Rumusan Berkarakter Kuat dan Cerdas sebagai Konsep Pendidikan Karakter
1. Rumusan Berkarakter Kuat dan Cerdas sebagai Konsep Pendidikan Karakter
Setelah melakukan penelitian di jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS mengenai pelaksanaan pendidikan karakter yang sesuai dengan amanat visi berkarakter kuat dan cerdas, dapat diketahui bahwa pemahaman atas makna berkarakter kuat dan cerdas yang telah dirumuskan oleh pihak kampus sebagai tujuan utama tersebut, ternyata belum dapat dimengerti dan dipahami secara sama oleh warga kampus. Meskipun telah ada upaya mengarahkan berbagai pandangan dan pendapat agar mencapai satu arah yang sejalan.
Sebagai sebuah tujuan utama yang ingin dicapai oleh FKIP,
berkarakter kuat dan cerdas merupakan rumusan cita-cita mengenai kepribadian ideal seorang pendidik. Wajib kita ingat, bahwa FKIP merupakan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang berupaya menghasilkan dan mengembangkan tenaga-tenaga pendidik dan kependidikan yang handal dan profesional. Oleh karena itulah, rumusan berkarakter kuat dan cerdas diharapkan mampu dipahami oleh seluruh warga kampus FKIP, terutama dalam hal ini mahasiswa, sebagai obyek yang dididik untuk menjadi calon guru.
Setiap individu yang terlibat dalam pendidikan karakter di FKIP
diharapkan memiliki ciri khas yang terwujud dalam ucapan dan perilaku yang ditunjukkan kepada individu lain dan lingkungan sekitar. Ciri khas inilah yang disebut sebagai karakter. Karakter atau yang seringkali diasosiasikan sebagai kepribadian disepakati sebagai suatu ciri yang khas yang dimiliki setiap individu yang memberikan kekhasan pada pribadinya, sehingga dapat dibedakan dengan individu yang lain. Inilah yang disampaikan oleh Pak Syarif yang mengharapkan mahasiswa FKIP terutama jurusan P IPS agar memiliki ciri khas keguruan yang diharapkan memiliki ciri khas yang terwujud dalam ucapan dan perilaku yang ditunjukkan kepada individu lain dan lingkungan sekitar. Ciri khas inilah yang disebut sebagai karakter. Karakter atau yang seringkali diasosiasikan sebagai kepribadian disepakati sebagai suatu ciri yang khas yang dimiliki setiap individu yang memberikan kekhasan pada pribadinya, sehingga dapat dibedakan dengan individu yang lain. Inilah yang disampaikan oleh Pak Syarif yang mengharapkan mahasiswa FKIP terutama jurusan P IPS agar memiliki ciri khas keguruan yang
duan segala tabiat atau perilaku manusia, paduan dari segala perilaku manusia yang bersifat tetap sehingga nanti akan menjadi tanda yang khusus dari pribadi. Antaranya kita membentuk itu tadi, jadi orang akan melihat, di depan sana misalnya ya, depan sana itu ada mahasiswa Senin, ada yang berjalan pakai putih gelap, ini mesti mahasiswa FKIP. Ini
(Syarif/13/12/12)
Namun sayangnya, warga kampus sebagai sasaran dari visi FKIP ini
belum sepenuhnya mencerminkan sikap yang berkarakter kuat dan cerdas. Mahasiswa baru sekedar mengetahui visi ini sebagai slogan saja, tapi belum
apa ya, sebatas ucapan saja, untuk perbuatan atau tindakan dari mahasiswa sendiri
Menurut pengakuan Anwar tersebut, membuktikan bahwa beberapa mahasiswa belum memahami makna dari visi berkarakter kuat dan cerdas. Informan sekedar mengetahui visi berkarakter kuat dan cerdas sebagai slogan teoritis yang sering digaungkan di FKIP, namun belum mengetahui praksis seperti apa yang harus dilakukan sebagai konsekuensi aplikatifnya.
Hal ini sebenarnya belum bisa dianggap sebagai hasil dari proses
pendidikan karakter. Pendidikan karakter yang sesuai dengan amanat visi dan misi FKIP berupaya untuk menghasilkan perubahan perilaku dan tindakan, bukan hanya sekedar pemahaman dan pengetahuan. Pengetahuan dan pemahaman berupa ucapan belum menunjukkan adanya perubahan perilaku sebagai hasil aktualisasi nilai-nilai karakter. Mahasiswa sebagai pelaku semestinya mampu mengaktualisasikan nilai-nilai karakter serta merefleksikan perbuatan dan tindakannya dalam kaitannya dengan perkembangan diri sendiri dan orang lain.
Pemahaman atas visi berkarakter kuat dan cerdas yang ternyata belum
mampu dimengerti oleh seluruh individu yang terlibat di dalam FKIP menjadi satu kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Hal ini bisa saja mampu dimengerti oleh seluruh individu yang terlibat di dalam FKIP menjadi satu kekurangan dalam pelaksanaan pendidikan karakter. Hal ini bisa saja
Meskipun mahasiswa dan dosen memberikan pemaknaan yang sedikit
berbeda-beda mengenai visi berkarakter kuat dan cerdas, seperti Pak Faizal yang lebih fokus pada amanah dan keteladanan serta kecerdasan baik intelektual, emosional, dan spiritual yang disepakati oleh bu Dini dan Sari, Pak Syarif yang memahami sebagai ciri khas kepribadian guru yang membedakan dengan fakultas lain, Pak Aryo yang berpendapat mengenai optimalisasi mata kuliah untuk membentuk pribadi pendidik, Yusuf yang mengemukakan bahwa sebagai guru nantinya harus menjaga nama baik almamater, Anwar yang mengatakan bahwa guru yang mampu berinovasi dan membawa perubahan positif bagi anak didiknya, maupun Esty yang secara terbuka mengakui kekurangtahuannya namun berpersepsi mengenai mentalitas yang kuat bagi calon guru. Namun mereka sudah mengarah pada satu titik pemahaman yang sama, yakni bahwa visi berkarakter kuat dan cerdas adalah harapan kepribadian ideal yang semestinya dimiliki oleh sosok seorang guru atau pendidik.
Inti dari rumusan berkarakter kuat dan cerdas menurut para informan
yang kemudian dipahami sebagai kriteria yang harus dimiliki oleh seorang pendidik, ialah keseimbangan antara IQ, SQ, dan EQ di mana mampu mengaplikasikannya dalam pemikiran, sikap, maupun perilaku praksis terkait dengan kebebasan yang bertanggungjawab dalam memberikan keputusan dalam kehidupan sehari-hari. Keseimbangan di antara ketiganya akan membentuk pribadi dengan mentalitas yang kuat dan perilaku yang mengarah pada perubahan positif baik bagi dirinya maupun bagi orang lain di sekitarnya. Hal tersebut bukan berarti menambahkan satu mata kuliah khusus mengenai pendidikan karakter, namun dibangun dengan mengintegrasikan pendidikan karakter di dalam kurikulum setiap program studi, di mana penanaman nilai-nilai karakter disisipkan di setiap mata kuliah.
Pemahaman atas makna berkarakter kuat dan cerdas yang ternyata
belum serupa, menunjukkan bahwa pada tataran moral knowing, yakni sebagai titik awal pembentukan karakter masih terdapat kekurangan. Baik pihak kampus maupun mahasiswa semestinya mengembangkan pengetahuan terkait dengan moral knowing untuk berperilaku yang berkarakter kuat dan cerdas. Hal ini pun sedikit demi sedikit dapat membangun perasaan untuk berperilaku sesuai karakter pendidik yang kuat dan cerdas. Perilaku praksis yang menunjukkan karakter kuat dan cerdas pun diterapkan secara berkesinambungan dan terus menerus agar menjadi kebiasaan.
Visi berkarakter kuat dan cerdas pada gilirannya diharapkan mampu
menjadi budaya baik sehingga akan memperbaiki perilaku-perilaku individu yang terlibat dalam pendidikan kampus FKIP. Perilaku yang berkarakter kuat dan cerdas yang masih dalam proses, diharapkan dapat mengilhami setiap langkah mahasiswa FKIP dalam kehidupannya di kampus maupun di luar kampus. Hal ini tentunya bukan hanya merupakan pengetahuan dan praksis yang dikerjakan sekali saja dan kemudian hilang. Melainkan sebagai praksis yang telah menjadi kebiasaan, di mana mahasiswa dapat mengembangkan diri secara utuh sehingga menjadi sosok pendidik yang berkarakter kuat dan cerdas baik kognitif, afektif, maupun psikomotornya sehingga dapat menjadi output yang berkualitas dari lembaga pendidikan FKIP.