Gambaran Umum Kampung Ater dan Kampung Ciawian

Data mata pencaharian tersebut tidak selalu menunjukkan aktivitas nafkah yang sebenarnya, karena pada kenyataannya di lapangan terdapat masyarakat yang menerapkan pola nafkah ganda seperti penerapan pola nafkah sektor pertanian atau pertanian-non pertanian serta adanya perpindahan kerja dari waktu ke waktu yang dilakukan oleh masyarakat setempat.

4.2 Gambaran Umum Kampung Ater dan Kampung Ciawian

Kampung Ater dan Kampung Ciawian merupakan kampung di Desa Gorowong yang memiliki industri batu bata dan areal persawahan yang cukup banyak dibandingkan dengan kampung-kampung lainnya di Desa Gorowong. Kampung Ater dan Kampung Ciawian memiliki karakteristik yang hampir sama, yang membedakan antara dua kampung tersebut adalah banyaknya areal lahan pertanian. Di Kampung Ater, lahan pertanian cenderung lebih sedikit dibandingkan dengan Kampung Ciawian, dan Kampung Ater memiliki jumlah industri batu bata yang lebih banyak dibandingkan dengan Kampung Ciawian. Jenis mata pencaharian masyarakat Kampung Ater dan Kampung Ciawian sangat beragam, diantaranya yaitu sebagai petani, buruh pembuat batu bata, sopir truk pengangkut batatanah, dan pedagang. Rata-rata hasil dari pertanian untuk jenis komoditas padi tidak dijual ke orang lain. Namun, hasil pertanian tersebut hanya di konsumsi oleh anggota keluarga petani itu sendiri. Hal ini dikarenakan hasil yang didapat dari penjualan padi tidak begitu memberikan pengaruh dalam pendapatan keluarga, serta banyaknya jumlah anggota dalam keluarga. Sehingga hasil dari pertanian hanya mencukupi konsumsi anggota keluarga petani saja. Namun, ada pula beberapa orang yang memiliki lahan sawah cukup luas dan hasil padi yang memuaskan yang menjual padi tersebut.

4.2.1 Karakteristik Responden

Rata-rata umur responden dalam penelitian ini adalah 38 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan, mayoritas pendidikan responden di Kampung Ater dan Kampung Ciawian adalah tamat SD yaitu sebesar 66,67 persen atau sebanyak 20 responden di Kampung Ater tamat SD dan sebesar 70 persen atau sebanyak 21 responden di Kampung Ater hanya tamat SD. Hal tersebut sebagaimana terlihat pada Gambar 3 berikut. Keterangan: n Kampung Ater = 30 rumahtangga n Kampung Ciawian = 30 rumahtangga Gambar 3 Persentase Tingkat Pendidikan Responden di Kampung Ater dan Kampung Ciawian Tahun 2011 Tingkat pendidikan responden pada kedua kampung tersebut adalah tingkat pendidikan kepala rumahtangga baik Kampung Ater maupun Kampung Ciawian. Rendahnya tingkat pendidikan kepala rumahtangga sedikit mempengaruhi tingkat pendidikan anaknya. Ada beberapa anak-anak dari responden yang berusia usia sekolah lanjut yang tidak meneruskan sekolah lagi, dan memutuskan untuk bekerja hal ini dikarenakan jarak lokasi sekolah yang cukup jauh untuk mengenyam pendidikan tingkat lanjut serta kendala dalam pembiayaan sekolah, serta desakan ekonomi yang mengharuskan mereka untuk bekerja. “Disini penduduknya kebanyakan hanya berpendidikan SD, karena kendala biaya yang dialami oleh rumahtangga untuk meneruskan ke tingkat SMP atau SMA, selain itu juga banyak anak-anak yang lulus SD langsung bawa mobil menjadi supir –red, untuk bantu-bantu penghasilan keluarga’. Bapak Sry, 46 tahun, Kepala Desa Gorowong. Rumahtangga Desa Gorowong berdasarkan asal kependudukannya pada penelitian ini dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu penduduk asli, penduduk pendatang, dan penduduk campuran. Penduduk asli dalam hal ini didefinisikan sebagai rumahtangga yang anggota keluarganya telah lahir dan bertempat tinggal 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 kampung Ater kampung Ciawian 13.33 20 66.67 70 10 6.67 6.67 3.33 Lainnya tamat PT tamat SMA tamat SMP tamat SD tidak tamat SD di daerah atau lokasi penelitian, penduduk pendatang merupakan rumahtangga dimana anggota keluarganya lahir dan berasal dari luar lokasi penelitian, sedangkan penduduk campuran adalah rumahtangga yang anggota keluarganya berasal dari penduduk asli yang menikah dengan pendatang atau orang dari luar Desa Gorowong. Asal kependudukan masyarakat Kampung Ater dan Kampung Ciawian dapat dilihat pada Gambar 4 di bawah ini. Keterangan: n Kampung Ater = 30 rumahtangga n Kampung Ciawian = 30 rumahtangga Gambar 4 Persentase Responden Berdasarkan Daerah Asal Kependudukan di Kampung Ater dan Kampung Ciawian Tahun 2011 Gambar 4 di atas menunjukkan persentase penduduk asli, penduduk pendatang dan penduduk campuran di kedua kampung, baik Kampung Ater maupun Kampung Ciawian. Penduduk pendatang kebetulan tidak ditemukan baik pada Kampung Ater dan Kampung Ciawian, hal ini tidak berarti bahwa di kedua kampung tersebut tidak terdapat penduduk pendatang, namun, penduduk Luar kampung atau luar Desa Gorowong kemudian menikah dengan penduduk asli. Hal ini dapat ditujukkan dengan persentase dari penduduk campuran pada Kampung Ater yaitu sebesar 30 persen atau sebanyak sembilan responden, sementara pada Kampung Ciawian yaitu sebesar 26,67 persen atau sebanyak delapan responden merupakan penduduk campuran. Penduduk asli di Kampung Ater sebesar 70 20 40 60 80 100 Kampung Ater Kampung Ciawian 70 73.33 30 26.67 Penduduk Asli Pendatang Penduduk Campuran persen atau sebanyak 21 responden, pada Kampung Ciawian penduduk asli sebesar 73,33 persen atau sebanyak 22 responden. “Karena ada Lio industri batu bata di Gorowong, menyebabkan banyak orang-orang luar desa datang ke desa ini , ada orang yang dari Cianjur, Cirebon, Rangkas dan lain-lain yang bekerja di Lio, mereka datang sudah sejak lama kemudian banyak yang menikah dengan warga sini Bapak Sry, 46 tahun, Kepala Desa Gorowong ”. Adanya penduduk pendatang yang tinggal dan bekerja di Desa Gorowong merupakan salah satu akibat dari menjamurnya industri batu bata di wilayah ini. Maraknya industri batu bata di wilayah Desa Gorowong telah membuka lapangan pekerjaan tidak hanya menarik minat masyarakat setempat tetapi juga minat masyarakat luar daerah. 4.3 Ikhtisar Desa Gorowong merupakan salah satu desa di Kecamatan Parung Panjang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Desa Gorowong dikenal sebagai desa penghasil batu bata, hal ini terlihat dari tata guna lahan di Desa Gorowong yang sebagian besar digunakan untuk industri batu bata. Industri batu bata di Desa Gorowong dimulai sekitar tahun 1982, sebelumnya masyarakat di Desa Gorowong banyak yang bekerja di luar daerah, namun setelah adanya industri batu bata ini masyarakat yang bekerja di luar daerah kembali lagi ke desa untuk bekerja di sektor industri batu bata. Selain menarik kembali masyarakat Desa Gorowong ke desanya, adanya industri batu bata ini juga menarik perhatian masyarakat luar Desa Gorowong untuk datang dan bekerja di Desa Gorowong. Tidak sedikit pula pendatang yang kemudian menetap di Desa Gorowong dan menikah dengan penduduk asli Desa gorowong. Kampung Ater dan Kampung Ciawian merupakan dua kampung penelitian, yang memiliki industri batu bata dan areal persawahan yang cukup besar dibandingkan dengan kampung-kampung lainnya di Desa Gorowong. Hal yang menjadi pembeda antara Kampung Ater dan Kampung Ciawian adalah banyaknya industri batu bata dan penduduk yang bekerja sebagai petani. Kampung Ater merupakan daerah dengan industri batu bata yang cukup tinggi, sementara Kampung Ciawian merupakan daerah yang penduduknya masih banyak bekerja sebagai petani dan memiliki industri batu bata yang lebih sedikit dibandingkan Kampung Ater. Tabel 4 Gambaran Umum Kampung Ater dan Kampung Ciawian, Desa Gorowong Aspek Penelitian Kampung Ater Kampung Ciawian Agama Islam Islam Tingkat Pendidikan Sangat rendah Sangat rendah Sektor Pekerjaan Non-Pertanian Non-Pertanian dan Pertanian Asal Kependudukan Asli Asli Seluruh penduduk di Kampung Ater dan Kampung Ciawian memeluk agama Islam. Tingkat pendidikan penduduk di Kampung Ater dan Kampung Ciawian tergolong sangat rendah, latar belakang pendidikan penduduknya hanya sebatas tingkat sekolah dasar. Mayoritas penduduk Kampung Ater dan Kampung Ciawian merupakan warga asli yang berasal dari Desa Gorowong itu sendiri. Berdasarkan sektor pekerjaan, mayoritas masyarakat bergerak di sektor industri batu bata. Selain karena kondisi tanah yang tidak cocok untuk pertanian, sektor industri batu bata juga memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan sektor pertanian. Hingga kini, industri batu bata di Desa Gorowong berkembang pesat dan menjadi tulang punggung perekonomian Desa Gorowong.

BAB V STRATEGI NAFKAH MASYARAKAT LOKAL DESA GOROWONG