dosis tinggi Suyatnaet al. 1992. Pada penelitian Ming ZJ et al. 2004 juga melaporkan bahwa dengan pemberian senyawa glukosida pegangan pada tikus yang
diinduksi dimetilnitrosamin menunjukkan perbaikan fungsi hati secara signifikan dengan nilai aspartate aminotransferase AST, dan serum alanine transaminase
ALT yang menurun.
1. Aktivitas glutation peroksidase GSH-Px hati tikus putih Spraque
Dawley. Aktivitas glutathion peroksidase GSH-Px yang diukur pada semua grup
perlakuan, yaitu grup ekstrak pegagan, ekstrak kunyit dan grup kombinasi ekstrak pegagan dan kunyit serta kombinasi pegagan dan kunyit.
Pengukuran enzim GSH-Px dilakukan, yaitu pada grup tikus normal, grup preventif, serta grupkuratif, dapat dilihat padaTabel 10 dibawah ini.
Tabel 10: Aktivitas enzim GSH-Px pada hati tikus mUmgprotein preventif No
Perlakuan n=4 GSH-Px
Rataan 1
Kontrol Normal 123,21±1,96
a
2 Kelompok I
196,48±5,37
b
3 Kelompok II
203,46±1,99
c
4 Kelompok III
198,11±5,93
d
5 Kelompok IV
197,91±5,37
d
6 Kelompok V
209,22±6,64
e
7 Kelompok VI
207,38±1,99
e
8 Kelompok VII
224,23±0,00
f
Keterangan: Superskrip a: kelompok kontrol normal, superskrip b : kelompok pegagan 18,75 mg200g BB tikus tikus serta superskrip c: kelompok kunyit tunggal 336 mg200g BB tikus tikus, juga superskrip d: kelompok
kombinasi ekstrak pegagan kunyit 3:1 18,75 mg200g BB tikus tikus:112 mg200g BB tikus tikus; 3:2 18,75 mg200g BB tikus tikus:224 mg200g BB tikus tikus, superskrip e: kelompok pegagan kunyit 1:3 6,25 mg200g
BB tikus tikus:336 mg200g BB tikus tikus; 2:3 12,50 mg200g BB tikus tikus:112 mg200g BB tikus tikus, dan superskrip f: kelompok kombinasi ekstrak pegagan kunyit 3:3 18,75 mg200g BB tikus tikus:336 mg200g BB
tikus tikus. Senua kelompok menunjukkan kemampuan meningkatkan GSH-Px disbanding kelompok kontrol normal p0,05.
Enzim GSH-Pxpada tikus kelompok preventif, perlakuan I dan II yang hanya diberi ekstrak pegagan dan kunyit tunggal, lebih tinggi secara bermakna
dibandingkan kuratif p0,05. Aktivitas enzim GSH-Px pada kelompok Ikelompok pegagan tunggal tetap, dibandingkan dengan kelompok kombinasi pegagan dan
kunyit III dan IV, secara signifikan lebih rendah.Sedangkan untuk kelompok II kelompok kunyit tunggal dibandingkan dengan kelompok V, VI dan VII kombinasi
pegagan kunyit dosis tinggi menunjukkan adanya perbedaan yang tidak signifikan alternatif. Aktivitas enzim GSH-Px pada kelompok tikus preventif secara signifikan
lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok tikus normal. Data ini mengindikasikan bahwa ekstrak tunggal pegagan dan kunyit maupun kombinasinya mampu terjadinya
peningkatan aktivitas GSH-Px. Aktivitas enzim dipengaruhi oleh perbandingan diantara kedua komponen penyusun sediaan. Pada kondisi dimana ekstrak pegagan
bobtnya tetap, penambahan kunyit pada berbagai variasi dosis menyebabkan aktivitas enzim lebih rendah secara bermakna dibandingkan aktivitas enzim yang terpapar.
Ekstrak tunggal pegagan aktivitas enzim kelompok I secara signifikan lebih rendah dari kelompok II dan III. Pada kondisi dimana bobot kunyit tetap, penambahan
pegagan pada berbagai variasi dosis menyebabkan aktivitas enzim GSH-Px secara signifikan lebih tinggi dibandingkan aktivitas enzim kelompok VI dan VII tikus yang
memeperoleh ekstrak tunggal kunyit. Kaitan antara dosis respon formula gabungan ekstrak pegagan dan kunyit berbasis pegagan atau kunyit pada kelompok tikus
dengan tujuan preventif menunjukkan kurva logaritma Y=50,13ln x+137,5 dengan R
2
=0,8112 Gambar 16, namun hanya pada kelompok V saja secara signifikan tidak mampu mempengaruhi peningkatan kadar enzim GSH-Px p0,05.
Untuk membuktikan kemampuan ekstrak pegagan dan kunyit dengan variasi dosis kunyit dengan pegagan tetap serta variasi dosis pegagan dengan kunyit tetap
dapat dilihat pada Gambar 15 di bawah ini.
Gambar 15 : Pengaruh ekstrak pegagan dan kunyit terhadap aktivitas enzim GSH-Px pada cara preventif
Dari uji diatas, ada perbedaan bentuk profil aktivitas GSH-Px hati tikus antara basis kunyit dengan variasi pegagan terhadap GSH-Px menunjukkan kurva logaritme
dengan persamaan Y=50,13ln x+137,5 R
2
=0,8112
Gambar 16 :Profil aktivitas enzim GSH-Px berbasis kunyit tetap variasi dosis pegagan
Selanjutnya diperoleh data perlakuan ekstrak pegagan dan kunyit terhadap
aktivitas enzim GSH-Px yang dilakukan untuk tujuan kuratif, dapat dilihat pada Tabel 11 di bawah ini.
Tabel 11: Aktivitas enzim GSH-Px hati tikus mUmgprotein kuratif pada akhir percobaan hari ke-14.
No Perlakuan n=4 GSH-Px
Rataan 1
Kontrol Normal 123,21±1,96
a
2 Kelompok I 204,83±1,90
b
3 Kelompok II 207,38±1,99
c
4 Kelompok III 197,91±5,37
d
5 Kelompok IV 198,11±5,93
d
6 Kelompok V 203,46±1,99
e
7 KelompokVI 207,38±1,99
e
8 Kelompok VII 211,08±6,64
f
Keterangan : Superskrip yang berbeda menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada p0,05 t-Student test.
Pada kelompok pengguna kuratif, baik terhadap semua kelompok tikus dengan pemberian ekstrak pegagan dan kunyitbaik tunggal maupun kombinasi
mampu meningkatkan aktivitas enzim GSH-Px p0,05. Sebagai obat alami, pegagan mengandung bahan aktif yaitu triterpenoid saponin. Bahan aktif triterpenoid
saponin meliputi asiatikosida, centellosida, madekosssida, asam asiatik, dan
y = 50,13lnx + 137,5 R² = 0,8112
y = 45,763lnx + 141,85 R² = 0,6877
0,00 100,00
200,00 300,00
N I
II III
IV G
SH -P
x mU
mg p
ro te
in
prev kur
komponen yang lain seperti minyak volatile, flavonoid, tannin, fitosterol, asam amino, dan karbohidrat.
Bahan aktif triterpenoid saponin berfungsi untuk meningkatkan aktivitas makrofag yang menyebabkan meningkatnya fagositosis dan sekresi interlukin.
Interlukin akan memicu sel β untuk menghasilkan antibodi Besung 2009. Asiatikosid mampu mempengaruhi proses detoksifikasi pada hati dan merupakan
marker dalam standar deviasi pegagan. Madekossida dalam memperbaiki kerusakan sel malalui sintesis kolagen Sefitri 2008.
Kunyit mengandung kurkumin sebagai antioksidan lebih kuat dari pada dehidrozingeron analog kurkumin yang didapatkan dari isolate Zingeber officinale.
Aktivitas antioksidan kurkumin juga memiliki efek sebagai antiinflamasi, antibakteria, antivirus, antijamur, antitumor, antispasmodic, dan hepatoproteksi
Kohli et al. 2004. Sebagai antiinflamasi kurkumin telah menunjukkan penghambatan metabolisme asam arakidonat, silkooksigenase, lipooksigenase,
sitokin interleukin dan necrosing factor, menghambat sintesis prostaglandin dan melepas hormaon steroid Kohli et al. 2004. Kurkumin juga menunjukkan efek
meningkatkan kerja obat antitumor Antony 2008. Penggunaan kunyit sebagai suatu formulasi dengan tanaman obat lainnya menunjukkan efek perlindungan terhadap
hepar Kamble et al.2008. Kedua tanaman ini membuktikan kemampuan untuk tujuan sebagai kuratif pada penyakit hati.
Ekstrak pegagan dan kunyit dengan variasi dosis kunyit dengan pegagan tetap serta variasi dosis pegagan dengan kunyittetap dapat dilihat pada Gambar 17 di
bawah ini.
Gambar 17: Pengaruh ekstrak pegagan dan kunyit terhadap aktivitas enzim GSH-Px kuratif
0,00 50,00
100,00 150,00
200,00 250,00
N I
II III
IV V
VI VII
G SH
-P x
m U
m g
p ro
te in
KURATIF
Variasi dosis kunyit pegagan
tetap Variasi dosis pegagan ,
kunyit tetap
a a
a a
a
Dari uji diatas, ada perbedaan bentuk profil aktivitas GSH-Px hati tikus antara basis pegagan dengan variasi kunyit terhadap GSH-Px menunjukkan kurva logaritma
dengan persamaan Y=53,133ln x+140.46 R
2
=0,7791Gambar 18.
Gambar 18 :Profil aktivitas enzim GSH-Px berbasispegagandengan variasi dosis kunyit
Untuk variasi dosis, kaitan antara dosis respon formula gabungan ekstrak
pegagan dan kunyit berbasis pegagan atau kunyit pada kelompok tikus dengan tujuan kuratif menunjukkan kurva logaritma Y=53.133lnx+140.45 R
2 =
0,7791 Gambar 18.
Data diatas membuktikan bahwa ekstrak pegagan dan kunyit baik tunggal maupun kombinasi dapat menurunkan kadar AST dan ALT serta meningkatkan
aktivitas GSH-Px. GSH-Px mengikat radikal bebas yang dihasilkan dari proses oksidasi parasetamol oleh enzim Sitokrom P-450. Penangkalan enzim GSH-Px
membuktikan bahwa ekstrak pegagan dan kunyit dosis tinggi mampu meningkatkan pengisian GSH dalam proses metabolik reaktif antioksidan dengan oksidasi
parasetamol radikal bebassehingga mencegah ikatan kovalen metabolik reaktif dengan komponen makromolekul sel hepar Davis et al. 1991.
2. Pemeriksaan jaringan hati secara histopatologi