kelompok ini cenderung meningkat, telah mencapai 10,5
persen pada 2015 dan terus meningkat menjadi sekitar 15,5 persen pada 2035. Implikasi kebijakan dari fenomena ini adalah upaya-upaya
untuk kaum lansia ini dapat hidup lebih sejahtera, melalui antara lain pelayanan program-program dan kegiatan yang lebih ramah lansia.
Permasalahan kependudukan yang lain adalah persebaran yang tidak merata antar wilayah kecamatan. Jumlah penduduk yang banyak
dengan kepadatan per kilometer yang tinggi terjadi di kecamatan- kecamatan Depok, Ngaglik, Mlati, Gamping, yang merupakan wilayah
Kawasan Perkotaan Yogyakarta. Jumlah penduduk yang tidak merata dan terkonsentrasi di suatu wilayah akan memberikan beban yang
berat bagi wilayah yang bersangkutan termasuk masalah lingkungan hidup dan kehidupan sosial.
Di bidang Keluarga Berencana, data 5 tahun terakhir juga menunjukkan bahwa cakupan peserta KB aktif atau prevalensi
mencapai 121.901 atau kurang lebih 79 sedangkan peserta KB pria mencapai 7,5 dari seluruh peserta KB aktif. Kepesertaan KB ini dapat
RPJMD Kabupaten Sleman Tahun 2016-2021 IV - 31
lebih ditingkatkan guna menekan laju pertumbuhan penduduk dari kelahiran.
Rasio kekerasan dalam rumah tangga KDRT di Kabupaten Sleman tahun 2014 sebesar 0,03 dan penyelesaian pengaduan perlindungan
perempuan dan anak dari tindakan kekerasan sebesar 331 kasus di tahun 2014 naik dari 142 kasus di tahun 2013. Hal ini disebabkan oleh
semakin meningkatnya kesadaran pemahaman terhadap KDRT sehingga masyarakat semakin berani dan terbuka dalam pengaduan
KDRT. Hanya saja, kesulitan yang masih ditemui adalah jika kekerasan terhadap perempuan dan anak yang tidak dilaporkan karena berbagai
sebab. Hal demikian perlu kepedulian semua pihak agar permasalahan perlindungan perempuan dan anak dapat lebih mendapatkan
penanganan yang tepat. Kedepan, berkaitan dengan permasalahan kependudukan dan Keluarga
berencana, hal yang dapat dilakukan oleh pemerintah kabupaten Sleman adalah meningkatkan cakupan layanan terhadap administrasi
kependudukan dengan melaksanakan jemput bola, menurunkan Total Fertility Rate TFR dengan memberdayakan kader KB dalam
meningkatkan cakupan kepersertaan KB khususnya KB mandiri, meningkatkan
sosialisasi kesehatan
reproduksi remaja,
memberdayakan Institusi
Masyarakat Pedesaan.
Permasalahan Perlindungan Perempuan dapat diminimalkan dengan berkoordinasi
lebih intensif dengan lembaga yang peduli dengan perlindungan perempuan dan anak.Pemerintah Daerah juga harus lebih responsif
terhadap kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak dan mengoptimalkan peran Unit Pelaksana Teknis UPT Pusat Pelayanan
Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak. Optimalisasi peran perempuan di segala bidang juga diharapkan dapat meningkatkan
Indeks Pembangunan Gender.
2. Pendidikan dan Kebudayaan