Kekuatan Tarik HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sifat Fisik

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Sifat Fisik Sifat fisik kulit samak merupakan sifat yang sangat mempengaruhi penggunaan kulit samak pada suatu produk. Kualitas fisik kulit samak yang baik akan meningkatkan kualitas produk. Sifat fisik yang sangat dominan dalam menentukan kualitas suatu produk kulit samak adalah kekuatan tarik, kekuatan regang kemuluran dan juga kekuatan sobek. Secara umum, penggunaan kulit jadi membutuhkan kulit yang mempunyai kekuatan tarik dan kekuatan sobek yang tinggi di atas standar sedangkan kekuatan regang yang rendah di bawah standar. Sifat fisik kulit samak sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti kualitas bahan mentah kulit, pengawetan kulit, proses pengapuran, buang kapur, pengikisan protein, penyamakan maupun peminyakan, juga pada tahap penyelesaian seperti peregangan, pelembaban dan pementangan. Berdasarkan kulit tersamak yang dihasilkan, dapat dilihat secara umum bahwa kulit dengan perlakuan penambahan mimosa 5 lebih lenturlemas dibandingkan kulit dengan penambahan mimosa 10 dan 15.

4.2. Kekuatan Tarik

Kekuatan tarik adalah besarnya gaya maksimal yang diperlukan untuk menarik kulit sampai putus, dinyatakan dalam kgcm 2 dan Newtoncm 2 . Kekuatan tarik merupakan salah satu parameter penting yang menjadi patokan terhadap kualitas dari kulit tersamak, karena dapat menggambarkan kuatnya ikatan antara serat kolagen penyusun kulit dengan zat penyamak. Proses penyamakan yang baik akan menghasilkan kulit dengan kekuatan tarik yang tinggi. Kekuatan tarik dalam aplikasinya sangat penting terutama pada industri barang dari kulit. Kekuatan tarik kulit yang kurang dari persyaratan akan menyebabkan kulit mudah pecah atau retak. Berdasarkan hasil pengukuran kekuatan tarik kulit tuna tersamak Gambar 8 dapat dilihat bahwa kekuatan tarik rata-rata terendah berada pada perlakuan dengan penambahan mimosa 5 dengan nilai 223,56 kgcm 2 , sedangkan kekuatan tarik rata-rata tertinggi berada pada perlakuan dengan penambahan mimosa 15 dengan nilai 372,09 kgcm 2 . Hal ini menunjukan bahwa kekuatan tarik cenderung meningkat dengan bertambahnya konsentrasi mimosa . Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 1b menunjukkan bahwa perlakuan berupa penambahan mimosa dengan konsentrasi 5, 10 dan 15 memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kekuatan tarik kulit tuna tersamak. Berdasarkan uji lanjut Duncan Lampiran 1c dapat dilihat bahwa perlakuan dengan penambahan mimosa 5 berbeda nyata dengan perlakuan penambahan mimosa 15, begitu juga dengan perlakuan penambahan mimosa 10 berbeda nyata dengan perlakuan penambahan mimosa 15. Gambar 8. Grafik nilai rata-rata kekuatan tarik kgcm 2 kulit tuna tersamak. Nilai rata-rata kekuatan tarik kulit tuna tersamak meningkat dengan adanya penambahan mimosa. Menurut Herawati 1996 nilai kekuatan tarik rata-rata kulit tuna tersamak berkisar antara 128,15 – 273,60 kgcm 2 . Sedangkan setelah adanya penambahan mimosa pada penelitian ini, nilai rata-rata kekuatan tarik bertambah dengan kisaran antara 223,56 – 372,09 kgcm 2 . Hal ini menunjukkan penggunaan mimosa dengan konsentrasi yang semakin besar akan meningkatkan kekuatan tarik. Kekuatan tarik produk kulit tersamak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: ketebalan kulit, struktur kulit, dan juga penanganan setelah pengulitan. Selain itu, bahan penyamak dan komposisi dari bahan penyamak tersebut juga sangat menentukan terhadap kualitas kulit termasuk kekuatan tariknya Suramto et al. 1993. Berdasarkan kulit tersamak yang dihasilkan, terlihat adanya perbedaan antara kulit samak dari setiap perlakuan. Kulit dengan penambahan mimosa sebesar 5 cenderung lebih longgar dalam strukturnya sehingga terasa lebih elastis dibanding kulit yang dengan penambahan mimosa 10 dan 15. Fahidin dan Muslich 1999 menyatakan bahwa semakin besar molekul zat penyamak semakin besar daya absorpsi serat kulit terhadap zat penyamak. Zat penyamak nabati akan bereaksi dengan kolagen dan selanjutnya zat penyamak nabati akan meningkatkan ikatan serat-serat dari kulit dan merubah serat menjadi struktur kulit yang kompak. Sesuai dengan pendapat purnomo 1985 bahwa kulit yang disamak dengan menggunakan bahan penyamak nabati akan memberikan hasil yang kurang tahan terhadap panas, kulitnya agak kaku, namun empuk dan memberikan sifat kulit yang berisi padat, warna coklat dan kekuatan tariknya tinggi. Faktor lain yang mempengaruhi kuat tarik kulit adalah ketebalan. Semakin tebal kulit maka akan semakin besar pula kuat tariknya dalam keadaan perlakuan yang sama. Ketebalan akan mempengaruhi kestabilan kulit, dimana kestabilan kulit ini dipengaruhi oleh ikatan silang yang terbentuk antara bahan penyamak dengan protein kulit. Kulit yang telah masak akan mempunyai jumlah ikatan silang yang lebih banyak daripada kulit yang belum masak, sehingga lebih mampu dan tahan terhadap adanya gaya fisik yang menyerangnya, termasuk air yang mendidih Purnomo 1992. Aten et al. 1995 diacu dalam Yuwono 2002 menyatakan bahwa kekuatan tarik kulit samak dipengaruhi oleh perubahan-perubahan struktur serabut kulit, termasuk disebabkan oleh perubahan luar pada waktu penyimpanan dan pengeringan kulit sehingga kekuatan tarik menunjukan kualitas kulit serabut. Kekuatan tarik kulit tersamak dipengaruhi pula oleh proses peminyakan kulit. Karena minyak yang berfungsi sebagai pelumas akan menjadikan serat-serat kulit lembut dan fleksibel saat dipegang. Pada saat yang bersamaan minyak juga memberikan pengaruh terhadap sifat-sifat fisik kulit, seperti kuat tarik, kedap air, daya tahan sobek dan kelembaban serta penyerapan udara dan air Herawati 1996.

4.3. Kekuatan Regang Kemuluran