Prosedur Perceraian Pengadilan Agama Tegal
55
tersebut disertai dengan membuat resume tersebut diserahkan kepada Ketua Pengadilan dengan buku ekspedisi local sebenarnya. Dengan disertai dengan
saran tindak misalnya berbunyi syarat-syarat cukup dan siap untuk disidangkan.
6
Kemudian penggugat atau permohonan menghadap ke meja 1 untuk menaksir besarnya biaya perkara dan menulisnya pada Surat Kuasa Untuk
Membayar SKUM. Besarnya biaya perkara diperkirakan harus telah mencukupi untuk menyelesaikan perkara tersebut. Hasil ini sejalan pada pasal 193 Rbg pasal
182 ayat 1 HIR pasa 90 ayat 1 Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama yang
meliputi: Pasal 90
1 Biaya perkara sebagaimana dimaksud dalam pasal 89, meliputi:
a. Biaya kepaniteraan dan biaya materai yang diperlukan untuk perkara
tersebut. b.
Biaya untuk para saksi, saksi ahli, penerjemah, dan biaya pengambilan sumpah yang diperlukan dalam perkara tersebut.
c. Biaya yang diperlukan untuk melakukan pemeriksaan setempat dan
tindakan-tindakan lain yang diperlukan pengadilan dalam perkara tersebut; dan
d. Biaya pemanggilan, pemberitahuan dan lain-lain atas perintah Pengadilan
yang berkenan dengan perkara tersebut.
7
6
Raihan A.Rasyid, Hukum Acara Peradilan Agama Jakarta: PT. raja Grafindo Persada, 2001, ed. Ke-2, Cet.Ke-8, h.129
7
Pasal 90 ayat 1, Undang-undang No 3 Tahun2006 Tetang Perubahan Undang-undang no 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama, h.16
56
Ketentuan diatas tidak berlaku bagi yang tidak mampu dan diizinkan mengajukan
gugatn perceraian
secara prodeo
Cuma-Cuma. Ketidakmampuannya dapat dibuktikan dengan melampirkan surat keterangan dari
Lurah atau Kepala Desa setempat yang dilegalisir oleh Camat. Setelah itu, penggugat atau pemohon menghadap ke meja II dengan menyerahkan surat
Gugatanpermohonan dan Surat Kuasa Untuk Membayar SKUM yang telah dibayar. Setelah selesai, kemudian surat gugatan permohonan tersebut dimasukan
dalam map Berkas Acara, kemudian menyerahkannya kepada Wakil Panitera untuk disampaikan kepada Ketua Pengadilan melalui panitera.
8
Setelah terdaftar gugatan diberi nomor perkara kemudian diajukan Ketua Pengadilan, setelah ketua pengadilan menerima gugatan maka ia menunjuk hakim
yang ditugaskan untuk menangani masalah tersebut. Pada prinsipnya pemeriksaan dalam persidangan dilakukan oleh hakim maka hakim ketua pengadilan menunjuk
seorang hakim sabagai ketua majelis dan dibantu hakim anggota.
9
Setelah itu hakim yang bersangkutan dengan surat ketetapannya dapat menetapkan hari, tanggal serta jam, kapan perkara itu akan disidangkan, ketua
memerintahkan memanggil kedua belah pihak supaya hadir dalam persidangan
8
M. Fauzan, pokok- pokok Acara perdata Peradilan Agama dan Mahkamah Syari‟iyah di
Indonesia Jakarta: Kencana, 2005, Cet Ke-2, h.14
9
R.Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata dan Tata Cara dan Proses Persidangan Jakarta: sinara Grafika, 2004, Cet Ke-6, Hal.39
57
pasal 121 HIR,
10
untuk membantu majelis hakim dalam menyelesaikan perkara, maka ditunjuk seorang atau lebih panitera sidang dalam hal ini panitera, wakil
panitera, panitera muda dan panitera pengganti.
11
Tata cara pemanggilan dimana dilakukan secara resmi dan patut, yaitu: a.
Dilakukan jurusita atau jurusita pengganti diserahkan kepada pribadi yang dipanggil ditempat tinggalnya.
b. Apabila tidak ditemukan maka surat panggilan tersebut diserahkan kepada
kepala desa yang bersangkutan c.
Apabila salah seorang telah meninggal dunia maka disampaikan kepada ahli warisnya.
d. Setelah melakukan pemanggilan maka jurusita harus menyerahkan risalah
tanda bukti bahwa pihak telah dipanggil kepada hakim yang akan memeriksa perkara yang bersangkutan.
e. Kemudian pada hari yang telah ditentukan sidang perkara dimulai.
12
Sedangkan proses pemeriksaan perkara di depan sidang dilakukan melalui tahap-tahap dalam hukuman acara perdata sebagaimana yang telah tertera
10
M.Fauzan, Pokok- pokok Acara Peradilan Agama dan Mahkamah Syar‟iyah di
Indonesia,h.13
11
A.Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia Jakarta; Kencana, 2006, Cet Ke-1, h.214
12
R.Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata dan Tata Cara dan Proses Persidangan, h.40
58
dalam Undang-undang No.3 Tahun 2006 tentang perubahan atas Undang- undang No.7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama pasal 54:
13
“Hukum acara yang berlaku pada Peradilan Agama dalam lingkungan Peradilan Agama adalah Hukum Acara perdata yang berlaku pada
Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali yang diatur secara khusus dalam Undang-
undang ini”. Setelah hakim membuka sidang dan dinyatakan terbuka untuk umum,
dilanjutkan dengan mengajukan pertanyaan tentang keadaan para pihak, ini bersifat cecking indentitas para pihak apakah para pihak sudah mengerti mengapa
mereka dipanggil untuk menghadiri sidang. Pada upaya perdamaian inisiatif perdamaian bisa timbul dari hakim, penggugat ataupun tergugat. Hakim harus
sungguh-sungguh mendamaikan para pihak. Apabila ternyata upaya perdamaian yang dilakukan tidak berhasil, maka sidang dinyatakan tertutup untuk umum
dilanjutkan ketahap pemeriksaan, diawali dengan pembacaan surat gugatan.
14
Selanjutnya pada tahap dari tergugat, pihak tergugat diberikan kesempatan untuk membela diri dan mengajukan segala kepentingannya terhadap penggugat
melalui hakim. Pada tahap replik, penggugat kembali menegaskan isi gugatannya yang dilakukan oleh tergugat dan juga mempertahankan diri atas sanggahan-
sanggahan yang disekal tergugat. Kemudian pada tahap Duplik, tergugat dapat menjelaskan kembali jawabannya yang disangkal oleh penggugat.
13
A.Basiq Djalil, Peradilan Agama di Indonesia, h.202
14
R.Soeroso, Praktik Hukum Acara Perdata dan Tata Cara dan Proses Persidangan, h.41-42
59
Tahap Replik dan Duplik dapat diulang-ulang sampai hakim dapat memandang cukup. Kemudian diajukan dengan pembuktian. Pada tahap
pembuktian, penggugat dan tergugat mengajukan semua alat-alat bukti yang dimiliki untuk mendukung jawabannya sanggahannya, masing-masing pihak
berhak menilai alat bukti lawannya. Kemudian tahap kesimpulan, masing-masing pihak mengajukan pendapat akhir tentang hasil pemeriksaan. Kemudian pada
tahap putusan hakim menyampaikan segala bentuk pendapatnya tentang perkara tersebut dan menyimpulkan dalam putusan. Dan putusan hakim adalah untuk
mengakhiri sengketa.
15