Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Akibat Industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

(1)

RR. Utami Annastasia I34070069

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(2)

(Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

RR. Utami Annastasia I34070069

SKRIPSI

Sebagai Prasyarat untuk Mendapatkan Gelar

Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011


(3)

The manufacturing industry is a business or activity processing the raw materials or intermediate goods into finished goods that have value added to profit. Activities of manufacturing industry was providing both positive and negative impacts on the social aspects of economic and social ecology. The purpose of this study was to clarify the effect of manufacturing activities on socioeconomic aspects of the community and explain the impact of manufacturing activities on the social aspects of ecology. The results showed that industrial activity affects the socio-economic aspects. This is evident from the increasing number of immigrants who want to work in a company that manages the iron and steel, so the opportunity to work less and less as well. On the social aspect of ecology, industrial activities that produce waste or waste cause environmental changes such as the condition of the air is getting hot, arid and dusty, metal-contaminated water quality, noise pollution caused by production machinery and vehicles transporting processed. Of these environmental changes will affect the health of communities living around industrial areas that declined. In addition, environmental changes also resulted in public complaints.


(4)

EKOLOGIS AKIBAT INDUSTRI MANUFAKTUR: STUDI KASUS DESA SUKADANAU, KECAMATAN CIKARANG BARAT, KABUPATEN BEKASI. DIBAWAH BIMBINGAN ARYA HADI DHARMAWAN.

Industri manufaktur adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Kegiatan indutri manufaktur memberikan dampak baik positif maupun negatif pada aspek sosial ekonomi dan sosial ekologi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh kegiatan industri manufaktur pada aspek sosial ekonomi terhadap masyarakat dan menjelaskan pengaruh kegiatan industri manufaktur pada aspek sosial ekologi terhadap masyarakat.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Data primer dihasilkan melalui kuesioner dan wawancara. Sedangkan data sekunder dihasilkan melalui dokumentasi dan studi literatur. Data yang dihasilkan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang serta dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan industri mempengaruhi aspek sosial ekonomi. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya pendatang yang ingin bekerja di perusahaan yang mengelola besi dan baja sehingga kesempatan bekerja semakin berkurang juga. Pada aspek sosial ekologi, kegiatan industri yang menghasilkan buangan atau limbah menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan seperti kondisi udara yang semakin panas, gersang dan berdebu, kualitas air yang tercemar logam, polusi suara akibat mesin produksi dan kendaraan yang mengangkut hasil olahan. Dari perubahan lingkungan tersebut akan mempengaruhi kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar wilayah industri yang mengalami penurunan. Selain itu, perubahan lingkungan juga mengakibatkan keluhan masyarakat.


(5)

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama : RR. Utami Annastasia

NIM : I34070069

Judul : Dampak Sosio-Ekonomis dan Sosio-Ekologis Akibat Industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi)

Dapat diterima sebagai syarat kelulusan KPM 499 pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc. Agr NIP. 19630914 199003 1 002

Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003


(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI PENELITIAN YANG BERJUDUL “DAMPAK SOSIO-EKONOMIS DAN SOSIO-EKOLOGIS AKIBAT INDUSTRI MANUFAKTUR: STUDI KASUS DESA SUKADANAU, KECAMATAN CIKARANG BARAT, KABUPATEN BEKASI” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. DEMIKIAN PERNYATAAN INI SAYA BUAT DENGAN SESUNGGUHNYA.

Bogor, Desember 2011

RR. Utami Annastasia NIM. I34070069


(7)

RR. Utami Annastasia atau biasa dipanggil Annas, anak ke tiga dari tiga bersaudara, anak dari Ibu Isbandiyah, lahir pada hari selasa tanggal 22 Agustus 1989 di Jakarta.

Penulis menempuh pendidikan dari mulai Taman Kanak-Kanak Al-Ikhlas tahun 1994-1995, SD Negeri Jatiasih 8 tahun 1995-2001, SLTP Negeri 9 Bekasi tahun 2001-2004, serta SMA YPI ’45 Bekasi tahun 2004-2007. Setelah lulus SMA, penulis melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Pertanian Bogor tepatnya di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia melalui jalur Undangan Seleksi Mahaiswa IPB (USMI).

Selama penulis berada di Sekolah Menengah Atas, penulis banyak mengikuti ekstrakurikuler, seperti olah raga basket dan Pramuka, tetapi tidak dilanjutkan kegiatan tersebut di Perguruan Tinggi dikarenakan kesehatan penulis yang menurun.


(8)

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat yang diberikan-Nya Skripsi yang berjudul Dampak Sosial Ekonomi dan Sosial Ekologi Akibat industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Provisnsi Jawa Barat) dapat terselesaikan. Secara garis besar skripsi ini menjelaskan tentang dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri manufaktur pada aspek sosial, ekonomi, dan ekologi. Adanya pencemaran yang ditimbulkan oleh kegiatan industri manufaktur yang menjadi faktor utama bagi penulis untuk melakukan penelitian di kawasan industri.

Pelaksanaan penulisan skripsi ini tentunya tidak lepas dari dukungan dan peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Besar harapan tulisan ini dapat memberikan banyak manfaat dan dapat menjadi bahan rujukan bagi peneltian yang terkait.

Bogor, Desember 2011


(9)

Allah SWT berikan atas kelancaran dan kesuksesan penulis dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Dampak Sosial Ekonomi dan Sosial Ekologi Akibat industri Manufaktur (Studi Kasus: Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Provisnsi Jawa Barat). Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, M.Sc, Agr selaku dosen pembimbing yang telah memberikan dukungan, bimbingan, arahan, saran, dan kesabarannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Pemerintah Desa Sukadanau dan Masyarakat Kampung Tangsi yang telah membantu dalam memberikan data yang dibutuhkan oleh penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsinya.

3. Mamah tersayang yang selalu memberikan do’a, dukungan, dan semangat yang tak terhingga, serta selalu mendengarkan curahan hati penulis selama menjalani penulisan skripsi ini sehingga penulis kuat dan sabar.

4. Baby ku, Habibi El Hafizhi atas kekuatan dan cinta yang diberikan sehingga penulis selalu semangat.

5. Mas Yudhi dan Mba Lia, yang selalu memberikan do’a, dukungan, semangat, perhatian, motivasi, dan gangguannya selama penulis menyelesaikan skripsi.

6. Suami ku, Nurhasan Bashiruddin atas kesabarannya dalam menghadapi emosi penulis selama menyelesaikan skripsi.

7. Keluarga Om Mame, Tante Nina, Tia, Sarah, dan Dinda yang selalu membantu penulis dalam hal apapun, mendengarkan curahan hati penulis, dan mendo’akan selalu yang terbaik.


(10)

semangat, canda, dan tawanya.

9. Arkaniati yang telah menemani penulis mencari data dan teman jalan apabila penulis ke kampus.

10.Siti dan Chera, sahabat SMA yang telah memberikan dukungan, keceriaan, dan motivasi selama penulis menyelesaikan skripsi.

11.Teman-teman SKPM angkatan 44 yang telah memberikan keceriaan saat bersama-sama menempuh pembelajaran di bangku kuliah.

12.Teman-teman departemen lain yang memberikan semangat dalam menjalani penulisan.

13.Semua pihak yang telah memberikan dorongan, do’a, semangat bantuaan dan kerjasama selama ini.

Akhirnya, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca terutama dalam hal memahami lebih jauh tentang dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri.

Bogor, Desember 2011

RR. Utami Annastasia NIM. I34070069


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR . ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka ... 8

2.1.1 Pengertian Ekologi ... 8

2.1.2 Pengertian Industri... 8

2.1.2.1 Klasifikasi Industri ... 12

2.1.3 Dampak Pembangunan Industri ... 15

2.1.3.1 Ekologis ... 15

2.1.3.2 Sosial Ekonomi ... 15

2.1.4 Pembangunan Berkelanjutan ... 17

2.1.5 Strategi Pengendalian Limbah Industri ... 20

2.1.5.1 Pengendalian Limbah Industri ... 20

2.1.5.2 Pengolahan Limbah Industri ... 21

2.1.6 Interaksi Sosial ...………...………. 22 ………

2.1.7 Pengertian Konflik …...…..…...…...………...…....……...…....………. 23

2.2 Kerangka Konseptual ... 24

2.3 Kerangka Pemikiran ... 25

2.4 Hipotesis Penelitian ... 26

2.5 Definisi Konseptual ... 26

2.6 Definisi Operasional ... 27

BAB III PENDEKATAN LAPANG 3.1 Metode Penelitan ... 31

3.2 Jenis dan Sumber Data ... 31

3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 31

3.4 Teknik Penentuan Responden ………... 32

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 33

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Desa Sukadanau ... 34

4.1.1 Kondisi Geografis dan Infrastruktur Desa Sukadanau ... 34

4.1.2 Kependudukan Desa Sukadanau ... 35


(12)

4.2 Gambaran Umum Kampung Tangsi ... 39

4.3 Karakteristik Responden ... 39

4.4 Kegiatan Sosial Masyarakat ... 42

4.5 Ikhtisar ... 43

BAB V DAMPAK SOSIO-EKONOMIS AKIBAT INDUSTRI MANUFAKTUR 5.1 Pendahuluan Dampak Sosial Ekonomi ... 45

5.2 Struktur Pendapatan ... 45

5.3 Kondisi Tempat Tinggal ... 48

5.3.1 Status Kepemilikan Tempat Tinggal ... 49

5.3.2 Kondisi Fisik Tempat Tinggal ... 50

5.4 Kepemilikan Lahan ... 51

5.4.1 Rumah Tangga yang Memiliki Lahan ... 51

5.4.2 Luas Lahan ... 53

5.5 Persepsi Kesempatan Kerja ... 54

5.6 Konflik Akibat Aktivitas Industri ... 55

5.7 Hubungan Antar Masyarakat ... 57

5.8 Ikhtisar ... 60

BAB VI DAMPAK SOSIO-EKOLOGIS AKIBAT INDUSTRI MANUFAKTUR 6.1 Pendahuluan Dampak Sosial Ekologi ... 62

6.2 Persepsi Kualitas Air ... 62

6.3 Persepsi Kondisi Udara ... 65

6.4 Tingkat Kebisingan ... 68

6.4.1 Tingkat Kebisingan Mesin Produksi ... 68

6.4.2 Tingkat Kebisingan Kontainer dan Truk ... 70

6.5 Tingkat Kecelakaan ... 71

6.6 Tingkat Kesehatan ... 73

6.6.1 Jumlah Masyarakat Pengidap Penyakit ... 73

6.6.2 Frekuensi Pengobatan Penyakit ... 75

6.7 Ikhtisar ... 76

6.8 Analisis Pembangunan Berkelanjutan ... 78

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan ... 81

7.2 Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1 Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Desa Sukadanau,

2010 ... 36 Tabel 2 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa

Sukadanau, 2010 ……….……..…. 37

Tabel 3. Luas Lahan dan Persentasenya Menurut Penggunaan Lahan di

Desa Sukadanau, 2010 ……….. 39

Tabel 4 Ikhtisar Karakteristik Responden Kampung Tangsi, Desa

Sukadanau 2011 ……….……. 44

Tabel 5 Perubahan Luas Lahan yang dimiliki Masyarakat Kampung

Tangsi ………..………. 53

Tabel 6 Persentase Keikutsertaan Masyarakat dalam Kegiatan Pengajian

Kampung Tangsi, 2011 ………..……. 59 Tabel 7 Persentase Keikutsertaan Masyarakat dalam Kegiatan Gotong

Royong kampung Tangsi, 2011 ………..…... 60 Tabel 8 Dampak Sosial Ekologi Akibat Aktivitas Industri Manufaktur


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1 Sistem Identifikasi Pencemaran ... 12

Gambar 2 Hubungan Pilar Pembangunan Berkelanjutan ... 18

Gambar 3 Kerangka Konseptual ……….. 24

Gambar 4 Kerangka Berpikir... 25

Gambar 5 Mata Pencaharian Desa Sukadanau, 2010 .……….. 38

Gambar 6 Tingkat Pendidikan Responden Desa Sukadanau, 2010 …..… 40

Gambar 7 Kelompok Responden Berdasarkan Asal Kependudukan, 2011 ………... 41

Gambar 8 Jumlah Responden Berdasarkan Sektor Pekerjaan ………….. 42

Gambar 9 Pendapatan Rata-rata Rumah Tangga Desa Sukadanau Selama Satu Tahun Terakhir (Rupiah) ……….… 46

Gambar 10 Lapisan Sosial Desa Sukadanau Berdasarkan Struktur Pendapatan ……….... 48

Gambar 11 Status Tempat Tinggal Berdasarkan Lapisan Sosial ………... 49

Gambar 12 Kondisi Fisik Tempat Tinggal Berdasarkan Lapisan Sosial…. 50 Gambar 13 Kepemilikan Lahan Berdasarkan Lapisan Sosial ………. 52

Gambar 14 Persepsi Kesempatan Kerja di Kampung Tangsi Berdasarkan Lapisan Sosial ……….…... 55

Gambar 15 Tingkat Kedalaman Konflik Akibat Aktivitas Industri Berdasarkan Lapisan Sosial ……… 56

Gambar 16 Hubungan Sosial antar Masyarakat Lokal dengan Pendatang Berdasarkan lapisan Sosial ………... 58

Gambar 17 Persepsi Responden Mengenai Kondisi Air Sebelum Adanya Industri Berdasarkan Lapisan Sosial ………... 63

Gambar 18 Persepsi Responden Mengenai Kondisi Air Setelah Adanya Industri Berdasarkan Lapisan Sosial ………... 64

Gambar 19 Persepsi Responden Mengenai Kondisi Udara Sebelum Adanya Industri Berdasarkan Lapisan Sosial ………….…… 66

Gambar 20 Persepsi Responden Mengenai Kondisi Udara Setelah Adanya Industri Berdasarkan Lapisan Sosial ……….….. 67

Gambar 21 Persepsi Responden Mengenai Tingkat Kebisingan Mesin Produksi Berdasarkan Lapisan Sosial ……….……. 69

Gambar 22 Persepsi Responden Mengenai Tingkat Kebisingan Kendaraan Kontainer dan Truk Berdasarkan Lapisan Sosial ... 70


(15)

Gambar 23 Persepsi Responden Mengenai Tingkat Kecelakaan

Berdasarkan Lapisan Sosial ……….…… 72 Gambar 24 Tingkat Kesehatan Masyarakat Kampung Tangsi …………... 74 Gambar 25 Frekuensi Pengobatan Responden Berdasarkan Lapisan


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Tabel 1 Daftar Responden Kampung Tangsi, Desa Sukadanau Tahun

2011... 87

Tabel 2 Jadwal Penelitian di Desa Sukadanau Tahun 2011……….. 88

Gambar 1 Peta Desa Sukadanau Tahun 2011 ……… 89


(17)

1.1 Latar Belakang

Menurut Macklin (2009), pembangunan ekonomi tidak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses untuk meningkatkan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk pendapatan nasional. Oleh sebab itu, pembangunan ekonomi dipacu melalui upaya mendorong pertumbuhan ekonomi dan sebaliknya pertumbuhan ekonomi akan berdampak untuk memperlancar proses pembangunan ekonomi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Faktor tersebut diantaranya adalah sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan keahlian atau kewirausahaan.

Praktik pembangunan di banyak negara, setidaknya pada tahap awal pembangunan umumnya berfokus pada peningkatan produksi. Meskipun banyak berbagai pemikiran, pada dasarnya yang utama dalam pembangunan adalah pembentukan modal. Oleh karena itu, strategi pembangunan yang dianggap paling sesuai adalah akselerasi pertumbuhan ekonomi dengan mengundang modal asing dan melakukan industrialisasi. Peranan sumber daya manusia (SDM) dalam strategi semacam ini hanyalah sebagai “instrumen” atau salah satu “faktor produksi” saja. Manusia ditempatkan sebagai posisi instrumen dan bukan merupakan subyek dari pembangunan. Titik berat pada nilai produksi dan produktivitas telah mereduksi manusia sebagai penghambat maksimisasi kepuasan maupun maksimisasi keuntungan (Djojohadikusumo, 1960).

Pembangunan industri merupakan salah satu strategi pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan bangsa yang maju dan mandiri serta sejahtera


(18)

lahir batin, sebagai landasan bagi pembangunan tahap berikutnya menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Selain berperanan strategis untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi secara berkelanjutan dan meningkatkan produktivitas masyarakat, pembangunan industri juga berperan menciptakan lapangan usaha serta memperluas kesempatan kerja, meningkatkan serta menghemat devisa, mendorong pembangunan daerah, meningkatkan serta memeratakan pendapatan masyarakat dan mengentaskan kemiskinan. Proses industrialisasi dalam pembangunan industri juga penting dalam mendukung berlangsungnya perubahan tata nilai masyarakat dan pranata sosial yang lebih dinamis dan berkualitas (Supardi, 2003).

Perkembangan industri banyak terjadi di berbagai bidang kehidupan manusia. Misalnya industri manufaktur, industri pertambangan, industri pariwisata, industri pertanian dan peternakan. Adanya pembangunan dengan kemajuan teknologi yang terbawa oleh industrialisasi akan membawa dampak pada kehidupan manusia seperti dalam aspek sosial, ekonomi dan lingkungan. Dampak yang ditimbulkan akan berdampak positif maupun negatif. Dampak positif, dapat dilihat dari kemajuan pembangunan yang menambah anggaran negara. Sedangkan dampak negatif terlihat jelas bahkan telah dirasakan oleh sebagian penduduk dunia adalah kerusakan lingkungan baik di tingkat lokal maupun di tingkat global. Kerusakan atau degradasi lingkungan juga dapat menurunkan laju pembangunan ekonomi tingkat produktivitas sumber daya alam yang semakin berkurang, munculnya berbagai masalah kesehatan dan gangguan kenyamanan hidup serta perubahan yang ditimbulkan dari pembangunan itu sendiri seperti sering terjadi konflik antar sesama manusia, persaingan dalam mencari pekerjaan serta kerusakan ekologi karena teknologi yang tidak ramah lingkungan.

Menurut Supardi (2003), pemanasan global yang disebabkan oleh emisi gas penyebab efek rumah kaca adalah suatu keniscayaan. Perkembangan industri dan pembangunan di seluruh dunia banyak ikut andil dalam penciptaan pemanasan global. Meskipun tidak sedikit juga upaya untuk menekan atau mencegah peningkatan pemanasan global, baik di level internasional, nasional,


(19)

maupun lokal. Pemanasan global dan perubahan iklim mempersulit kehidupan masyarakat pada umum, padahal sumbangan mereka terhadap emisi gas rumah kaca sangat sedikit dibandingkan Negara-negara industri. Menurut Toruan dalam Oetama (1990) gejala memanasnya bola bumi akibat efek rumah kaca (greenhouse effect) akibat menipisnya lapisan ozon, menciutnya luas hutan tropis, dan meluasnya gurun, serta melumernnya lapisan es di Kutub Utara dan Selatan Bumi dapat dijadikan sebagai indikasi dari terjadinya pencemaran lingkungan kerena penggunaan energi dan berbagai bahan kimia secara tidak seimbang. Hal tersebut diindikasikan oleh teknologi yang semakin maju.

Pembangunan yang menggunakan lahan, misalnya industri, telah menimbulkan masalah konversi lahan yang rawan dan menaikan tekanan penduduk yang selanjutnya akan meningkatkan laju kerusakan lingkungan. Masalah pencemaran lingkungan hidup, secara teknis telah didefinisikan dalam UU No. 4 Tahun 1982, yakni masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat lagi berfungsi sesuai sebagaimana mestinya. Teknologi yang lahir akibat era globalisasi, sehingga membawa masyarakat untuk terus mengadakan pembangunan yang akhirnya akan berakibat pada lingkungan. Apalagi teknologi yang digunakan tidak ramah lingkungan, sehingga lingkungan akan semakin rusak (Supardi, 2003).

Menurut Kristanto (2004) faktor terpenting dalam permasalahan lingkungan adalah besarnya populasi manusia (laju pertambahan penduduk), sebab dengan tingkat pertambahan penduduk yang tinggi, kebutuhan pangan, bahan bakar, pemukiman, dan kebutuhan-kebutuhan dasar lain juga akan meningkat pula, yang pada akhirnya akan meningkatkan limbah domestik maupun limbah industri, yang pada akhirnya mengakibatkan terjadinya perubahan besar pada kualitas lingkungan hidup, terutama di Negara sedang berkembang, dimana tingkat ekonomi dan tingkat penguasaan teknologi masih rendah.


(20)

Salah satu kawasan industri besar di Indonesia adalah Kecamatan Cibitung, Kabupaten Cikarang Barat yang termasuk juga Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Daerah ini merupakan kawasan yang tingkat pencemaran limbahnya tinggi karena berbagai industri misalnya seperti industri obat-obatan, makanan, ban atau karet, terletak disana, sehingga banyak mempengaruhi pola kehidupan masyarakat di berbagai sektor. Seperti perubahan ekologis dan sosio-ekonomi masyarakat yang hidup di sekitar kawasan industri tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Negara-negara sedang berkembang secara umum keadaannya sangat berbeda dengan Negara-negara maju. Tingkat hidup masih rendah, produksi bahan makanan masih belum cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduknya sehingga kekurangan pangan masih sering terjadi, bahaya erosi, kekeringan dan banjir merupakan ancaman yang hampir terjadi setiap tahun. Dengan kondisi tersebut diatas, untuk memecahkan atau paling tidak mengurangi masalah tersebut Negara-negara berkembang, harus melaksanakan pembangunan. Tanpa pembangunan, kesejahteraan Negara-negara berkembang akan semakin menurun, yang pada akhirnya akan membawa kehancuran. Karena sebagian dari pembangunan tersebut membutuhkan teknologi tinggi, misalnya bendungan, pelabuhan, industri untuk mengolah sumberdaya alam, maka negara-negara berkembang tidak dapat menolak penggunaan teknologi tinggi. Walaupun pembangunan dapat memecahkan sebagian masalah sebagaimana disebutkan di atas, namun pengalaman menunjukan bahwa pembangunan dapat dan telah menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Dengan adanya dampak negatif tersebut maka perlu diperhatikan lagi bentuk kebijaksanaan dan corak pembangunan yang akan dilaksanakan (Supardi, 2003).

Pembangunan pada suatu negara berkembang selalu didasarkan pada pemanfaatan sumberdaya alam. Semakin banyak negara tersebut memiliki sumberdaya alam dan memanfaatkannya dengan seefisien mungkin, maka semakin baik harapan akan tercapainya keadaan kehidupan ekonomi yang baik untuk jangka panjang. Tujuan pembangunan suatu negara pada dasarnya adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, atau dengan kata


(21)

lain meningkatkan kualitas hidup. karena kualitas hidup berkaitan dengan kualitas lingkungan, sedangkan lingkungan merupakan sumberdaya, maka kualitas hidup juga berkaitan dengan sumberdaya. Jadi pada intinya pembangunan merupakan suatu upaya untuk dapat meningkatkan manfaat yang didapat dari sumberdaya Supardi, 2003).

Manusia sebagai subjek dan objek pembangunan merupakan sumberdaya utama pembangunan yang akan menentukan berhasil atau tidaknya pembangunan yang dilaksanakan. Keberhasilan suatu pembangunan pada dasarnya ditentukan oleh kualitas dan kuantitas sumberdaya manusianya. Penduduk yang terlalu padat akan membuat setiap orang menggunakan persediaan yang ada di bumi seperti air, tanah, bahan bakar, logam, bahan makanan, dan yang pada akhirnya akan mengakibatkan semua sumber tersebut habis jika tidak digunakan seefisien dan sebijaksana mungkin (Kristanto, 2004).

Manusia banyak menciptakan gaya hidup yang bersifat konsumtif sehingga mendorong terciptanya kesenjangan sosial pada masyarakat negara tersebut. Gaya hidup konsumtif dan kesenjangan sosial merupakan kondisi lingkungan yang tidak mendukung pembangunan. Sebagai bagian dari lingkungan hidupnya, maka kualitas sumberdaya manusia harus pula mencakup sikapnya terhadap lingkungan (Kristanto, 2004).

Pemerintah sebagai pembuat kebijakan, terus mendukung dilaksankannya pembangunan karena tujuannya yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Tetapi disamping itu, pemerintah negara khususnya negara berkembang kurang memperhatikan kualitas lingkungan dengan adanya pembangunan tersebut, karena hanya bermotif ekonomi. Oleh karena itu pemerintah harus lebih mencanangkan program pembangunan ramah lingkungan agar kualitas lingkungan tetap terjaga (Supardi, 2003).

Pembangunan yang banyak dilakukan dalam bidang industri banyak menimbulkan permasalahan-permasalahan baru. Permasalahan yang ditimbulkan oleh perkembangan industri dalam pembangunan perlu mendapatkan perhatian besar karena dampak yang ditimbulkan mencakup ketahanan hidup manusia. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh industri sangat terlihat jelas, baik bagi


(22)

masyarakat maupun lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu upaya nyata dalam mengatasi dampak tersebut dengan kerjasama antar berbagai stakeholder. Hal ini disebabkan agar para pemangku kepentingan dapat mengendalikan dampak negatif yang ditimbulkan akibat pembangunan. Studi pustaka ini berfokus pada perkembangan industri manufaktur yang banyak menimbulkan dampak negatif di kawasan yang banyak penduduknya yaitu di perkotaan. Begitu juga dampak dari timbulnya pembangunan dalam aspek sosial, ekonomi, dan ekologis. Terkait hal tersebut, perumusan masalah dalam studi pustaka ini dapat terlihat dari dua pertanyaan dibawah ini.

1. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan industri manufaktur dalam aspek sosial ekonomi masyarakat disekitar kawasan industri ?

2. Bagaimana dampak yang ditimbulkan oleh perkembangan industri manufaktur dalam aspek ekologis terhadap kualitas kehidupan masyarakat di sekitar kawasan industri ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui dan memahami dampak perkembangan industri manufaktur dalam aspek sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan industri.

2. Mengetahui dan memahami dampak perkembangan industri manufaktur dalam aspek ekologis terhadap kualitas kehidupan masyarakat.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk mengkaji dampak sosio-ekologis dan sosio-ekonomis yang ditimbulkan kegiatan industri manufaktur khususnya masyarakat Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi. Bagi penulis tulisan ini berguna sebagai landasan awal untuk melakukan studi


(23)

lapang/skripsi selanjutnya dan memperoleh pemahaman serta pengetahuan baru terkait kegiatan industri dan dampaknya. Bagi civitas akademik diharapkan tulisan ini menjadi referensi dalam melakukan penelitian-penelitian mengenai dampak dari kegiatan industri khususnya industri manufaktur. Sementara itu, bagi pemerintah dan masyarakat diharapkan tulisan ini dapat menjadi alternatif untuk membuat suatu program pengendalian pencemaran lingkungan.


(24)

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Pengertian Ekologi

Menurut Supardi (2003), yang dimaksud dengan ekologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antarmakhluk hidup sebagai suattu kesatuan dengan lingkungannya, yang didalamnya tercakup faktor-faktor fisik, biologis, sosioekonomi dan juga politis. Hubungan ini bersifat timbal balik dan membentuk suatu sistem yang disebut dengan ekosistem. Hubungan timbal balik ini, diperlukan adanya keselarasan ekologi, yaitu suatu keadaan dimana makhluk hidup ada dalam hubungan yang harmonis dengan lingkungannya, sehingga terjadi keseimbangan interaksi antar makhluk hidup dengan lingkungannya.

Menurut Soemarwoto (1991), secara harfiah ekologi dapat diartikan sebagai ilmu tentang makhluk hidup didalam rumahnya atau ilmu tentang rumah tangga makhluk hidup. Yang menjadi rumahnya ialah lingkungan tempat ia hidup. Didalam lingkungannya ini sejenis makhluk hidup, sebagai individu atau sebagai kelompok, tidak hidup sendirian melaikan hidup bersama-sama dengan jenis makhluk hidup lain. Antara jenis dan individu makhluk hidup yang satu dengan jenis dan individu makhluk hidup yang lain terjadi interaksi dan saling mempengaruhi. Adanya tukar menukar informasi, energi, dan materi antara makhluk hidup dengan lingkungannya itu, ekologi dapat juga dianggap sebagai ilmu yang mempelajari ekonomi rumah tangga.

2.1.2 Pengertian Industri

Menurut Latief, dkk. (1991), pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dan pemerataan pembangunan dalam bentuk penyediaan lapangan pekerjaan maupun penyediaan barang dan jasa. Menurut Kristanto (2004), industrialisasi menempati posisi sentral dalam pembangunan ekonomi masyarakat di dunia ketiga dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan kemakmuran dan mobilitas perorangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada sebagian penduduk dunia,


(25)

terutama di negara-negara maju. Bagi negara berkembang, industri sangat esensial untuk memperluas landasan pembangunan dan memenuhi kebutuhan masyarakat yang terus meningkat. Banyak kebutuhan manusia hanya dapat dipenuhi oleh barang dan jasa yang disediakan dari sektor industri.

Salah satu sektor kegiatan ekonomi yang peningkatan dan perkembangannya cukup tinggi yaitu kegiatan sektor industri, dimana hal ini ditandai dengan pesatnya pertumbuhan sektor industri pada dekade terakhir ini (Latief, dkk. 1991). Setiap bangsa membutuhkan dan berhak mencita-citakan basis industri yang efisien untuk memenuhi kebutuhan masyarakatnya yang terus berubah. Industri mengekstraksi material dari basis sumberdaya alam, dan memasukkan baik produk maupun limbah ke lingkungan hidup manusia. Dengan kata lain, industri mengakibatkan berbagai perubahan dalam pemanfaatan energi dan sumberdaya alam. Industri telah meningkatkan permintaan (demand) akan sumberdaya alam (yang tak terperbaharui) dan “memaksakan” daya tamping sistem alam untuk menyerap hasil sampingan yang berupa limbah. Dengan memahami dan mengidentifikasi resiko sedini mungkin, menetapkan cara-cara penilaian dan pengendalian bahaya yang ada dan yang baru, maka kesehatan masyarakat dapat ditingkatkan dan manfaat industrialisasi dapat diperoleh tanpa mengakibatkan terjadinya degradasi kesehatan manusia dan lingkungan (Kristanto, 2004).

Perekonomian negara-negara maju yang terus meningkat juga telah meningkatkan pendapatan perorangan sebagian besar penduduk, kesempatan memperoleh pendidikan semakin besar, meningkatkan standar hidup (termasuk kesehatan lingkungan yang lebih baik). Perekonomian negara sedang berkembang juga terus memperbaiki kemajuan melalui pembangunan. Namun demikian, perkembangan ekonomi tersebut menghadirkan perubahan-perubahan di berbagai sektor kehidupan. Tiga jenis perubahan yang perlu mendapat perhatian karena pengaruhnya terhadap kualitas kehidupan akibat pembangunan adalah:

1. Penghasilan individu yang meningkat 2. Bertambahnya kemakmuran secara nasional


(26)

3. Infrastruktur ekonomi yang memenuhi kebutuhan kesehatan.

Perubahan penghasilan telah memungkinkan perbaikan pada gizi makanan, perumahan, dan pelayanan kesehatan, walaupun peningkatan kemakmuran dan hal-hal yang berhubungan dengan gaya hidup (life style) juga sering menimbulkan persoalan baru bagi kesehatan. Pertumbuhan industri dapat mengakibatkan menurunnya kesehatan jika tidak diikuti dengan pengendalian pencemaran (Kristanto, 2004).

Pada dasarnya kegiatan suatu industri adalah mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Pengamatan terhadap sumber pencemar sektor industri dapat dilaksanakan pada masukan, proses maupun pada keluarannya dengan melihat spesifikasi dan jenis limbah yang diproduksi. Pencemaran yang ditimbulkan oleh industri diakibatkan adanya limbah yang keluar dari pabrik dan mengandung bahan beracun dan berbahaya (B-3). Bahan pencemar keluar bersama-sama dengan bahan buangan (limbah) melalui media udara, air, dan tanah yang merupakan komponen ekosistem alam. Bahan bangunan yang keluar dari pabrik dan masuk ke lingkungan dapat diidentifikasikan sebagai sumber pencemaran, dan sebagai sumber pencemaran perlu diketahui jenis bahan pencemar yang dikeluarkan, kuantitas dan jangkauan pemaparannya (Kristanto, 2004).

Menurut Kristanto (2004), antara satu pabrik dengan pabrik lainnya berbeda jenis dan jumlah bahan pencemar yang dikeluarkannya, tergantung pada bahan baku yang digunakan, proses dan cara kerja karyawan dalam pabrik. Pencemaran terjadi akibat bahan beracun dan berbahaya dalam limbah lepas masuk ke dalam lingkungan sehingga terjadi perubahan terhadap kualitas lingkungan. Sumber bahan beracun dan berbahaya dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Industri kimia organik maupun anorganik

2. Penggunaan B-3 sebagai bahan baku atau bahan penolong 3. Proses kimia, fisika dan biologi di dalam pabrik.

Lingkungan sebagai wadah penerima akan menyerap bahan limbah tersebut sesuai dengan kemampuan asimilasinya, dimana wadah penerima (air,


(27)

udara, tanah) masing-masing mempunyai karakteristik yang berbeda, misalnya air pada suatu saat dan tempat tertentu akan berbeda karakteristiknya dengan air pada tempat yang sama tetapi pada saat yang berbeda. Perbedaan karakteristik air tersebut merupakan akibat peristiwa alami dan juga pengaruh faktor lain. Kemampuan lingkungan untuk memulihkan diri sendiri karena interaksi pengaruh luar, disebut dengan daya dukung lingkungan. Daya dukung lingkungan antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya berbeda. Beberapa komponen lingkungan dan faktor yang mempengaruhinya ikut menetapkan nilai daya dukung lingkungan (Kristanto, 2004).

Bahan pencemar yang masuk ke dalam lingkungan akan berinteraksi dengan satu atau lebih komponen lingkungan. Perubahan komponen lingkungan secara fisika, kimia, dan biologi sebagai akibat dari adanya bahan pencemar akan mengakibatkan perubahan nilai lingkungan yang disebut dengan perubahan kualitas lingkungan. Limbah yang mengandung bahan pencemar akan mengubah kualitas lingkungan bila lingkungan tersebut tidak mampu memulihkan kondisinya sesuai dengan daya dukung yang ada padanya. Oleh karena itu sangat perlu diketahui sifat limbah dan komponen bahan pencemar yang terkandung di dalam limbah tersebut. Penggunaan air yang berlebihan, sistem pembuangan yang belum memenuhi syarat, karyawan yang kurang terampil adalah beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam mengidentifikasikan sumber pencemaran (Kristanto, 2004).

Perlu dilakukan penetapan kualitas lingkungan mengingat program industrialisasi sebagai salah satu kemakmuran suatu bangsa tidak berbalik menjadi sumber malapetaka dan bencana bagi negara tersebut. Pada Gambar 1 ditunjukkan sistematika identifikasi pencemar pada suatu pabrik.


(28)

Gambar 1. Sistem Identifikasi Pencemaran

Kualitas lingkungan pada suatu periode dan lokasi tertentu perlu diketahui dalam kaitannya dengan perencanaan proyek industri. Setiap industri yang akan berdiri di lokasi tersebut harus mengetahui kondisi lingkungan sekitar, sehingga kehadiran pabrik tersebut tidak mengakibatkan rusaknya lingkungan. Monitoring terhadap pengaruh limbah dapat dilakukan setiap saat sampai kualitas lingkungan mengalami perubahan (Kristanto, 2004).

2.1.2.1 Klasifikasi Industri

Menurut Supardi (2003), strategi pembangunan perekonomian yang banyak dilakukan oleh negara berkembang untuk meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya yaitu dengan mengembangkan industri-industri di berbagai wilayah. Industri yang banyak berkembang di Indonesia dapat diklasifikasikan kedalam berbagai bidang seperti dibawah ini beserta dampak yang ditimbulkannya.

1. Industri Pertanian

Pembangunan pertanian yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas pertanian yaitu dengan mengadakan pembaharuan dalam proses pengelolaannya dari penggunaan alat-alat tradisional ke pengguanaan teknologi modern. Produksi yang ditingkatkan ini dapat

Pra Proses

1.Pencucian

2.Pencampuran

3.Pengolahan

4.Penyimpanan

Daur ulang limbah

Produk 1.Utama 2.Sampingan 3.Antara 4.limbah Bahan Baku dan Bahan Penolong 1.Air 2.Bahan bakar Pengadaan 1.Penyimpanan

2.Perlakuan Proses

Limbah non-ekonomis

1. Bocoran

2. Tumpahan


(29)

memberikan keuntungan pada lingkungan melalui perbaikan tanah dan teknik pengolahan air, atau melalui frekuensi penggunaan tanah. Tetapi dalam hal ini, dapat pula menimbulkan dampak yang tidak diinginkan sebagai akibat dari penggunaan teknologi modern untuk meningkatkan produksi tersebut pada lingkungan, baik yang bersifat sementara maupun permanen. Dengan adanya komplikasi ekologi yang sering menyertai peningkatan hasil produksi, maka pada setiap pengaruh positif dari peningkatan produksi tidak pula mengabaikan kemungkinan timbulnya hal-hal negatif.

Penggunaan zat-zat tertentu seperti insektisida, fungisida dan herbisida untuk membasmi hama tanaman, hewan dan gulma yang bisa mengganggu produksi tanaman merupakan hal negatif yang menimbulkan komplikasi lingkungan.

2. Industri Pertambangan

Industri pertambangan, yaitu industri yang mengolah bahan mentah yang berasal dari hasil pertambangan. Menurut jenis yang dihasilkan di Indonesia terdapat antara lain pertambangan minyak dan gas bumi, logam-logam mineral, bahan organik dan lain-lain. Pembangunan dan pengelolaan bidang pertambangan perlu diserasikan dengan bidang energi dan bahan bakar serta dengan pengembangan wilayah juga dengan peningkatan pengawasan yang menyeluruh.

Pencemaran lingkungan sebagai akibat pengelolaan pertambangan umumnya disebabkan oleh faktor kimia, faktor fisik dan faktor biologis. Pencemaran ini biasanya lebih banyak terjadi di dalam lingkungan pertambangan daripada di luar pertambangan. Keadaan tanah, air, dan udara setempat dari tambang mempunyai pengaruh yang timbal balik dengan lingkungannya. Sebagai contoh pencemaran lingkungan oleh CO sangat dipengaruhi oleh kerenggangan udara, tekanan panas bergantung kepada keadaan suhu, kelembapan, dan aliran udara setempat.


(30)

Dalam pertambangan dan pengolahan minyak bumi misalnya mulai dari eksplorasi, produksi, pemurnian, pengolahan, pengangkutannya serta kemudian penjualannya tidak lepas dari berbagai bahaya seperti bahaya kebakaran, pengotoran lingkungan oleh banhan-bahan minyak yang berakibat kerusakan fauna dan flora, pencemaran akibat penggunaan berbagai bahan kimia dan keluarnya gas-gas atau uap-uap ke udara pada proses pemurnian dan pengolahan, pencemaran udara oleh pembakaran gas dan sebagainya.

3. Industri Manufaktur

Bertambahnya penduduk dengan cepat mengakibatkan tekanan pada sektor penyedian fasilitas tenaga kerja yang tidak mungkin dapat ditampung di sektor pertanian. Maka untuk perluasan kesempatan kerja, sektor industri manufaktur perlu ditingkatkan baik secara kualitas maupun kuantitas. Industri manufaktur yang banyak dilakuakan di kawasan yang mudah dijangkau, industri ini banyak membawa akibat rusaknya lingkungan hidup. Selain peningkatan produksi akan menambah perekonomian negara dan masyarakat yang bekerja di industri manufaktur, tetapi pada pengelolaannya banyak menimbulkan dampak negatif pada masyarakat yang hidup disekitarnya. Misalnya limbah yang dikeluarkan oleh indutri tersebut ke dalam air sungai tanpa ada pengolahan terlebih dahulu sehingga membahayakan kesehatan masyarakat yang menggunakan air tersebut.

4. Industri Pariwisata

Pembangunan pariwisata merupakan salah satu pembangunan yang perlu dikembangkan karena dari sektor ini dapat meningkatkan penerimaan devisa negara, memperluas lapangan kerja serta memperkenalkan kebudayaan bangsa dan tanah air. Penanaman modal di bidang pariwisata ini secara finansial akan menguntungkan bagi penyenggara dan secara langsung lebih menyejahterahkan masyarakat disekeliling objek pariwisata. Disamping itu adanya keuntungan secara ekonomi tadi tidak mengabaikan kemungkinan terjadinya aspek-aspek


(31)

negatif terhadap kelestarian lingkungan, baik secara fisik maupun sosial budaya.

2.1.3 Dampak Pembangunan Industri

Dampak diartikan sebagai adanya suatu benturan antara dua kepentingan yang berbeda, yaitu kepentingan pembangunan dengan kepentingan usaha melestarikan kualitas lingkungan yang baik. Dampak yang diartikan dari benturan antara dua kepentingan itupun masih kurang tepat karena yang tercermin dari benturan tersebut hanyalah kegiatan yang menimbulkan dampak negatif. Pengertian ini pula yang dahulunya banyak di tentang oleh para pemilik atau pengusul proyek (Kristanto, 2004).

2.1.3.1 Ekologis

Pembangunan industrialisasi yang terjadi, jika tidak diseimbangkan dengan teknologi yang ramah lingkungan akan menimbulkan krisis ekologi. Hal ini berdampak pada terjadinya kelangkaan sumberdaya (khususnya pangan), terjadinya berbagai bencana lokal dan pembangunan, dan munculnya konflik wilayah hidup (Kartodiharjo, 2006). Kelangkaan pangan sudah pasti terjadi jika lahan pertanian terus menerus dialihkan penggunaanya, padahal lahan pertanian merupakan sektor terpenting dalam penyedia kebutuhan pangan manusia. Sementara konflik wilyah muncul akibat semakin meningkatnya persaingan antar berbagai aktor. Dalam aspek ekologi, pembangunan industrialisasi dapat berdampak pada terganggunya ketahanan daya dukung lingkungan dimana jika pembangunan tersebut terus menerus dilakukan tanpa adanya pengendalian dan pengolahan yang baik, dapat menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan, seperti banjir, naiknya permukaan air laut, sedimentasi dan penurunan penutupan lahan. Hal ini dapat dilihat dari berbagai bencana alam yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini. Sebagai contoh terjadinya banjir di daerah Bogor-Jakarta pada bulan Februari 2010 merupakan bencana alam yang menurut Satria (2010) merupakan bencana alam akibat faktor alam dan faktor manusia (antropogenetik).


(32)

2.1.3.2 Sosial Ekonomi

Dalam masyarakat dampak yang terjadi pada suatu proyek pembangunan manusia sifatnya kompleks dan tidak sama untuk semua tempat. Dampak positif untuk suatu tempat dapat menjadi negatif untuk tempat lain. Selain itu juga dikenal apa yang disebut dampak langsung atau dampak tidak langsung, sebagai contoh misalnya akibat banyaknya proyek pembangunan dapat meningkatkan pendapatan dan menimbulkan peningkatan gizi, dan kesehatan, meningkatkan daya beli sehingga meningkatkan pula permintaan akan barang, pendidikan dan jasa lainnya. Akibat ini semua akan menimbulkan dampak pada hubungan antar manusia seperti perpindahan mata pencaharian, perpindahan tempat pemukiman, mobilitas dan sebagainya yang akhirnya timbul dampak yang saling kait-mengait pada suatu pihak berdampak positif dan dilain pihak berdampak negatif. Pendugaan dampak seperti ini jelas tidak dapat dihitung secara matematik sehingga pendugaan hanya dapat dilakukan secara deskriptif kualitatif (Supardi, 2003).

Menurut Soemarwoto (1991), beberapa dampak negatif mengandung risiko dapat menyebabkan pembangunan menjadi tidak terlanjutkan, yaitu sosial-ekonomi: ketegangan sosial, penurunan tingkat hidup, kesenjangan yang membesar, kenaikan tekanan penduduk dan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran.

Dampak dari dibangunnya kawasan industri terhadap aspek kesempatan kerja, disatu sisi akan membuka lapangan pekerjaan yang lebih besar didaerah tersebut dan disisi lain adalah hilangnya mata pencaharian sebagian penduduk yang tanahnya digunakan untuk kawasan industri, sementara langkah untuk memanfaatkan petani yang tergusur itu sebagai tenaga kerja yang siap pakai untuk kegiatan industri masih dipertanyakan. Dampak dari adanya kegiatan di kawasan industri terhadap aspek ekonomi adalah timbulnya kegiatan-kegiatan lain berupa kegiatan perdagangan dan jasa serta tumbuhnya pusat-pusat kegiatan ekonomi baru. Selain itu muncul pemukiman baru guna menampung tenaga kerja untuk industri yang akan menimbulkan sektor kegiatan baru didaerah sekitarnya. Hal tersebut merupakan dampak lain dari dibangunnya kawasan insdutri. Dampak


(33)

terhadap aspek sosial budaya adalah berubahnya tatanan kehidupan sosial budaya masyarakat akibat dari timbulnya tenaga pendatang dari luar daerah. Adanya pendatang dari luar daerah dengan kehidupan serta latar belakang sosial budaya yang berbeda, mulai dirasakan membawa pergeseran terhadap kehidupan sosial budaya masyarakat setempat. Guna menghindari terjadinay ketegangan antara pendatang dengan penduduk setempat, maka perlu diciptakan iklim keterbukaan diantara mereka (Latief, dkk, 1991).

2.1.4 Pembangunan Berkelanjutan

Kata “pembangunan” dalam bahasa Inggris selaras dengan kata “development” yang berasal dari kata to develop yang artinya menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan atau mengubah secara bertahap. Everest M.Rogers (2006), mendefinisikan pembangunan sebagai suatu proses partisipasi di segala bidang dalam perubahan sosial dalam suatu masyarakat, dengan tujuan membuat kemajuan sosial dan material (termasuk pemerataan, kebebasan serta berbagai kualitas lainnya secara lebih besar bagi sebagian besar mayarakat dengan kemampuan mereka yang lebih besar untuk mengatur lingkungannya.

Inayatullah dalam Zulkarimen Nasution (2001) mengungkapkan bahwa pembangunan adalah perubahan menuju pola-pola masyarakat yang memungkinkan realisasi yang lebih baik dari nilai-nilai kemanusiaan yang memungkinkan suatu masyarakat mempunyai kontrol yang lebih besar terhadap lingkungannya dan terhadap tujuan politiknya, dan yang memungkinkan warganya memperoleh kontrol yang lebih terhadap diri mereka sendiri individu-individu. Sementara Riyadi dalam Totok Mardikanto (2010) menyatakan bahwa pembangunan adalah suatu usaha atau proses perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu hidup suatu masyarakat (dan individi-individu di dalamnya) yang berkehendak dan melaksanakan pembangunan itu.

Dissyanake dalam Sumadi Dilla (2007) mendefinisikan pembangunan sebagai proses perubahan sosial yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup dari seluruh atau mayoritas masyarakat tanpa merusak lingkungan alam dan kultural tempat mereka berada dan berusaha melibatkan sebanyak mungkin anggota masyarakat dalam usaha ini dan menjadikan mereka penentu dari tujuan mereka


(34)

sendiri. Pada sisi lain, Katzs dalam Abu Huraerah (2008) mengartikan pembangunan sebagai proses yang lebih luas dari masyarakat terhadap suatu keadaan kehidupan yang kurang bernilai kepada keadaan yang lebih bernilai.

Menurut Sumarwoto dalam Sugandhy dan Hakim (2007), pembangunan berkelanjutan didefinisikan sebagai perubahan positif sosial ekonomi yang tidak mengabaikan sistem ekologi dan sosial di mana masyarakat bergantung kepadanya. Keberhasilan penerapannya memerlukan kebijakan, perencanaan, dan proses pembelajaran sosial yang terpadu, viabilitas politiknya tergantung pada dukungan penuh masyarakat melalui pemerintahannya, kelembagaan sosialnya, dan kegiatan dunia usahanya. Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menyatakan bahwa pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup adalah upaya sadar, dan terencana dalam proses pembangunan, berbasis lingkungan hidup untuk menjamin kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan. Menurut Prof. Dr. Emil Salim dalam Utomo (tanpa tahun), pembangunan berkelanjutan (sustainable development) diartikan sebagai suatu proses pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam dan sumber daya manusia dengan menyerasikan sumber alam dan manusia dalam pembangunan.

Menurut Salim, konsep pembangunan berkelanjutan didasari oleh lima ide pokok besar yaitu pertama, proses pembangunan harus berlangsung secara berlanjut, terus-menerus, dan kontinyu, yang ditopang oleh sumber daya alam, kualitas lingkungan, dan manusia yang berkembang secara berlanjut pula. Kedua, sumber daya alam (terutama udara, air, dan tanah) memiliki ambang batas, di mana penggunaannya akan menurunkan kuantitas, dan kualitasnya. Ketiga, kualitas lingkungan berkorelasi langsung dengan kualitas hidup. Keempat, bahwa pola penggunaan sumber daya alam saat ini seharusnya tidak menutup kemungkinan memilih pilihan lain di masa depan. Kelima, pembangunan berkelanjutan mengandaikan solidaritas transgenerasi, sehingga kesejahteraan bagi generasi sekarang tidak mengurangi kemungkinan bagi generasi selanjutnya untuk meningkatkan kesejahteraannya pula.


(35)

Pembangunan berkelanjutan berkonsentrasi pada pilar pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan secara sekaligus. Ketiga pilar tersebut terkadang disamakan dengan P3 Concept, yaitu people, planet, and profits (Kemp dan Martens, 2007 dalam Adrianto, 2009), tetapi mereka tidaklah berbeda secara prinsipil. Secara sederhana, hubungan ketiga pilar tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2. Hubungan Pilar Pembangunan Berkelanjutan

Pilar lingkungan (environment) adalah wilayah yang mengalami dampak ekologis langsung akibat usulan kebijakan atau proyek. Sementara itu, lingkup keberlanjutan ekonomi (economic) dan sosial (social) adalah batas administratif lokal. Apabila dampak ekonomi dan sosial dirasakan lintas wilayah, maka batas administrasi yang digunakan adalah semua wilayah yang terkena dampak. Menurut Kemp dan Martens (2007) dalam Adrianto (2009) ekonomi menunjuk pada pekerjaan dan kesejahteraan; lingkungan pada kualitas lingkungan, biodiversitas, dan sumber daya alamiah; dan sosial pada kesehatan, kekerabatan sosial, dan kesempatan bagi self-development attributable untuk pendidikan dan kebebasan.

Menurut Sugandhy dan Hakim (2009) setiap keputusan pembangunan harus memasukkan berbagai pertimbangan yang menyangkut aspek lingkungan, di samping pengentasan kemiskinan dan pola konsumsi sehingga hasil pembangunan benar-benar akan memberikan hasil yang baik bagi peningkatan


(36)

kualitas hidup manusia. Pertimbangan lingkungan yang menyangkut ekonomi lingkungan, tata ruang, AMDAL dan social cost harus diinternalisasi dalam setiap pembuatan keputusan pembangunan untuk dapat mewujudkan hal ini, keterpaduan antar sektor, antar wilayah dan daerah dengan melibatkan semua stakeholders, menjadi suatu keharusan sehingga diperlukan koordinasi yang mantap.

2.1.5 Strategi Pengendalian Limbah Industri 2.1.5.1 Pengendalian Limbah Industri

Pengendalian pencemaran yang berkaitan dengan limbah industri mempunyai beberapa motivasi dilihat dari kondisi lingkungan tempat sumber pencemar berada. Bagaimanapun bila lingkungan sudah terlanjur rusak maka akan sangat sulit untuk memulihkannya seperti semula. Untuk memulihkannya tentu membutuhkan biaya yang sangat besar. Kenyataan ini seharusnya dapat menyadarkan manusia agar selalu memulai mengendalikan sebelum keadaan menjadi semakin parah (Kristanto, 2004).

Menurut Kristanto (2004), usaha pengendalian dapat dilakukan melalui berbagai upaya. Pembangunan industri di Indonesia selam 20 tahun terakhir yang lebih menitik-beratkan pada aspek pertumbuhan ekonomi telah merangsang pertumbuhan sektor lain sehingga menjadi tidak seimbang. Aspek sosial-budaya, aspek lingkungan dan aspek pencemaran nampak seperti diabaikan. Setelah muncul berbagai masalah lingkungan barulah disadari bahwa pembangunan berwawasan lingkungan merupakan suatu keharusan dalam menciptakan masyarakat seutuhnya. Pemilihan teknologi dalam pembangunan berwawasan lingkungan tidak semata-mata didasarkan pada kemampuan teknologi yang digunakan untuk menciptakan produk andalan dari segi kualitas dan kuantitas, melainkan juga kemampuan dari teknologi yang digunakan untuk memproduk limbah seminimal mungkin. Pelaksanaan pengendalian pencemaran yang diakibatkan oleh limbah industri dalam kaitannya dengan pembangunan berwawasan lingkungan bertujuan untuk memaksimalkan dampak postif dan meminimalkan dampak negatif. Optimalisasi semacam ini nampaknya mudah, tetapi pelaksanaannya mengalami berbagai hambatan, seperti faktor politis dan


(37)

sosial-budaya. Ada kalanya beberapa unsur lingkungan harus dikorbankan untk mengejar tujuan yang lebih luas, tetapi bagaimanapun prinsip teknologi serasi lingkungan harus senantiaasa mendapat kesempatan pertama.

1. Teknologi Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Teknologi pencegahan dan penanggulangan pencemaran adalah sistem perencanaan dan pengaturan buangan (limbah) dengan bantuan berbagai fasilitas peralatan.

2. Teknologi Serasi Lingkungan. Penanggulangan pencemaran akibat industri dititik beratkan pada pemasangan perangkat pengolahan, yang dikenal dengan prinsip end pipe of treatment.

3. Prisnsip Daur Ulang. Limbah yang dibuang pabrik ditampung terlebih dahulu dan diolah kembali sehingga mempunyai nilai ekonomis. Pengolahan kembali menghasilkan nilai tambah, dan pada sisi lain menghemat biaya pengendalian pencemaran.

2.1.5.2 Pengolahan Limbah Industri

Menurut Kristanto (2004), limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang jika mengandung bahan pencemar yang mengakibatkan rusaknya lingkungan, atau paling tidak berpotensi menciptakan pencemaran. Suatu prakiraan harus dibuat terlebih dahulu dengan mengidentifikasi sumber pencemaran, fungsi dan jenis bahan, system pengolahan, kuantitas dan jenis buangan, serta fungsi B-3 dalam proses. Dengan mengacu pada prakiraan tersebt program pengendalian dan penanggulangan pencemaran kemudian dibuat. Limbah baik dalam jumlah besar maupun kecil dalam jangka panjang maupun pendek akan mengakibatkan terjadinya perubahan pada lingkungan. Meskipun kebanyakan limbah perlu diolah sebelum dibuang, namun tidak selamanya limbah harus diolah terlebih dahulu sebelum dibuang ke lingkungan. Ada limbah yang dapat langsung dibuang tanpa pengolahan terlebih dahulu, ada limbah yang setelah diolah dapat dimanfaatkan kembali.

Limbah diolah dengan tujuan untuk mengambil bahan-bahan berbahaya di dalamnya dan/ atau mengurangi atau menghilangkan senyawa-senyawa kimia


(38)

maupun non-kimia yang berbahaya dan beracun. Pengolahan limbah berhubungan dengan system produksi pabrik. Ada pabrik yang telah menggunakan peralatan dengan kadar buangan rendah sehingga buangan yang dihasilkan tidak membutuhkan pengolahan. Pabrik semacam ini biasanya sudah merancang system pengendalian pencemarannya pada saat pembangunannya (Kristanto, 2004).

Limbah membutuhkan penanganan awal dan kemudian diolah lebih lanjut. Pengolahan awal tersebut akan ikut menentukan pengolahan selanjutnya sehingga kesalahan dalam metode penanganan awal akan berpengaruh terhadap pengolahan selanjutnya. Untuk menetapkan metode yang akan digunakan, kondisi limbah sudah harus diketahui sebelumnya. Parameter limbah yang memiliki potensi untuk mencemari lingkungan harus ditetapkan (Kristanto, 2004).

2.1.6 Interaksi Sosial

Menurut menurut Shaw dalam Ali (2004) interaksi sosial merupakan suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Dalam hal ini, tindakan yang dilakukan seseorang dalam suatu interaksi merupakan stimulus bagi individu lain yang menjadi pasangannya. Menurut Park dan Burgess dalam Santosa (2004) bentuk interaksi sosial adalah sebagai berikut.

1. Kerjasama

Kerja sama ialah suatu bentuk interaksi sosial dimana orangorang atau kelompok-kelompok bekerja sama Bantumembantu untuk mencapai tujuan bersama. Misal, gotongroyong membersihkan halaman sekolah.

2. Persaingan

Persaingan adalah suatu bentuk interaksi sosial dimana orangorang atau kelompok- kelompok berlomba meraih tujuan yang sama.

3. Pertentangan

Pertentangan adalah bentuk interaksi sosial yang berupa perjuangan yang langsung dan sadar antara orang dengan orang atau kelompok dengan kelompok untuk mencapai tujuan yang sama.


(39)

4. Persesuaian

Persesuaian ialah proses penyesuaian dimana orang- orang atau kelompok- kelompok yang sedang bertentangan bersepakat untuk menyudahi pertentangan tersebut atau setuju untuk mencegah pertentangan yang berlarut- larut dengan melakukan interaksi damai baik bersifat sementara maupun bersifat kekal.

Selain itu akomodasi juga mempunyai arti yang lebih luas yaitu, penyesuaian antara orang yang satu dengan orang yang lain, antara seseorang dengan kelompok, antara kelompok yang satu dengan kelompok yang lain.

5. Perpaduan

Perpaduan adalah suatu proses sosial dalam taraf kelanjutan, yang ditandai dengan usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat di antara individu atau kelompok. Dan juga merupakan usaha- usaha untuk mempertinggi kesatuan tindakan, sikap, dan proses mental dengan memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

2.1.7 Pengertian Konflik

Menurut Gibson, et al (1977), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain. Sumber konflik menurut Handoko (1998) adalah sebagai berikut.

1. Komunikasi: salah pengertian yang berkenaan dengan kalimat, bahasa yang sulit dimengerti, atau informasi yang mendua dan tidak lengkap, serta gaya individu manajer yang tidak konsisten.

2. Struktur: pertarungan kekuasaan antar departemen dengan kepentingan-kepentingan atau sistem penilaian yang bertentangan, persaingan untuk memperebutkan sumber-sumber daya yang terbatas, atau saling ketergantungan dua atau lebih kelompok-kelompok kegiatan kerja untuk mencapai tujuan mereka.


(40)

Industri

Manufaktur

Sosi

al Ekonomi

Sosial Ekologi

Dampak yang

ditimbulkan :

Pendapatan

Kesempatan

Kerja

Konflik

Dampak yang

ditimbulkan :

Pencemaran Udara

Perubahan Kualitas

d

an Kuantitas air

Kebisingan

Kesehatan

3. Pribadi: ketidaksesuaian tujuan atau nilai-nilai sosial pribadi karyawan dengan perilaku yang diperankan pada jabatan mereka, dan perbedaan dalam nilai-nilai atau persepsi.

2.2 Kerangka Konseptual

Industri manufaktur merupakan salah satu industri yang besar pengaruhnya terhadap devisa negara. Industri manufaktur yang berkembang di Indonesia selama ini memberikan dampak pada kehidupan masyarakat, khususnya dalam bidang sosial, ekonomi dan ekologi. Industri manufaktur juga memberikan kesempatan bekerja untuk masyarakat, sehingga mengurangi angka pengangguran yang banyak terjadi di negara berkembang. Kegiatan yang dilakukan oleh industri manufaktur, tidak lepas dari hasil buangan yang dihasilkan yang memberikan dampak buruk bagi lingkungan. Dampak tersebut seperti pencemaran air, pencemaran udara, dan pencemaran suara yang selanjutnya akan mempengaruhi kesehatan masyarakat. Seperti yang akan dijelaskan pada Gambar 3.

Keterangan :

= Hubungan Akibat


(41)

Pada Gambar 3 dijelaskan bahwa, industri manufaktur akan berpengaruh pada sosial-ekonomi dan sosial-ekologi. Pada aspek sosial-ekonomi masyarakat, dampak yang ditimbulkan seperti tingkat pendapatan, kesempatan kerja, dan konflik. Sedangkan pada aspek sosial-ekologi dampak yang ditimbulkan adalah pencemaran udara, perubahan kualitas dan kuantitas air, kebisingan, dan kesehatan.

2.3 Kerangka Pemikiran

Perkembangan industri di negara-negara berkembang seperti negara Indonesia, yang menjadi ketergantungan tanpa adanya modal dan teknologi yang mencukupi akan membawa masyarakat pada suatu keadaan dimana sumberdaya alam mengalami kerusakan atau kehancuran. Sehingga diperlukan pengembangan lingkungan dengan memperhatikan kondisi ekonomi setiap negara.

Keterangan :

= Hubungan akibat, Gambar 4. Kerangka Berpikir

Ekologi Kualitas Air Tingkat Polusi Udara Tingkat Polusi Suara Industri

Sosial

Tingkat Konflik Tingkat

Kerjasama

Tingkat Kesehatan Masyarakat Ekonomi

Tingkat Pendapatan Tingkat Kesempatan Kerja


(42)

Perkembangan industri manufaktur di Indonesia seperti perubahan jumlah pabrik yang semakin meningkat akan mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi dan ekologi masyarakat yang tinggal disekitar kawasan industri. Perubahan ekologi yang terjadi akibat perkembangan industri manufaktur akan berpengaruh terhadap tingkat pencemaran air, udara dan suara yang semakin meningkat, serta tingkat kenyamanan hidup masyarakat disekitar kawasan industri. Sedangkan perubahan yang terjadi dalam aspek sosial ekonomi dengan adanya industri manufaktur, semakin tinggi jumlah industri yang ada disekitar tempat tinggal masyarakat, maka akan meningkatkan jumlah penduduk yang datang untuk bekerja di pabrik tersebut, sehingga akan menurunkan tingkat kerjasama dan tingkat kesempatan kerja masyarakat asli maupun pendatang. Hal ini akan menurunkan pendapatan yang diperoleh setiap rumah tangga atau individu.

2.4 Hipotesis Penelitian

Dari Kerangka Pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah:

1. Diduga terdapat hubungan sosial-ekonomi masyarakat akibat kegiatan industri manufaktur.

2. Diduga terdapat hubungan sosial-ekologi masyarakat akibat kegiatan industri manufaktur.

2.5 Definisi Konseptual

1. Industri manufaktur adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan.

2. Kegiatan industri manufaktur merupakan aktivitas pengolahan bahan baku menjadi bahan jadi.

3. Dampak sosio-ekologis merupakan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri manufaktur sehingga merubah kondisi lingkungan disekitar kawasan industri manufaktur


(43)

4. Dampak sosio-ekonomi merupakan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan industri manufaktur terhadap pola pekerjaan dan struktur pendapatan masyarakat serta hubungan antar masyarakat sekitar

5. Pendapatan merupakan jumlah uang yang diterima seseorang sebagai imbalan atas usaha yang telah dilakukan

6. Kerjasama merupakan interaksi yang dilakukan masyarakat disekitar kawasan industri manufaktur

7. Konflik merupakan hubungan pertentangan antara satu orang atau lebih karena adanya perbedaan tujuan

8. Kesempatan kerja merupakan kesempatan seseorang dalam memperoleh pekerjaan disekitar kawasan industri manufaktur

9. Kepemilikan lahan merupakan jumlah lahan yang dimiliki seseorang disekitar kawasan industri

10.Pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal. 11.Pencemaran udara merupakan perubahan kondisi udara akibat kegiatan

industri manufaktur

12.Pencemaran suara merupakan keadaan dimana masuknya suara yang masuk terlalu banyak sehingga mengganggu kenyamanan lingkungan manusia

13.Luas rumah merupakan jumlah lahan yang ditempati suatu keluarga per satuan meter persegi (m2)

2.6 Definisi Operasional

1. Tingkat pendapatan adalah jumlah upah yang diterima seseorang yang dihitung selama kurun waktu satu tahun. Pengukuran didasarkan pada rata-rata pendapatan rumah tangga. Kategori pendapatan rendah diperoleh dengan menghitung pendapatan rata-rata dikurangi setengah standar deviasi. Kategori pendapatan tinggi diperoleh dengan menghitung pendapatan rata-rata ditambah setengah standar deviasi. Sedangkan


(44)

kategori pendapatan sedang diperoleh selang antara pendapatan rendah dan pendapatan tinggi.

a. Lapisan Bawah= - ½ standar deviasi

b. Lapisan Menengah = - ½ standar deviasi ≤ x ≤ + ½ standar deviasi

c. Lapisan Atas: + ½ standar deviasi

2. Kondisi Tempat Tinggal merupakan kondisi tempat tinggal yang dihuni oleh suatu keluarga. Pengukuran kondisi tempat tinggal dilakukan melalui dua kategori, yaitu kondisi fisik tempat tinggal dan status kepemilikan tempat tinggal.

1. Status Kepemilikan Tempat Tinggal merupakan status kepemilikan rumah yang dihuni oleh suatu keluarga. Pengukuran dimulai dari status tempat tinggal menumpang.

a. Menumpang b. Menyewa c. Milik Pribadi

2. Kondisi Fisik Tempat Tinggal merupakan keadaan fisik tempat tinggal yang dihuni oleh suatu keluarga. Pengukuran dilakukan dari kondisi fisik tempat tinggal yang sangat tidak layak.

a. Sangat tidak layak b. Tidak layak c. Sedang d. Layak e. Sangat layak

3. Kepemilikan lahan merupakan jumlah lahan yang dimiliki seseorang disekitar kawasan industri. Pengukuran dilakukan dari masyarakat yang memiliki lahan.


(45)

a. Memiliki b. Tidak memiliki

4. Kesempatan kerja merupakan kesempatan seseorang dalam memperoleh pekerjaan disekitar kawasan industri manufaktur. Pengukuran dilakukan dari adanya kesempatan kerja.

a. Ada kesempatan kerja b. Tidak ada kesempatan kerja

5. Konflik merupakan hubungan pertentangan antara satu orang atau lebih karena adanya perbedaan tujuan. Pengukuran dilakukan dari tidak terjadi konflik atau biasa saja.

a. Biasa saja b. Resah c. Mengeluh d. Tegang e. Bentrok

6. Tingkat pencemaran air adalah penyimpangan sifat-sifat air dari keadaan normal. Pengukuran dimulai dari ketidaktahuan responden tentang kondisi air.

a. Tidak tahu

b. Air berwarna dan bau

c. Air tidak berwarna dan tidak bau

7. Tingkat Pencemaran udara merupakan perubahan kondisi udara akibat kegiatan industri manufaktur. Pengukuran dimulai dari ketidaktahuan responden tentang kondisi udara.

a. Tidak tahu


(46)

c. Udara sejuk dan tidak berdebu

8. Tingkat Kebisingan merupakan tingkat kebisingan yang idtimbulkan oleh aktivitas baik mesin produksi maupun kendaraan kontainer dan truk. Pengukuran dimulai dari tingginya polusi suara yang ditimbulkan oleh mesin produksi dan kendaraan kontainer serta truk.

a. Tinggi b. Sedang c. Rendah

9. Tingkat Kecelakaan merupakan tingkat kecelakaan yang terjadi di sekitar industri yang diakibatkan oleh kendaraan kontainer dan truk. Pengukuran dilakukan dari tidak pernah terjadi kecelakaan.

a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering

10.Tingkat Kesehatan merupakan tingkat terjadinya gangguan kesehatan akibat dari pencemaran industri manufaktur. Pengukuran dilihat dari ada atau tidaknya penyakit yang diderita selama kurun waktu satu tahun terakhir.

a. Tidak ada penyakit b. Ada penyakit

11.Frekuensi pengobatan adalah intensitas waktu dalam melakukan pengobatan. Pengukuran dimulai dari masyarakat yang tidak pernah melakukan pengobatan baik ke puskesmas atupun ke rumah sakit.

a. Tidak pernah b. Jarang c. Sering


(47)

3.1 Metode Penelitian

Metode dalam penelitian ini adalah penelitian penjelasan (explanatory research) dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Metode explanatory research merupakan metode untuk mengukur dengan cermat terhadap fenomena sosial tertentu yang selanjutnya menjelaskan hubungan keterkaitan relasional antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesa, tetapi dalam hal ini pengujian hipotesa hanya menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang. Pada pendekatan kuantitatif, penelitian ini menggunakan metode penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Singarimbun, 1989). Sedangkan metode penelitian kualitatif digunakan untuk mendukung penelitian kuantitatif yang dilakukan melalui metode triangulasi yaitu pengamatan, wawancara, dan analisis dokumen. 3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dan menggunakan kuesioner yang disebarkan dan diisi oleh responden. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi literatur yang sumbernya berasal dari berbagai dokumen-dokumen pemerintah Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, data-data dari dinas-dinas terkait, internet, dan lain sebagainya.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat yaitu suatu kawasan industri yang besar di Indonesia. Oleh karena itu, banyak terjadi perubahan dalam aspek sosial ekonomi dan ekologi masyarakat. Lokasi ini dipilih karena sesuai dengan rencana penelitian yang dilakukan. Waktu penelitian dilakukan selama dua bulan dan dimulai pada bulan April 2011 kemudian dilanjutkan dengan pengolahan data dan hasil penulisan skripsi pada bulan Juni hingga September 2011.


(48)

32

3.4 Teknik Penentuan Responden

Pada penelitian ini, terdapat dua subjek penelitian, yang terdiri dari informan dan responden. Informan adalah pihak-pihak yang berpotensi untuk memberikan informasi mengenai diri sendiri, keluarga, pihak lain, dan lingkungannya. Informan yang dimaksud adalah tokoh agama dan masyarakat yang mengetahui permasalahan yang terjadi disekitar kawasan industri. Informan dalam penelitian ini adalah Bapak Muji selaku staf pemerintahan Kecamatan Cikarang Barat, Bapak Damin selaku SKPD Sukadanau, Bapak Naiman selaku ketua RT 04, dan Bapak Endin selaku tokoh agama. Data dari penelitian kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dan observasi secara langsung. Sedangkan data kuantitatif diperoleh dari hasil kuesioner yang diberikan kepada responden. Hasil dari kuesioner dianalisis dan selanjutnya dilakukan penarikan kesimpulan. Responden adalah orang yang dapat memberikan keterangan tentang diri mereka sendiri. Unit analisis dari penelitian ini adalah rumah tangga. Hal ini dikarenakan ingin mengetahui dan memahami dampak sosial ekonomi dan sosial ekologi yang ditimbulkan oleh industri manufaktur.

Kuesioner yang diberikan kepada responden sebanyak 35 dari dua Rukun Tetangga (RT) yang ditentukan secara sengaja (purposive). Pemilihan kampung dilakukan berdasarkan besarnya industri manufaktur. Pemilihan kampung sampel dipilih secara purposive. Kemudian dari kampung tersebut dipilih dua RT untuk menjadi sampel kedua. Hal ini dilakukan untuk mengetahui dampak sosial ekonomi dan ekologi ditingkat rumah tangga sehingga didapatkan data primer. Selanjutnya untuk mengetahui dampak sosial ekologi kawasan sekitar industri dilakukan wawancara mendalam dengan aparat desa dan tokoh masyarakat sekitar.

Populasi sampling dari penelitian ini adalah seluruh penduduk yang berada di Kampung Tangsi dengan jumlah keluarga sebanyak 74 keluarga. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah seluruh penduduk yang dekat dengan industri dengan total keluarga sebanyak 45 keluarga. Kerangka sampling pada penelitian ini adalah keluarga yang tempat tinggalnya dekat dengan industri dengan total 45 keluarga.


(49)

33

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan mengolah data primer dengan membagikan kuesioner kepada responden kemudian diolah dan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keterkaitan dari aspek-aspek yang menjadi dampak sosial ekonomi dan ekologi kawasan industri. Data tersebut selanjutnya dianalisis sesuai tujuan penelitian. Sedangkan untuk pendekatan kualitatif digunakan metode triangulasi untuk memberikan penguatan dari data yang diperoleh melalui kuesioner dengan melibatkan wawancara mendalam dan observasi. Gabungan data tersebut diolah dan dianalisis dengan disajikan dalam bentuk teks naratif, grafik, matriks, atau bagan, kemudian ditarik kesimpulan dari semua data yang telah diolah.


(50)

4.1 Gambaran Umum Desa Sukadanau

Desa Sukadanau merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas lahan sebesar 628,3 Ha. Jumlah penduduk Desa Sukadanau sebanyak 25.817 jiwa yang tersebar dibeberapa daerah bagian yang terdiri dari tiga dusun, 13 Rukun Warga (RW), dan 28 Rukun Tetangga (RT). Mayoritas penduduk di Desa Sukadanau beragama islam yaitu sebesar 22.347 jiwa.

4.1.1 Kondisi Geografis dan Infrastruktur Desa Sukadanau

Desa Sukadanau merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dengan luas wilayah 628,3 hektar area. Bentuk wilayah desa ini seluruhnya adalah dataran. Penggunaan lahan di Desa Sukadanau sebanyak 320 hektar sebagai perumahan, 260,3 hektar sebagai industri dan 48 hektar sebagai penggunaan lain-lain seperti hotel, toko atau warung dan sebagainya. Batas-batas wilayah Desa Sukadanau sebelah Utara berbatasan dengan Desa Telaga Murni, sebelah Timur berbatasan dengan Desa Harja Mekar atau Kali Cikarang, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Danau Indah, dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Gandasari.

Jarak pusat pemerintahan Desa Sukadanau dengan Kecamatan Cikarang Barat sejauh 1,5 kilometer dan jarak dengan ibukota Kabupaten Bekasi sejauh 20 kilometer. Desa Sukadanau terbagi menjadi tiga dusun, 13 Rukun Warga (RW), dan 28 Rukun Tetangga (RT).

Prasarana umum yang terdapat di Desa Sukadanau meliputi: prasarana pemerintahan, sarana perekonomian, jembatan, dan jalan aspal seluas 16 kilometer, serta jalan beton seluas delapan kilometer. Alat transportasi yang digunakan oleh masyarakat sekitar antara lain kendaraan bermotor roda empat sebanyak 115 buah, roda dua sebanyak 8130 buah, bus atau minibus sebanyak 15 buah, truk sebanyak 21 buah, sepeda 1254, serta becak sebanyak lima buah. Desa Sukadanau jga memiliki alat-alat komunikasi seperti telepon sebanyak 254 buah,


(51)

televisi sebanyak 10841, penyedia jasa telekomunikasi atau wartel sebanyak sepuluh buah, dan penyedia jasa internet sebanyak delapan buah.

Sarana Desa Sukadanau meliputi satu buah kantor desa, dan 27 buah pos hansip atau kamling. Sarana pendidikan terdapat empat buah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), enam buah Sekolah Dasar Negeri (SDN), satu buah Madrasah Tsanawiyah (MTs), dua buah lembaga pendidikan bahasa, dan dua buah lembaga pendidikan komputer. Sarana fasilitas kesehatan desa terdapat satu buah Rumah Sakit (RS), dua buah Rumah Bersalin, lima buah Poliklinik atau Balai Pengobatan, empat buah praktek dokter, sepuluh buah praktek bidan, 17 buah Posyandu, empat buah apotik, serta 20 buah toko khusus obat atau jamu. Sementara itu, untuk sarana peribadatan di Desa Sukadananu terdapat 11 buah masjid dan 27 buah mushola. Desa Sukadanau juga terdapat fasilitas perlindungan sosial yaitu satu buah panti asuhan.

Sarana lain yang terdapat di Desa Sukadanau meliputi tempat rekreasi yaitu pemancingan sebanyak dua buah, pub atau diskotik atau tempat karaoke sebanyak lima buah. Sarana perekonomian di desa terdapat delapan buah supermarket atau pasar swalayan atau mini market, 26 buah restoran/ rumah makan, 350 buah kedai makanan dan minuman, 164 buah warung kelontong, delapan buah toko material, 15 buah bengkel atau reparasi kendaraan roda dua dan empat, enam buah bengkel atau reparasi alat-alat elektronik, 12 buah toko foto kopi, tiga buah biro atau agen perjalanan wisata, 15 buah pangkas rambut, lima buah salon kecantikan, tujuh buah bengkel las, dua buah persewaan alat-alat pesta, dua buah hotel, dua buah bank umum, dan dua buah Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

4.1.2 Kependudukan Desa Sukadanau

Jumlah warga Desa Sukadanau sebanyak 25.817 jiwa dimana rincian berdasarkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 13.941 jiwa dan perempuan sebanyak 11.876 jiwa. Jumlah kepala keluarga yaitu sebanyak 8123 KK. Berdasarkan kepercayaan, sebagian besar penduduk beragama islam dengan jumlah 22.347 jiwa, agama kristen sebanyak 2.303 jiwa, agama katolik sebanyak 718 jiwa, agama hindu sebanyak 403 jiwa, dan agama budha sebanyak 46 jiwa.


(52)

Pada Tabel 1 diperlihatkan data kependudukan Desa Sukadanau sampai Desember 2010 berdasarkan golongan umur.

Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Golongan Umur Desa Sukadanau, 2010 No. Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-4 5.098 19,75

2 5-9 1.698 6,58

3 10-14 1.019 3,95

4 15-19 305 1,18

5 20-24 1.630 6,31

6 25-29 1.834 7,10

7 30-34 1.629 6,31

8 35-39 1.629 6,31

9 40-44 1.730 6,70

10 45-49 1.833 7,11

11 50-54 1.637 6,34

12 55-59 2.038 7,89

13 60-64 1.699 6,58

14 65-69 1.155 4,47

15 70-74 679 2,63

16 75+ 204 0,79

Jumlah 25.817 100

Sumber: Data Kependudukan Kantor Desa Sukadanau, 2010

Data pada Tabel 1 menunjukkan jumlah penduduk Desa Sukadanau berdasarkan kategori umur. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa penduduk usia belum produktif yaitu penduduk usia kurang dari 15 tahun di Desa Sukadanau berjumlah 7.815 jiwa atau sebesar 30,28% sedangkan penduduk usia produktif yang berkisar antara usia 15 tahun hingga 64 tahun berjumlah 15.964 jiwa atau sebesar 61,83% dan penduduk usia tidak produktif yaitu penduduk dengan usia lebih dari 65 tahun berjumlah 2.038 jiwa atau sebesar 7,89%. Hal ini terlihat bahwa penduduk usia produktif memiliki jumlah yang lebih besar dari pada jumlah penduduk lainnya. Besarnya jumlah penduduk usia produktif di Desa


(53)

Sukadanau menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan kependudukan Desa Sukadanau berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Sukadanau, 2010

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1. Buta aksara dan angka 266 1,03

2. Tidak tamat SD 1.588 6,15

3. Tamat SD/Sederajat 3.439 13,32

4. Tamat SLTP/Sederajat 2.037 7,89

5. Tamat SMU/Sederajat 18.322 70,97

6. Tamat D1/ D3 101 0,39

7. Tamat S1/ S2 64 0,25

Total 25.817 100

Sumber: Data Kependudukan Kantor Desa Sukadanau, 2010

Pada Tabel 2 terlihat bahwa penduduk di Desa Sukadanau sebagian besar berada pada tingkat pendidikan tamat SMU/Sederajat yaitu sebesar 70,97 persen atau sebanyak 18.322 jiwa, selanjutnya tamat SD/Sederajat sebesar 13,32 persen atau sebanyak 3.439, tamat SLTP/Sederajat sebesar 7,89 persen atau sebanyak 2.037 jiwa, tidak tamat SD 6,15 persen atau 1.588 jiwa, buta aksara dan angka 1,03 persen atau 266 jiwa, tamat D1/D3 sebesar 0,39 persen atau 101 jiwa, dan tamat perguruan tinggi sebesar 0,25 persen atau sebanyak 64 jiwa. Data ini menunjukkan sebagian besar penduduk di Desa Sukadanau sudah memenuhi program wajib belajar 9 tahun.

Masyarakat Desa Sukadanau memiliki beragam jenis mata pencaharian. Masyarakat yang bermatapencaharian pertanian/perkebunan sebanyak 95 jiwa (0,37 persen), peternakan/perikanan sebanyak 3 jiwa (0,01 persen), industri sebanyak 19.474 jiwa (75,43 persen), kontruksi sebanyak 54 jiwa (0,21 persen), perdagangan sebanyak 5.563 jiwa (21,55 persen), transportasi sebanyak 70 jiwa (0,27 persen), PNS sebanyak 418 jiwa (1,62 persen), TNI/POLRI sebanyak 26 jiwa (0,10 persen), dan jasa sebanyak 114 jiwa (0,44 persen). Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.


(54)

Gambar 5. Mata Pencaharian Desa Sukadanau, 2010

Gambar 5 menunjukkan dari jumlah penduduk 25.817 jiwa di Desa Sukadanau, sebesar 75,43 persen atau sebanyak 19.474 jiwa bekerja di sektor industri. Selain itu, sebanyak 5.563 jiwa (21,55 persen) bekerja di sektor perdagangan, 418 jiwa (1,62 persen) bekerja sebagai PNS, 114 jiwa (0,44 persen) bekerja di sektor jasa, 95 jiwa (0,37 persen) bekerja disektor pertanian/perkebunan, 70 jiwa (0,27 persen) bekerja disektor transportasi, 54 jiwa (0,21 persen) bekerja di sektor kontruksi, 26 jiwa (0,10 persen) bekerja sebagai TNI/POLRI, dan 3 jiwa (0,01 persen) bekerja di sektor peternakan/perikanan. 4.1.3 Tata Guna Tanah di Desa Sukadanau

Luas Desa Sukadanau sebesar 628,3 hektar area. Tata guna tanah Desa Sukadanau sebagian besar digunakan sebagai lahan pemukiman seluas 320 hektar atau sebesar 50,93 persen. Selain itu lahan diperuntukkan sebagai lahan industri sebesar 41,43 persen atau seluas 260,3 hektar, dan sebesar 7,64 persen atau seluas 48 hektar digunakan sebagai jalan, sungai, kolam dan tempat hiburan. Hal tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.


(1)

(2)

Tabel 1. Daftar Responden Kampung Tangsi, Desa Sukadanau Tahun 2011

No. Nama No. Nama

1. EDN 21. LUI

2. NMN 22. SMD

3. KRA 23. MHI

4. KRA 24. JRD

5. YAI 25. SRA

6. YUI 26. CRI

7. MSH 27. MMN

8. SKM 28. YNH

9. JLN 29. AUS

10. SMA 30. RNI

11. SNI 31. MSR

12. SAT 32. IUM

13. WDD 33. YHA

14. SMN 34. GMN

15. KMN 35. PRN

16. JII 17. LPH 18. TRN 19. DYT 20. DDI


(3)

Tabel 2. Jadwal Penelitian di Desa Sukadanau Tahun 2011 Rencana Kegiatan Bulan Fe brua ri M are t

April Mei Juni Juli Agus

tus Se pte mbe r Oktobe r Nove mbe r De se mbe r Penyusunan proposal penelitian Kolokium Penyempurnaan proposal dan instrumen penelitian Pengambilan data lapangan Pengolahan dan analisis data Penulisan draft skripsi Ujian skripsi Perbaikan laporan penelitian


(4)

(5)

(6)

SUKADANAU, KECAMATAN CIKARANG BARAT, KABUPATEN BEKASI. DIBAWAH BIMBINGAN ARYA HADI DHARMAWAN.

Industri manufaktur adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Kegiatan indutri manufaktur memberikan dampak baik positif maupun negatif pada aspek sosial ekonomi dan sosial ekologi. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh kegiatan industri manufaktur pada aspek sosial ekonomi terhadap masyarakat dan menjelaskan pengaruh kegiatan industri manufaktur pada aspek sosial ekologi terhadap masyarakat.

Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif yang didukung oleh pendekatan kualitatif. Data primer dihasilkan melalui kuesioner dan wawancara. Sedangkan data sekunder dihasilkan melalui dokumentasi dan studi literatur. Data yang dihasilkan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang serta dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan industri mempengaruhi aspek sosial ekonomi. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya pendatang yang ingin bekerja di perusahaan yang mengelola besi dan baja sehingga kesempatan bekerja semakin berkurang juga. Pada aspek sosial ekologi, kegiatan industri yang menghasilkan buangan atau limbah menyebabkan terjadinya perubahan lingkungan seperti kondisi udara yang semakin panas, gersang dan berdebu, kualitas air yang tercemar logam, polusi suara akibat mesin produksi dan kendaraan yang mengangkut hasil olahan. Dari perubahan lingkungan tersebut akan mempengaruhi kesehatan masyarakat yang tinggal disekitar wilayah industri yang mengalami penurunan. Selain itu, perubahan lingkungan juga mengakibatkan keluhan masyarakat.